Ahad 28 Sep 2014 19:30 WIB
Mujaddid

Ismail Raji al-Faruqi Cendekiawan Palestina Kelas Dunia

Red: operator

Ia mengobarkan semangat antiIsrael melalui karya-karyanya.

Barangkali, nama Ismail Raji al-Faruqi bagi publik Tanah Air memang sedikit asing. Namun, di kalangan cendekiawan Muslim dunia, namanya cukup diperhitungkan dalam menyumbangkan intelektualisme universal dan berbagai proyek keilmuan lain di dunia Barat dan Islam. Ismail Raji al-Faruqi merupakan tokoh intelektual kelahiran Palestina, ia lahir di Jaffa, 1 Januari 1921.

Pada saat itu, Palestina masih berada dalam penjajahan Inggris dan belum diduduki Zionis Israel. AlFaruqi menjalani masa-masa pendidikannya di Lebanon sejak 1926 hingga 1936.

Ia kemudian melan jutkan pendidikan tingginya di Ame rican Univer sity di Beirut Lebanon pada 1941. Sekem balinya dari Le banon, di bawah mandat Peme rintah Inggris, ia kemudian di angkat menjadi gubernur di wilayah Galilea.

Ia menjadi gubernur terakhir di wilayah ini, sebelum akhirnya Zionis Israel mengambil alih wilayah Palestina pada 1947.

Peperangan kelompok Arab dengan Israel untuk mengambil alih kembali Tanah Palestina membuatnya memilih hijrah ke Amerika Sertikat. Di negeri Paman Sam inilah ia kemudian menekuni dunia intelektual dan melanjutkan studi akademik masternya di Universitas Indiana pada 1949. Ia pun mendapatkan gelar master keduanya di Universitas Harvard.

Pengetahuan akademisnya di lembaga pendidikan Barat, tidak membuatnya berhenti menimba ilmu. Al-Faruqi pun kemudian melanjutkan studinya ke Universitas al-Azhar di Kairo Mesir untuk mendalami ilmu-ilmu agama selama empat tahun. Keinginan untuk terus menuntut ilmu ini, tidak berhenti.

Ia kemudian berkiprah sebagai pengajar di Universitas McGill, Mon treal, Kanada, selama dua tahun pada 1959. Setelah akhirnya memutuskan untuk pindah ke Karachi, Pakistan, untuk ikut serta dalam kegiatan keilmuan di Central Institute for Islamic Research. Al-Faruqi terkenal dengan konsep dan teorinya tentang penggabungan ilmu pengetahuan.

Gagasannya itu telah mengilhami berdirinya berbagai megaproyek ke ilmuan, semisal International Institute of Islamic Thougth (IIIT) di Amerika Serikat dan lembaga sejenis di Malaysia.Pada 1972, ia juga mendirikan The Association of Muslim Social Scientist.Wadah bagi ilmuan Muslim di bidang ilmu sosial. Berkat dia pula agenda besar `Islamisasi ilmu pengetahuan'

hingga kini tumbuh dan berkembang di berbagai negara.

Sumbu tauhid

Menurut al-Faruqi, Islamisasi ilmu pengetahuan bersumber pada tauhid.Setiap penelitian dan pengembangan keilmuan harus diarahkan sebagai refleksi dari keimanan dan realisasi ibadah kepada-Nya. Ini berbeda dengan prinsip keilmuan Barat. Sejak abad ke-15 mereka sudah tidak berterima kasih kepada Tuhan melainkan hanya pada dirinya sendiri. Mereka telah memisahkan ilmu pengetahuan dari prinsip teologis dan agama.

Gagasan dan teorinya tentang proyek integrasi ilmu tersebut, terangkum dalam bingkai besar "Islamisasi Ilmu Pengetahun "yang terpublikasikan di berbagai media, baik berupa jurnal pemikiran atau buku. Setidaknya ada 20 judul buku dan ratusan artikel yang ia tulis.

Beberapa karya penting Ismail Raji al-Faruqi sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Karya tulisnya fokus pada pembelaan Islam. Di antaranya Islamization of Knowledge, Tawhid: Its Implications For Thought And Life, dan Islam and the Problem of Israel.

Ismail Raji al-Faruqi berpandangan, Islamisasi ilmu menekankan perombakan total atas keilmuan sosial Barat karena dianggap egosentris. Langkah besar al-Faruqi dan kritiknya terhadap realitas pendidikan Islam juga merupakan sumbangan besar dan manfaat bagi perombakan sistem pen didik an Islam.

Konsep Islamisasi ilmu pengatahuan al-Faruqi menitikberatkan pada tauhid dan mengikis egosentris ala Barat.

rep:Amri Amrullah ed: nashih nashrullah

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement