Ahad 03 Jan 2016 13:00 WIB

Masjid Agung Roma ETALASE PERADABAN ISLAM

Red: operator

REPUBLIKA.CO.ID,Masjid Agung Roma ETALASE PERADABAN ISLAM

Masjid ini dilengkapi fasilitas ruangan pendukung. 

Meski dibangun di pusat Katolik, pembangunan Masjid Agung Roma tam pak berani. Masjid yang pembangunannya memakan waktu 20 tahun itu besar dan megah. \"Mukjizat\" di tengah kemustahilan mengingat sejak era diktator Italia Benito Mussolini yang ber kuasa pada 1922-1943, pendirian masjid ditentang di wilayah subjek hukum internasional Vatikan. \"Takkan ada masjid di Roma selama tak ada gereja di Makkah,\" ancamnya kala itu.

Namun, atas kerja sama 23 negara mayori tas Islam Aljazair, Arab Saudi, Bahrain, Bangla desh, Brunei Darussalam, Indonesia, Irak, Kuwait, Libya, Malaysia, Maroko, Mauritania, Mesir, Oman, Pakistan, Qatar, Senegal, Sudan, Tunisia, Turki, Uni Emirat Arab, Yaman, dan Yordania, akhirnya masjid ini bisa berdiri.

Keterlibatan negara-negara Islam dalam pendirian masjid yang mulai pada 1975 ini ditandai dengan prasasti yang diabadikan dalam sebuah plakat marmer putih dipasang di dinding dekat tangga utama masjid.

Masjid yang selesai dibangun pada 1995 ini berbentuk kotak. Kubah sebagai simbol umum bertengger di atas bangunan. Besarnya lima kali lebih besar daripada kubah-kubah yang mengelilinginya. Warna abu-abu dipilih agar menahan sengat matahari. 

Di tangan sang arsitek Paolo Portoghesi, warga asli Italia, masjid yang berdiri di atas lahan seluas 29.915 meter per segi ini mema dukan gaya Roman dan Islam. Gaya Roman (Roma nesque) 

pertama kali diperkenalkan oleh Charles Alexis dan Adrien de Gerville untuk menggambarkan arsitekur di atas Gotik. 

Memasuki ruangan utama masjid yang terletak di Jalan Viale della Moschea ini, kita mesti melewati selasar terlebih dahulu. Sela sar ini panjangnya kurang lebih sekitar 15 meter dari tangga yang menghubungkan antara bagian luar dan dalam masjid. Setelah menaiki tangga dengan ketinggian kurang lebih 2,5 meter dari dasar tanah ini, baru kita akan mulai merasakan detail kemegahan bangunan- bangunan Romawi kuno.

Keindahan interior Di dalam ruangan utama masjid, mata akan dimanjakan dengan interior yang meng agumkan. Karya seni berkualitas tinggi dari negara-negara Islam beradu. 

Pilar-pilar yang tertanam di ruangan utama, misalnya, bak deretan pohon kurma lengkap dengan pelepah yang menjulurkan daunnya. 

Pola seperti itu membentuk sebuah kanopi melindungi bagian bawahnya dari sinar matahari. Rangkaian dedaunan yang mem bentuk seperti kanopi itu menyatu menjadi se buah kubah besar. Seperti teknik gedung zaman Romawi kuno.

Bahkan, beberapa penulis mengasosiasikan rancangan pilar-pilar di masjid ini sebagai tangan-tangan yang sedang menengadah ke atas layaknya dua belah tangan hamba yang sedang menengadah ke atas untuk berdoa. 

Keindahan pilar akan kian terpancar ketika lampu gantung yang bahannya dari tembaga kuning ini memendarkan cahaya. Cahaya dari lampu gantung memantul ke setiap pilar yang dibentuk seperti pohon kurma itu. Tak hanya nilai artistik tinggi menyelemuti masjid ini yang sedap dipandang. 

Karpet berwarna biru langit yang terben tang di lantai masjid ini memanjakan kaki. Mung kin kaki akan merasa segan karena sa yang bahan selembut sutra itu digunakan seba gai karpet. 

Pusat kebudayaan Di samping masjid berdiri bangunan berbentuk persegi panjang menyerupai huruf K.

 
Bangunan yang masih ter integrasi dengan bangunan utama masjid ini berfungsi sebagai pusat kebudayaan Islam di Kota Roma, Italia. Spot paling menarik adalah deretan yang berdiri tegak. 

Tiang-tiang dengan motif pohon kurma ini tertanam di beberapa titik bangunan berpola huruf K itu. Ada sekitar 32 tiang di bagian dalam dan 136 tiang di bagian luar masjid.

Gedung Pusat Kebudayaan Islam yang memiliki beberapa ruang khusus ini berdiri sepanjang sisi ruas jalan via G Pezzana dengan daya tampung 2.500 jamaah. 

Beberapa ruangan dengan luas bervariasi merupakan fasilitas penunjang berkembangnya pusat kebudayaan ini.

 
Tidak hanya ruang tempat shalat kecil sehari- hari (karena ruangan utama masjid digunakan untuk shalat Jumat saja), tetapi juga ada perpustakaan, auditorium berkapasitas 400 tempat duduk, ruang pameran, ruang resepsi, ruang konferensi, serta ruang administrasi.

Dari sisi luar, bangunan gedung yang memanjang dua lajur di belakang bangunan masjid menghasilkan garis latar horizontal antara Masjid Gunung Monte Antenne. 

Dua garis tersebut kemudian menumpuk untuk mengakomodasi sisi-sisi lengkungan kubah dan bangunan masjid dan dilengkapi dengan halaman tengah di antara keduanya. 

Sementara, lahan yang tersisa difungsikan untuk lahan parkir dan area taman yang ditanami dengan 100 batang pohon pinus roma budi daya Dewan Kota Roma dari Gunung Monte Antenne.

Teknik pengerjaan kompleks masjid ini sama dengan pembangunan Mau soleom Romawi dan bagian dari Antonio da Sangello di Istana Farnese dan Oratorio di S. Filippo O Neri oleh Borromini.

Teknik ini dipilih karena keterikatan sejarahnya dengan Kota Roma, begitu pula dengan tampilannya yang elegan. Garis- garis tegas melintang pada jendela dan atap atap yang mengerucut melengkapi intergrasi kontekstual keseluruhan kompleks pusat kebudayaan Islam ini.

Hingga sekarang, masjid ini menjadi etalase mengenal Islam sebagai sebuah peradaban. Pengunjung bisa mengunjungi situs ini dua kali sepekan. Dua hingga tiga ribu pengunjung diprediksi berziarah ke masjid yang sudah masuk dalam peta panduan wisata resmi Kota Roma seperti pada the Michelin Tourist Guide. (c62, ed: nashih nashrullah)

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement