Kamis 24 Nov 2016 14:00 WIB

MEA, Pengangguran dan Kemiskinan di Indonesia

Red:

ASEAN Economic Com mu nity (AEC) atau lebih dikenal sebagai Masya rakat Ekonomi ASEAN (MEA) merupakan tindak lanjut dari ASEAN Com munity, dimana ASEAN Community ini merupakan suatu bentuk kerjasama dalam seluruh bidang mulai dari politik, ekonomi, budaya, sosial dan hukum. Dalam MEA, negara-negara di Asia Teng gara telah sepakat untuk bekerja sama dalam bidang ekonomi untuk memun culkan efisiensi ekonomi di wilayah re gional sehingga akan dapat mendorong ne gara-negara tersebut untuk lebih terlibat dalam kegiatan ekonomi dunia de ngan kemampuan daya saing yang lebih baik.

Dalam MEA, terdapat empat tujuan pokok dari program kerja sama ini, yaitu : (i) pasar tunggal dan kesatuan basis produksi; (ii) Kawasan ekonomi yang ber daya saing; (iii) Pertumbuhan ekonomi yang merata dan (iv) meningkatkan kemampuan untuk berintegrasi dengan per ekonomian global. Dari keempat tu juan tersebut di atas hingga saat ini ASEAN masih lebih berfokus terhadap tujuan pertama yaitu untuk membentuk pasar tunggal dan pembentukan basis produksi yang lebih efisien.

Melalui pembentukan pasar tunggal, akan terjadi perdagangan yang bebas an tara negara – negara ASEAN, baik dalam bentuk barang ataupun jasa. Ini akan me ningkatkan laju ekspor impor di kawasan ini. Selanjutnya, pembentukan basis produksi yang lebih efisien membutuhkan pergerakan mobilitas dari sumber daya produksi yang lebih bebas, sehingga akan terjadi pergerakan keluar masuknya faktor produksi berupa modal dan tenaga kerja secara lebih bebas.

Melalui MEA diharapkan laju pertumbuhan ekonomi dan laju investasi baik modal dari dalam negeri maupun dari luar negeri akan semakin meningkat, sehingga akan membuka lapangan pekerjaan lebih luas yang pada akhirnya akan mendorong peningkatan pendapatan nasional. Selain itu terbukanya lapangan kerja di luar negeri yang lebih mudah diakses juga akan mendorong tenaga kerja kerja Indonesia yang terus mening kat ini untuk dapat mendapatkan pekerjaan lebih mudah di kawasan ASEAN. Namun demikian, bebasnya pasar tenaga kerja di ASEAN akan meningkatkan pula tingkat persaingan dari setiap angkatan kerja di setiap negara.

Yang harus diperhatikan adalah kuali tas SDM dimana Indonesia memiliki te naga kerja yang sebagian besar memiliki tingkat pendidikan yang rendah. Sekitar separuh dari tenaga kerja Indo nesia hanya memiliki pendidikan SMA ke bawah. Hal ini akan lebih mele mah kan Indonesia dalam melakukan persaingan dengan negara seperti Singa pura, Malaysia dan Thailand.

Ketidakmampuan bersaing hanya akan menaikkan jumlah pengangguran, yang sangat rentan terhadap peningkatan kemiskinan. Untuk itu dilakukan penelitian yang akan melihat bagaimana pengaruh dari perdagangan bebas, arus modal dan arus tenaga kerja terhadap tingkat pengangguran dan kemiskinan di Indonesia.

Pembahasan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekspor dapat mempengaruhi kemiskinan secara signifikan namun tidak berpenga ruh pada pengangguran. Hal ini me nun jukan bahwa kinerja ekspor kita belum mampu menyerap tenaga kerja signifi kan. Akan tetapi, dengan adanya kenaik an pendapatan maka angka kemiskinan tetap dapat diturunkan.

Berbeda halnya dengan impor, dimana impor justru berpengaruh secara signifikan baik terhadap kemiskinan dan pengangguran. Hal ini menjadi unik ka rena sebagian besar impor Indonesia adalah impor barang konsumsi. Namun ter nyata penyerapan tenaga kerja dalam bi dang pemasaran dan penjualan pada barang impor ini sudah cukup berpenga ruh secara signifikan terhadap ke naikan pendapatan sehingga menurunkan ke miskinan.

Selanjutnya, invesatasi asing ini hanya berpengaruh signifikan terhadap kemiskinan namun tidak berpengaru siknfikan terhadap pengangguran. Bahkan pengaruh signifikan yang terjadi terhadap kemiskinan juga merupakan pengaruh yang sangat kecil.

Hasil studi juga menunjukkan bahwa masuknya tenaga kerja asing ke Indone sia berdampak buruk terhadap tingkat pengangguran. Meski demikian, tenaga kerja asing cenderung untuk dapat be kerja dengan lebih efektif dan efisien. Begitu pula dengan pengaruh tenaga kerja Indonesia yang berada di luar ne geri terhadap pengangguran ternyata ti dak berpengaruh secara signifikan na mun berpengaruh signifikan terhadap kemiskinan.

Dengan melihat dua kasus di atas yaitu pengaruh tenaga kerja asing dan tenaga kerja Indonesia di luar negeri menunjukan bahwa kinerja masyarakat Indonesia masih perlu untuk diting katkan. Perlu ditanamkan etos kerja yang lebih baik untuk mendorong semangat bekrja bagi para tenaga kerja ini. Selan jut nya, ada masalah serius yang perlu di pecahkan mengenai kinerja tenaga kerja Indonesia, yaitu bagaimana meningkat kan kualitas kinerja ini agar memiliki daya saing, sehingga tenaga kerja Indone sia dapat bekerja lebih efektif dan efisien.

Selanjutnya pada sektor investasi asing, pemerintah juga perlu untuk meng arahkan investasi asing ini ketempat yang akan menyerap lebih banyak tenaga kerja, sehingga dampak yang diperoleh baik dari kenaikan pendapatan maupun penyerapan tenaga kerja menjadi lebih luas.

Dalam bidang ekspor dan impor dari kesimpulan di atas maka dapat terlihat bahwa sektor-sektor yang berkaitan dengan ekspor masih kurang berkembang. Untuk itu, pemerintah perlu mendorong usaha-usaha yang berorientasi ekspor dengan lebih baik lagi, sehingga ekspor ini dapat menyerap lebih banyak tanaga kerja. Wallaahu a'lam.

Dr. Tatik Mariyanti

Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) dan Sekretaris Program Doktor IEF Universitas Trisakti

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement