Rabu 27 Apr 2016 14:00 WIB

30 Tahun Chernobyl, Belarus Ajak Ubah Persepsi Tenaga Nuklir

Red:

Kecelakaan nuklir Chernobyl pada 26 April 1986 telah berlalu 30 tahun lalu. Kecelakaan nuklir terbesar dalam sejarah manusia ini menjadi gambaran dari dampak tenaga nuklir jika gagal ditangani dengan baik.

Sebanyak 190 ton gas radioaktif terlepas ke udara. Kebakaran yang terjadi akibat ledakan nuklir tak berhenti hingga 10 hari. Sebanyak tujuh juta orang terdampak kontaminasi radioaktif, tiga juta orang di antaranya anak-anak.

Angin membawa gas radioaktif terbang hingga ke seluruh Eropa. Gas terakumulasi menjadi awan hingga menurunkan hujan yang terkontaminasi. Sumber air, tanaman, hutan, dan sumber makanan tak bisa terhindar dari polusi nuklir.

Sebanyak 31 orang tewas karena tragedi ini. Sebanyak 231 orang dirawat di rumah sakit karena kontaminasi radioaktif akut. Sebanyak 210 ribu orang di Belarus diungsikan ke tempat aman. Hutan di Belarus pun berubah menjadi merah karena efek radioaktif.

Reaktor Chernobyl berada di Ukraina, tapi dampak besar juga dirasakan Belarus. Chernobyl berjarak hanya 16 km dari perbatasan Ukraina dengan Belarus. Minister counsellor Kedutaan Besar Belarus di Indonesia, Denis Kovalev, mengatakan saat itu Uni Soviet masih berdiri sehingga negara-negara anggota membantu semua proses pascakecelakaan.

Namun, setelah 1991 Uni Soviet bubar, Republik Belarus harus mulai mengurus sendiri. "Pemerintah memulai beragam program untuk sampai pada fase ini," kata dia. Atase bidang politik, ilmu pengetahuan, dan kerja sama teknologi, Andrei Trusov mengatakan, Belarus melakukan lima program sejak saat itu dengan total anggaran 22 miliar dolar AS.

Beberapa tahap yang dilakukan, di antaranya evakuasi penduduk, pembersihan mengeliminasi kontaminan, dan membentuk kebijakan. Kebijakan dan hukum fokus pada perlindungan sosial kependudukan dan lingkungan yang terimbas.

Republik Belarus sadar bahwa kecelakaan ini bukan alasan agar dunia menghindari nuklir. "Saya rasa kita harus fokus pada sisi positifnya saja," kata Trusov.

Menurutnya, tenaga nuklir sangat efisien dan lebih ramah lingkungan dibandingkan sumber energi lainnya. Trusov mengatakan, saatnya dunia mengubah persepsi dan pandangan soal tenaga nuklir. Hal inilah yang mendasari Pemerintah Belarusia untuk membangun reaktor nuklir dan pembangkit listrik tenaga nuklir. Belarus memulai program nuklir pada 2011.

Trusov mengatakan, pembangkit di sana merupakan salah satu yang tercanggih dengan tingkat keamanan tinggi dan terinovatif. "Kami berharap bisa mulai mendapatkan hasil tenaga nuklir dengan total kapasitas 2.400 megawatt pada 2018," kata dia.

Denis mengatakan, efek psikologis dari kecelakaan Chernobyl memang sangat besar pada penduduk. Dengan tingkat penerimaan masyarakat terhadap tenaga nuklir hanya sekitar 50-60 persen, Pemerintah Belarus tetap berani membangun pembangkit.

"Kecelakaan Chernobyl membuat kita sadar untuk melakukannya dengan lebih baik, bukan menghindarinya," kata Trusov, di Gedung Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan), Jakarta Selatan, Selasa (26/4).

Sementara di Indonesia, pembangunan pembangkit listrik bertenaga nuklir masih belum terlihat titik terangnya. Kepala Bidang Deseminasi di Pusat Deseminasi dan Kemitraan Batan, Dimas Irawan, mengatakan penerimaan masyarakat terhadap tenaga nuklir sebenarnya cukup tinggi, sekitar 75 persen, lebih besar dari penerimaan penduduk di Belarus.

Namun, tingkat kekhawatirannya juga cukup tinggi. "Sebenarnya, dari segi teknis, kita sudah siap," kata Dimas. Ia menilai, semua pihak perlu menjalin komunikasi untuk mencapai titik ini.

Menurutnya, pemerintah juga ingin diyakinkan bahwa pembangkit itu aman. Koordinasi antara Batan dan lembaga-lembaga terkait terus dilakukan, termasuk dengan Dewan Energi Nasional.

"Jika kita membaca peraturan perundangan kita, teknologi nuklir memang menjadi prioritas terakhir dengan pertimbangan keamanan," katanya. Karena itu, pembangunan pembangkit ini tidak ada batasan waktu.   Oleh Lida Puspaningtyas, ed: Yeyen Rostiyani

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement