Ahad 03 Jan 2016 13:00 WIB

pembaca menulis

Red: operator

REPUBLIKA.CO.ID,pembaca menulis

Dakwah Muhammadiyah Berkemajuan

Sejak gerakan ini berdiri lebih dari satu abad yang lalu melalui pendekatan pembaruan, KH Ahmad Dahlan berusaha melepaskan tradisi dan ritual dalam masyarakat yang tak sejalan dengan nilai-nilai Islam. 

Dakwah Islam yang dilakukan Muhammadiyah adalah dakwah Islam untuk keluarga. Dakwah Muhammadiyah menyentuh semua kalangan, mulai dari bapak-bapak dan ibu-ibu yang mewakili kalangan orang tua, hingga pemuda-pemudi, termasuk mahasiswa dan pelajar yang mewakili kalangan anak muda.

Para tokoh awal pendiri Muhammadiyah mengaplikasikan maksud ayat keenam surah at-Tahrim yang memerintahkan umat Islam untuk menjaga diri dan keluarganya dari siksa api neraka. Dengan adanya pemahaman dan kesadaran ini, muncullah organisasi otonom (ortom) Muhammadiyah yang menjadi bagian yang tak terpisahkan dari gerakan dakwah amar makruf nahi mungkar. 

Dalam melakukan gerakan, ortom menjalankan peran dan fungsi pada bagiannya masing- masing. Sebagai kepanjangan tangan dari Mu hammadiyah, ortom membantu gerak Muhammadiyah dalam melakukan dakwah Islam kepada keluarga yang merupakan kelompok terkecil dari masyarakat untuk mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya secara merata di semua kalangan, baik orang tua maupun anak muda. 

Muhammadiyah dan Aisyiyah menjadi wadah dakwah Islam agar dapat meneladani sosok Rasulullah Muhammad SAW dan Aisyah RA sehingga menjadi orang tua yang mampu memberikan teladan dan mendidik anak-anaknya menjadi pribadi-pribadi yang saleh dan salehah. 

Melalui ortom-ortomnya: Pemuda Muhammadiyah, Nasyiatul Aisyiyah, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM), dan ortom kader lainnya, Muhammadiyah berusaha membumikan gerakan dakwah Islam dengan gaya dan corak yang khas dari kalangan anak muda.

Adanya ortom dalam Muhammadiyah bukan dimaksudkan untuk mengelompokkan, bahkan membeda-bedakan dakwah Islam di antara kalangan yang ada. Akan tetapi, dengan adanya ortom, diharapkan dakwah Muhammadiyah dapat berjalan lebih efektif dan merata di seluruh lapisan masyarakat sehingga terwujud tujuan Muhammadiyah yang telah dicita-citakan dari awal. 

Ke depannya, di usia yang sudah memasuki abad kedua, Muhammadiyah harus tetap konsisten melakukan dakwah Islam di semua kalangan masyarakat melalui ortom-ortomnya. Selain itu, tetap memperhatikan perubahan zaman agar dakwah tetap berjalan langgeng sehingga terwujud masyarakat madani yang benar-benar berselaras dengan Islam berkemajuan.

Sulthon Arif Rakhman 

Aktivis IMM Bogor Rumah Kepemimpinan Regional V Bogor 

Pemimpin dalam Islam

Banyak orang memimpikan menjadi seorang pemimpin. Mengapa? Takhta dan har ta jawabannya. Seorang pemimpin akan mendapatkan penghormatan dari mana saja. Memang benar. Seorang pemimpin akan memiliki banyak harta. M emang benar. Dengan menghalalkan berbagai macam cara agar mendapat jabatan itu. Entah dengan cara yang bersih entah kotor sekalipun. Banyak orang yang menganggap jika jadi pemimpin itu mudah, hanya ting gal menyuruh bawahan-bawahannya untuk melakukan apa yang dia inginkan.

Dalam pandangan Islam, kepemimpinan me rupakan amanah dan tanggung jawab yang tidak hanya dipertanggungjawabkan kepada ang gota-anggota yang dipimpin, tetapi juga dipertanggungjawabkan di hadapan Allah SWT. 

Pertanggungjawaban kepemimpinan dalam Islam tidak hanya bersifat horizontal-formal sesama manusia, tetapi juga bersifat vertikal-moral. 

Yaitu, merupakan tanggung jawab kepada Allah di akhirat. Kepemimpinan merupakan tanggung jawab sekaligus amanah yang berat dan harus diemban sebaik-baiknya dalam kehidupan.

Ternyata tidak mudah untuk kita menjadi pemimpin, meskipun akan banyak mempunyai harta serta takhta yang tinggi. Namun, menjadi pemimpin bukan harta dan takhta yang terpenting, melainkan penting bagaimana seorang pemimpin memegang amanah serta tanggung jawab.

Sebagaimana dijelaskan Alquran surah al- Mukminun ayat 8-11 bahwa seorang pemimpin harus mempunyai sifat amanah karena seorang pemimpin akan diberi tanggung jawab. Jika pemimpin tidak mempunyai sifat amanah, tentu yang akan terjadi adalah penyalahgunaan jabatan dan wewenang untuk hal-hal yang tidak baik. Oleh karena itu, menjadi pemimpin sebaiknya tidak dilihat sebagai sarana untuk menguasai, tetapi justru dimaknai sebuah pengorbanan dan amanah yang harus diemban sebaik-baiknya.

Islam mengajarkan bahwa setiap orang yang memiliki kedudukan kepemimpinan bertanggung jawab terhadap orang yang dipimpinnya. Dalam hadis yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim dari Ibnu Umar, Rasullulah. Bahwa etika paling pokok dalam kepemimpinan adalah tanggung jawab. Semua orang yang hidup di muka bumi ini disebut sebagai pemimpin. 

Kepemimpinan bukanlah kesewenang-wenangan untuk bertindak, melainkan kewenangan untuk melayani untuk mengayomi dan berbuat seadil-adilnya. Konsekuensinya menjadi pemimpin haruslah mempunyai sifat amanah, profesional, dan memiliki sifat tanggung jawab. 

Karena, kepemimpinan semacam ini hanya akan muncul jika dilandasi dengan semangat amanah, keikhlasan, dan nilai-nilai keadilan. 

Edri Tadola Wijaya 

Mahasiswa Pendidikan Sejarah Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

TULISKAN KOMENTAR ANDA

Redaksi menanti komentar, usulan, saran, atau kritik Anda mengenai “Islam Digest”

termasuk usulan tema utama dengan mengirimkannya lewat e-mail ke

[email protected]. Jangan lupa sertakan foto diri Anda.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement