REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Korea Selatan melaporkan Korea Utara menembakkan sebuah rudal balistik dari kapal selam pada Sabtu (9/7). Namun, menurut militer Korsel, peluncuran ini tampaknya menemui kegagalan.
Kantor Kementerian Pertahanan Korsel mengatakan, rudal diluncurkan pukul 11.30 pagi waktu Seoul dari perairan timur Semenanjung Korea. "Namun, sepertinya gagal pada tahap awal peluncuran," kata Kementerian Pertahanan Korsel. Jepang, Amerika Serikat, dan Korsel mengecam aksi peluncuran ini dan menyebutnya pelanggaran terhadap sanksi PBB.
Kantor berita Yonhapmengatakan, mesin rudal itu berhasil menyala, tetapi proyektilnya meledak ketika mengudara di ketinggian 10 kilometer. Militer Korsel menolak mengonfirmasi detail tersebut karena kebijakan negaranya tidak mengizinkan publikasi masalah intelijen.
Militer hanya mengatakan, rudal terdeteksi di perairan tenggara dari kota Korut, Sinpo. Citra satelit mengindikasikan Pyongyang secara aktif mencoba mengembangkan program rudal balistik yang diluncurkan dari kapal selam (SLMB).
Komando Strategis AS juga telah mendeteksi rudal KN-11 (SLBM). Komando ini memiliki misi mendeteksi dan mencegah serangan strategis melawan AS dan sekutu. Dalam pernyataan, komando mengatakan, rudal diluncurkan dari pantai timur Korut Sinpo dan jatuh di perairan antara Sinpo dan Jepang.
Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe mengecam peluncuran rudal terbaru Korea Utara, Sabtu. "Kami harus mengecam keras peluncuran itu dengan bekerja sama dengan komunitas internasional," kata Abe. Menurut kantor berita Kyodo, peluncuran rudal itu jelas menantang resolusi Dewan Keamanan PBB.
Abe menambahkan, aksi itu tidak mengancam keamanan nasional Jepang. AS yang aktif memonitor aktivitas Korut mengatakan, mereka terus berkoordinasi dengan sekutu dan rekan regional. "Kami sangat mengecam uji rudal Korut yang melanggar resolusi DK PBB," kata juru bicara Biro Urusan Asia Timur dan Pasifik Kemenlu AS, Gabrielle Price, dikutip Reuters. Resolusi itu menghalangi Korut menggunakan teknologi misil balistik.
Uji rudal ini telah menjadi bukti bahwa Korut terus mengembangkan kemampuan senjata mereka sehingga mengancam AS dan sekutu. Selain itu, tambahnya, aksi ini mengancam stabilitas Asia Pasifik. Peluncuran dilakukan setelah AS dan Korsel sepakat menempatkan teknologi antirudal yang unik dengan presisi tinggi bernama Terminal High Altitude Area Defense (THAAD) di Korsel. AS juga baru saja menjatuhkan sanksi individu pada pemimpin Korut, Kim Jong-un.
Pyongyang telah melakukan serangkaian uji rudal sejak awal tahun dan terus menuai protes dari komunitas internasional. rep: Lida Puspaningtyas reuters, ed: Mansyur Faqih