Ahad 28 Sep 2014 17:00 WIB

Teruntuk Dewa, Bukan Manusia

Red: operator

Kurban dalam peradaban kuno bertujuan menyenangkan para dewa.

Tradisi pengurbanan telah dikenal berbagai peradaban.Pengurbanan tersebut berupa beragam hal, seperti bahan pangan, hewan, hingga ma nu sia. Pakar Mito logi Yunani dari Univer sitas Zurich, Swiss, Walter Burkert, mengatakan, pengur ban an hewan dalam sejarah peradaban kuno adalah ritual membunuh hewan sebagai bagian dari prosesi keagamaan. Hal ini, banyak dilakukan oleh berbagai penganut agama. Sebagai prosesi untuk menyenangkan dewa-dewa atau mengubah jalan peristiwa alam.

Pengurbanan juga seperti pelayanan sosial dan perayaan budaya. He wan yang men jadi bina tang kur ban akan di dis tribusi kan kepada masya rakat. Budaya berkur ban dengan hewan ada di hampir semua budaya dari Ibrani ke Yunani dan Romawi (terutama upacara Lustratio), Mesir Kuno (misalnya dalam kultus Apis) dan dari suku Aztec ke Yoruba.Menurut Walter, teori pengurbanan di Yunani berasal dari praktik berburu.

Pemburu merasa bersalah karena telah membunuh makhluk hidup lainnya untuk bisa makan dan bertahan hidup. Sehingga, mereka menolak adanya ritual persembahan hewan.

Bukti utama yang membenarkan teori ini adalah Dipolieia, yang meru pakan bagian festival Athena. Dalam acara Dipolieia seekor sapi jantan dikorbankan. Pemeran utama dalam ritual adalah sapi bajak. Dalam satu titik acara tersebut dianggap termasuk kejahatan kejam di Athena. Menurut teori, setiap orang harus berpartisipasi dalam Dipolieia untuk mengurangi rasa bersalah.

Dalam perluasan negara Athena, banyak sapi yang dijadikan makanan untuk masyarakat saat diadakannya perjamuan dalam festival di Athena.

Ratusan ekor lembu juga akan banyak dijumpai sebagai hewan kurban di negara tersebut.Selain kurban hewan, sejumlah peradaban juga mengenal pengurbanan manusia. Pengurbanan manusia sebagai dedikasi untuk persembahan kepada sebuah kuil baru atau jembatan. Pengur banan manusia juga dilakukan setelah kematian seorang raja, imam agung, atau pemimpin besar. Yang menjadi korban adalah seseorang yang diyakini melayani dan menemani sang pemimpin di kehidupan selanjutnya.

Pengurbanan manusia dipraktikkan oleh berbagai peradaban, seperti peradab an pra-Columbia, Mesoamerika.Suku Aztec melakukan pengurbanan manusia dalam jumlah yang luar biasa besar. Pengurbanan dilakukan setiap hari untuk membantu matahari terbit.

Candi Tenochtitlan didedikasikan untuk menghormati ribuan korban.Salah satu contohnya, ribuan tentara Conquistadores, saat itu ditangkap dan dikorbankan selama perang penaklukan Spanyol dari Meksiko. Di Skandinavia, keper cayaan lama Skandinavia juga melakukan pengurbanan manusia.Ada buk ti yang menun jukkan budaya Pra-Hellenic Minoan juga mela kukan pe ngur ban an manusia.

Mayat para kor ban ditemukan di sejum lah situs di benteng Knossos di Kreta. Di utara benteng Knossos terda pat tulang anak-anak yang tampaknya men jadi korban pem bantaian. Para kurban, kemung kinan telah menjadi konsumsi manusia lainnya seperti tradisi untuk persembahan dalam peradaban Pre-Hellenic.

Kaum Funisia di Kartago, terkenal dengan pelaku yang menjadikan anak- anak sebagai kurban. Ada bukti arkeologi dari sebagian besar kerangka anak- anak yang terkubur dalam kaitannya dengan pengurbanan hewan. Plutarch (46-120 M) menyebutkan praktik seperti Tertullian, Orosius, Diodorus Siculus, dan Philo. Menggambarkan anak-anak dipanggang sampai mati untuk patung, berhala, atau sesuatu yang dipuja.

Budaya berkurban dengan hewan ada di hampir semua budaya dari Ibrani ke Yunani dan Romawi serta Mesir kuno.

rep:c70, ed: nashih nashrullah

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement