Ahad 17 Jan 2016 13:00 WIB

SEKERAT SURGA di Minahasa Tenggara

Red: operator

REPUBLIKA.CO.ID,

OLEH PRIYANTONO OEMAR 

Dilaokku kallumangku Ma bukoknu busayangku lepaku Ma bittaknu tummuangku dalleku 

Irwan Mau (52 tahun) mendendangkan lagu Bajo itu di hadapan kami. Warga Desa Tum bak itu kemudian me nerjemahkan untuk kami. \"Lautku penghidupanku/ Di pundak mu kukayuh bahteraku/ Di perutmu kutemukan rezekiku\'\'

Tak berlebihan jika warga Desa Tum bak dan Desa Tumbak Madani di Ke camatan Pusomaen, Minahasa Teng gara, itu menggantungkan hidupnya pada laut. Tak ada lahan pertanian di desa mereka. `\'Desa kami dibangun di tanjung pasir yang tandus, yang tiap bulan selalu ada air pasang dan air surut. Air bersih dialirkan dari desa lain,\'\' ujar Muhammad Ibrahim, hukum tua Desa Tumbak Madani, kepada saya, awal Januari 2016. 

Syekh Abdul Samad Bachdar, lahir di Gorontalo berayahkan Arab Yaman Syekh Al Haj Husein Bachdar, mem - berikan kesaksian tentang Tumbak.

lewat syairnya. 

Tandus pasir merupa tanjung, kecil dan sempit letaknya lengkung Tiada bertumbuh walaupun jagung, air pula di lain kampung Ia datang di Tumbak dalam usia 22 tahun bersama rombongan punggawa Bajo Tilamuta, Sya\'ban Ibrahim Mau, yang menjadi mertuanya. Dari pung gawa ini, warga Tumbak mendapat keterampilan turun-temurun berupa seni pencak silat. `\'Hanya ditampilkan pada saat ada perayaan hari-hari besar,\'\' ujar Irwan.

Hanya ada satu jalan utama yang menghubungkan dua desa itu, diapit rawa dengan hutan bakau seluas satu hektare dan perairan Laut Maluku. Dalam satu rumah bisa ada 2-3 keluarga. 

Desa para penghalau perompak Tumbak ada sejak 1918, ketika rombongan nelayan Bajo dalam 10 soppe(perahu) tiba di kawasan ini. Di bawah pimpinan punggawa Tilamuta, Sya\'ban Ibrahim Mau, rombongan beranggota 67 orang itu mendapat tawaran me netap di sini untuk menghalau perom pak. 

`\'Tumbak berasal dari tombak, senjata untuk perang maupun untuk menangkap ikan dan hewan,\'\' ujar Muchtar Baba, mantan hukum tua Desa Tumbak. `\'Tapi, tumbak juga bisa berupa tunas pohon posi-posi yang ujung - nya menyerupai tombak,\'\' tam bah Baba.

Tumbak adalah bahasa lokal untuk tombak. Tapi ada pula yang mengartikan sebagai akronim dari tumbuhan bakau. Ada pula versi awal yang tergambar dalam syair Syekh Abdul Samad Bachdar. 

Konon dulu ada pembajak, dari Mindanow berbintak-bintak Datang di sini maksud merampok, dengan senjata panah dan tumbak Terdengar oleh Burger di Belang, mereka datang berpelang-pelang Setelah bertemu lalu perperang, tumbak-menumbak parang- memarang Pada 2010, Tumbak dimekarkan menjadi dua. Sebanyak 97 persen warga dua desa ini adalah nelayan. Untuk hasil pertanian, mereka membeli di desa tetangga. Sebagian kecil, mereka dapatkan dari tanah kebun di Pulau Bentenan. 

Tujuan awal kami ke Minahasa Teng gara semula adalah Pulau Bentenan, yang di masa lalu dikenal di Mi na - ha sa sebagai sentra tenun bentenan. Tetapi, tenun di Bentenan sudah mati di awal abad ke-20. Pulau di seberang Desa Tumbak itu, kini men jadi tempat mena nam rica dan tomat. 

Sebelum menuju Tumbak, kami menginap di Kampung Jawa Tondano di Kabupaten Minahasa, sekitar 150 meter dari Masjid Tondano. Mencari tempat shalat dan makanan halal di Kampung Jawa Tondano tak susah bagi kami, karena Kampung Jawa Tondano merupakan pusat Muslim di Minahasa. Dari Tondano, kami me - nuju Tumbak lewat Kecamatan Langowan. Sekitar satu jam perjalanan menggunakan mobil. 

Dari sisi pantai sebelum memasuki desa, terlihat Pulau Ponteng dan Pulau Baling-Baling di sisi kanan desa, di tengah Laut Maluku. Pulau Baling-Baling menjadi tempat makam Syekh Abdul Samad Bachdar.

Meski berada di Minahasa Tenggara, mereka bukanlah orang Minahasa asli. Dua desa itu telah menjadi melting pot. Mereka berasal dari Bajo, Gorontalo, Bugis, Makassar, Madura, Tidore, Buton, Mandar, Sasak, dan Bali. Semua meleburkan budaya di tanjung ini. 

(ed:nina chairani)

Punya Banyak Lokasi Snorkeling

Laut Maluku menyimpan keindahan termbu karang. Perairan Tumbak memiliki banyak lokasi snorkeling yang disukai turis untuk melihat terumbu karang dan ikan-ikan, antara lain clown fish, blue spot fish ray, belut laut, fugu, dan banggai cardinal fish. `\'Ternyata ada sekerat surga di sini. Ada tempat yang bagus selain Bunaken,\'\' ujar Dian Ayu Aryani, anggota rombongan perjalanan kami.

Pulau-pulau kecil di sekitar Tumbak yang masih terjaga, seperti Pulau Baling-baling dan Ponteng membuat indah pemandangan. Yang khas adalah lokasi makam umum di Pulau Bentenan. `\'Jika ada warga yang meninggal, jenazah diantar menggunakan perahu,\'\' ujar Dian.

Lahan darat di desa yang sempit, tak memungkinkan adanya lahan makam. Untuk rumah saja, tak cukup. Yang tak bisa membangun rumah di darat, mereka membangun rumah panggung di perairan. Jika anggota keluarga bertambah, mereka memperluas rumah dengan membangun rumah di bagian belakang di sisi laut. Keindahan taman laut Maluku menjadi halaman belakang rumah mereka.

`\'Alhamdulillah, belum pernah terjadi apa-apa, semoga tetap tidak terjadi,\'\' ujar Ibrahim, menjawab kekhawatiran saya mengenai kemungkinan terjadinya tsunami. Pada pertengahan November 2014, terjadi gempa 7,3 SR di kedalaman 10 km perairan Maluku.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement