Ahad 07 Sep 2014 18:15 WIB

Pasang Surut Penulisan Mushaf Nusantara

Red: operator

Pemerintah memiliki peran krusial dalam penggandaan Alquran.

Sejak diperkenalkan oleh Abu Bakar, seperti di kutip dari as-Suyuthi da lam Majma' al-Lughat, istilah mushaf hingga kini diidentikkan dengan Kitab Suci Alquran.

Meski pada awalnya, kata mushaf digunakan sebagai identitas untuk hasil kodifikasi Al quran yang berhasil dilakukan oleh khalifah pertama umat Islam tersebut.

 

 

 

 

 

 

 

 

Foto:Republika/Agung Supri

Pengunjung memperhatikan salah satu Al-Qur'an yang dipamerkan di Bayt Al Qur'an, Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta Timur, Ahad (14/10)

 

Sejak itu pula, beriringan dengan perkembangan wilayah Islam, terutama pascapenyusunan stan dardisasi penulisan mushaf yang ditetapkan oleh Utsman bin Affan pada abad ke-7 M--selanjutnya disebut dengan Rasm Utsmani--geliat penyalinan mushaf Rasm Utsmani itu pun, mengutip uraian Abu Amar Ustman Said ad- Dani dalam bukunya yang berjudul, al- Muhkam fi Naqth al-Mashahifi, terus berkembang di dunia Islam dengan merujuk Rasm Utsmani.

Di Nusantara, geliat penulisan dan penyalinan Kitab Suci Alquran juga cukup dinamis. Menurut Fadhal AR Bafadhal dan Rosehan Anwar dalam kata pengantar buku, Mushaf-Mushaf Kuno di Indonesia, aktivitas penulisan mushaf di Tanah Air berlangsung pada akhir abad ke-13 ketika Kerajaan Samudera Pasai berkuasa. Meski patut disayangkan, jejak mushaf pada masa itu tak terlacak.

Justru pada abad ke-16 (993 H/1585), mushaf Nusantara yang diyakini muncul. Mushaf tersebut merupakan koleksi naskah pribadi William Marsden.Siapakah William?

Lembaga Pene litian Inggris, Gallop, mengungkapkan bahwa William pernah bekerja di Bengkulu, Indonesia, pada akhir abad ke-18 M. Lembaga penelitian tersebut lantas menyimpulkan bahwa naskah yang saat ini tersimpan di Perpustakaan School of Oriental and Afican Studies (SOAS), Universitas London, itu berasal dari daerah Sumatra, Indonesia.

Pada 1597 M tepatnya pada tujuh Dzulqa'dah (1005 H), naskah kedua yang diklaim naskah Alquran tertua ditemukan di Ternate, Maluku Utara.

Mushaf tersebut diketahui hasil karya tokoh ulama bernama al-Faqih as-Salih Afifuddin Abdul Baqi bin Abdullah al- Adni. Sedangkan, mushaf lainnya yang juga ditemukan oleh Belanda, muncul di wilayah Johor pada 1606 dengan kolofon berbahasa Jawa.

Selanjutnya, penyalinan Alquran oleh masyarakat Islam Nusantara terus berlangsung sampai akhir abad ke-19 atau awal abad ke-20 di beberapa, kota seperti Aceh, Padang, Palembang, Banten, Cirebon, Yogyakarta, Solo, Madura, Lombok, Banjarmasin, Samarinda, Makassar, dan Ternate.

Penggandaan mushaf sendiri di lakukan masyarakat Islam saat itu untuk mem bantu dalam ber dak wah dan mengajarkan Alquran. Namun, diper kirakan, mulai awal abad ke-20, pem buat an seni mushaf Alqur an di Nusantara semakin berkurang.

Penjajahan disinyalir menjadi faktor utama berhentinya aktivitas masyarakat Islam yang menyalin dan menyebarkan Alquran. Selain itu, sampai awal abad ke-20, belum ada teknologi percetakan yang dapat memproduksi mushaf secara massal.

Fakta lain terungkap, pemerintah memiliki peran krusial dalam penggan daan Alquran. Ini terbukti bahwa penulis mushaf Alquran pada abad ke- 16 hingga awal abad ke-20 disponsori oleh kerajaan, pesantren, dan elite sosial. Para ulama atau seniman menulis mushaf atas perintah raja-raja. Banyak mushaf kuno yang ditemukan di bekas- bekas pusat kerajaan lama.

Pesantren sebagai pusat pendidikan Islam, sejak berabad-abad lalu telah memegang peranan penting dalam penulisan Alquran. Seperti mushaf- mushaf yang ada di Pondok Pesantren Telagasari, Ponorogo, dan Pesantren Buntet, Cirebon. Untuk keterlibatan elite sosial, contohnya Mushaf Ibnu Sutowo dan yang terbaru Mushaf at- Tin, pesanan mantan presiden Soeharto.

Karakteristik

Masih mengutip Mushaf-Mushaf Kuno di Indonesia, karakter mushaf Alquran kuno tersebut cukup unik.

Ter da pat catatan tambahan seperti taj wid dalam mushaf tersebut. Secara umum kaligrafi yang digunakan sangat sederhana. Ada yang menggunakan khat Naskhi untuk ayat, penulisan juz memakai khat Tsuluts, ada pula yang menggunakan kaligrafi floral atau gaya tulisan lokal.

Meski demikian, naskah-naskah mushaf kuno di Indonesia ditulis cukup konsisten, seperti besar kecilnya tulisan, ke rapatan, dan gaya huruf. Iluminasi mushaf sendiri terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian awal, tengah, dan akhir yang membentuk sebuah kombinasi de ngan desain yang simetris. Gaya yang digunakan adalah floral (tumbuh- tumbuhan), sedangkan untuk mushaf Timur Tengah menggunakan gaya hias geometris.

Mushaf-mushaf kuno di Indonesia justru memiliki gaya hias iluminasi yang beragam. Hal tersebut lantaran pengaruh ragam budaya dari masing- masing daerah. rep:c70, ed: nashih nashrullah

Kurang Terawat

Penelitian Puslitbang Lektur Keagamaan Balitbang dan Diklat Keagamaan Departemen Agama RI pada 2003 di 13 wilayah dengan 161 judul berhasil meng ungkap bahwa sejumlah naskah- naskah Alquran yang ditemukan secara umum kondisinya kurang terawat.

Dengan demikian, kertas naskah sudah banyak yang lapuk dan dimakan rayap, bahkan sulit untuk dibaca.Kondisi naskah sudah tidak utuh, terutama pada beberapa halaman awal dan akhir. Dari naskah-naskah Alquran yang ditemukan, hanya sebagian kecil yang mempunyai kolofon. Untungnya, sebagian besar naskah ditulis di atas kertas Eropa yang memiliki cap kertas sehingga ada yang bisa memberikan petunjuk tentang perkiraan usia naskah.

Naskah-naskah yang ditemukan hanya sebagian kecil yang ditulis dengan Rasm Utsmani. Selebihnya ditu lis dengan Rasm Imla'i. Sistem penulisannya tampak beragam, ada yang di setiap awal juz dimulai pada awal halaman.

Naskah yang ditemukan sebagian kecil terdapat kesalahan dan keter tinggalan (kekurangan) dalam menulis teks ayat. Terjadinya kesalahan atau ketertinggalan dalam penulisan teks ayat menjelaskan bahwa penulisan mushaf tersebut tidak melalui proses penashihan. Kesalahan tersebut ada yang diperbaiki langsung dengan cara menambahkan kalimat di tepi luar halaman teks atau di sela-sela baris.  rep:c70, ed: nashih nashrullah

Tiga Jenis Alquran Standar Indonesia

01 Alquran standar 30 juz, yaitu mushaf Alquran yang bisaa digunakan/dibaca oleh umat Islam.

02 Mushaf Alquran Braille, yaitu mushaf Alquran yang digunakan/dibaca umat Islam kalangan tunanetra.

03 Alquran Bahriyah untuk para penghafal Alquran (Al-Qur'an lil-Huffadz).

ABAD 7 M

Kodifikasi Alquran dilakukan oleh Utsman bin Affan yang lantas disebar ke seluruh wilayah pada 651 M. Penyeragaman penulisan mushaf ini lantas disebut dengan Rasm Usmani.

ABAD KE-13 M

Pada masa ini diperkirakan penulisan mushaf Alquran nusantara telah berlangsung ketika Kerajaan Samudra Pasai berjaya. Sayang, belum ditemukan naskahnya.

ABAD KE-16 M

Ditemukan mushaf Alquran tertua, tepatnya 1.585 koleksi William Marsden.

AKHIR ABAD KE-19 AWAL ABAD KE-20

Penyalinan tradisional Alquran nusantara berlang-sung, terutama di kota-kota besar, seperti Aceh, Padang, Palembang, Banten, dan lainnya.

1959.1 OKTOBER 1959

Lajnah Pentashih Mushaf Alquran dibentuk berdasarkan Peraturan Menteri Muda Agama N0. l1 Tahun 1959.

ERA 1970-AN

Corak mushaf yang beredar di Indonesia masih berupa terbitan Bombay, Pakistan, dan Bahriyah Istanbul.

MUKER ULAMA AHLI ALQURAN 1980

12 tanda waqaf Alquran terbitan Depag 1960 disederhanakan sebagai standar penulisan mushaf Indonesia menjadi tujuh tanda wakaf.

MUKER ULAMA AHLI ALQURAN 1976

Mushaf Alquran terbitan Departemen Agama 1960 sebagai pedoman penulisan tanda-tanda baca dalam menulis mushaf Usmani Standar Indonesia.

MUKER ULAMA AHLI ALQURAN 1983

Penulisan Alquran standar Usmani sebagai Alquran standar Indonesia.

Fungsi Alquran

Pedoman dalam pentashihan

Pedoman dalam penerbitan Alquran

Kekhasan Mushaf

- Bersumber pada Alquran Usmani

- Pembakuan dalam tanda-tanda baca (hasil-hasil muker ulamaI-IX dan X-XV)

- Letak Nishf Alquran (Wal Yatalatthaf) berada di tengah halaman sebelah kiri

- Mushaf standar Indonesia memilih bentuk Khat Nasakh

Tiga Jenis Alquran Standar Indonesia Kekhasan Mushaf Fungsi Alquran Pedoman dalam pentashihan Pedoman dalam penerbitan Alquran Bersumber pada Alquran Usmani Pembakuan dalam tanda-tanda baca (hasil-hasil muker ulama I-IX dan X-XV)

Letak Nishf Alquran (Wal Yatalatthaf)

berada di tengah halaman sebelah kiri Mushaf standar Indonesia memilih bentuk Khat Nasakh Kodifikasi Alquran dilakukan oleh Utsman bin Affan yang lantas disebar ke seluruh wilayah pada 651 M.Penyeragaman penulisan mushaf ini lantas disebut dengan Rasm Usmani.

ABAD 7 M Pada masa ini diperkirakan penulisan mushaf Alquran nusantara telah berlangsung ketika Kerajaan Samudra Pasai berjaya. Sayang, belum ditemukan naskahnya.

ABAD KE-13 M Ditemukan mushaf Alquran tertua, tepatnya 1.585 koleksi William Marsden.ABAD KE-16 M Penyalinan tradisional Alquran nusantara berlang- sung, terutama di kota-kota besar, seperti Aceh, Padang, Palembang, Banten, dan lainnya.

AKHIR ABAD KE-19 AWAL ABAD KE-20 Lajnah Pentashih Mushaf Alquran dibentuk berdasarkan Peraturan Menteri Muda Agama N0. l1 Tahun 1959.

1 OKTOBER 1959 12 tanda waqaf Alquran terbitan Depag 1960 disederhanakan sebagai standar penulisan mushaf Indonesia menjadi tujuh tanda wakaf.

MUKER ULAMA AHLI ALQURAN 1980 Mushaf Alquran terbitan Departemen Agama 1960 sebagai pedoman penulisan tanda-tanda baca dalam menulis mushaf Usmani Standar Indonesia.

MUKER ULAMA AHLI ALQURAN 1976 Penulisan Alquran standar Usmani sebagai Alquran standar Indonesia.MUKER ULAMA AHLI ALQURAN 1983 Corak mushaf yang beredar di Indonesia masih berupa terbitan Bombay, Pakistan, dan Bahriyah Istanbul.ERA 1970-AN

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement