REPUBLIKA.CO.ID,Potret Buram Afrika
Sejenak, mari menengok saudara- sau dara kita yang berada di Afrika.
Mereka hingga detik ini hidup di bawah bayang-bayang nestapa. Lagi, soal konsistensi terhadap pelaksanaan hak asasi manusia.
Tiap manusia, bagaimanapun terlahir sebagai orang merdeka, sejak terlahir oleh ibu me reka. Penegasan Umar bin Khatab RA merupakan salah satu bentuk konsepsi Islam meletakkan HAM. Tak ada yang berhak merebut kebebasaan siapa pun dan atas dalih apa pun, sebab pada hakikatnya, tiap manusia itu terlahir merdeka!
Afrika adalah benua termiskin yang didiami penduduk, menurut Human Development Report 2003 dari PBB. Posisi 151 dalah Gambia sampai 175 Sierra Leone dengan negara- negara Afrika.
Padahal, The Economist menjuluki Afrika sebagai benua masa depan. Benua ini memiliki cadangan minyak dunia sebesar delapan persen dan kaya dengan kandungan mineral.
Afrika Selatan, contohnya, menyim pan 88 persen cadangan platinum dunia.
Apa yang terjadi di Afrika, sejatinya adalah imbas dari inkonsistensi mendudukkan HAM bagi penduduk di Benua Hitam tersebut, terutama setelah Eropa menancapkan ambisi dan keserakahan mereka di benua ini pada awal abad ke-15. Kebijakan yang diterapkan oleh para kolonial Eropa terhadap Afrika hanya terfokus pada ekspolitasi sumber daya alam.
Pada abad ke-18, perlakuan tersebut justru memuncak menyusul Konferensi Berlin 1884 yang membagi Afrika bak `kue\' rebutan di antara negara-negara peserta, seperti Jerman, Denmark, Ingris, Spanyol, Portugal, dan Prancis. Afrika dipecah menjadi negara- negara kecil. Inggris, Prancis, dan Jerman, termasuk deretan negara yang paling `getol\'
mengeruk pundi-pundi materi dari Afrika.
Ironisnya, ekspolitasi SDA itu justru dibarengi dengan perbudakan yang bertahan hingga berabad-abad lamanya. Selain kemiskinan dan potret keterbelakangan Afrika, persoalan lainnya juga tak kalah pelik melanda kawasan ini, di antara yang menakutkan adalah tingkat penderita HIV-AIDS yang membengkak.
Dua per tiga atau 26 juta dari 40 juta pen duduk di benua ini terinfeksi penyakit pematikan tersebut. Jumlah orang di sub- Sahara Afrika yang terinfeksi HIV tiap hari 8.500 jiwa sedangkan jumlah yang meninggal karena AIDS setiap hari 6.300 jiwa. Eropa turut berkontribusi besar meninggalkan Afrika di bawah nestapa. Belum lagi, konflik dan perang saudara yang menyebabkan kematian di benua ini.
Jamal Abd al-Hadi Mas\'ud dan Wafa\' Muhammad Rif\'at Juma\'at dala
Bang sa Afrika yang harus kita camkan sebagaimana konsepsi Islam merupakan keturunan Adam yang juga berhak atas perlakuan sama, bukan seperti anggapan miring sebagian orang terhadap bangsa ini. Rasisme dan diskriminasi yang menargetkan kaum kulit hitam adalah dampak dari paradigma keliru.
Bangsa Afrika bukan dipandang sebagai keturunan manusia, melainkan binatang. Karena itu, mereka layak diperbudak. Padahal, menurut konsepsi Islam, bangsa Afrika termasuk keturunan Nabi Nuh AS dari jalur kedua putra mereka, yaitu Sam dan Ham.
Mereka berdua selamat dari terpaan banjir dan berhijrah ke Afrika.
Kedua, berkaitan dengan konsepsi dan fakta di atas, masih menurut kedua penulis buku fenomenal itu, agama yang dianut oleh bangsa Afrika sejak awal adalah agama tauhid.
Nabi Yusuf AS dan Musa AS adalah utusan Allah SWT yang ditugaskan di kawasan Afrika. Besar kemungkinan, risalah tauhid yang dibawa oleh keduanya telah tersebar di daerah tersebut. Jika para nabi dan ra sul diutus berdakwah di Jazirah Arab un tuk Bangsa Aad, Tsamud, dan Mad yan, besar kemungkinan warga Afri ka juga telah mengetahui dakwah tauhid tersebut.
Tesis lain yang sangat memugkinkan adalah Allah SWT telah mengutus utusan- Nya di penjuru kawasan ini, meski kita ti dak mengetahui sia pa sajakah me re ka. \"Dan sung guhnya Kami te lah mengutus ra sul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): Sembahlah Allah (saja) dan jauhilah tagut itu.\" (QS an-Nahl [16]: 36).
Kita tentu mi ris, kekacauan Afri ka be?
lakangan ini justru meli bat kan saudara- sau dara Muslim. Konflik berdarah tak berkesudahan yang menyisakan beragam masalah pelik. Ini bukan sa- ja atas na ma ke serakahan, melainkan juga ketidak konsis tenan Barat untuk memperlakukan Afrika pada mar tabat sesungguhnya.
Antara iya dan tidak atau tidak sama sekali.