Tiga kenikmatan di laut, snorkeling, kuliner, dan fotografi terangkum di tiga pulau yang baru populer di Lombok ini.
Kata gili dan Lombok hampir bisa dipastikan membawa bayangan sebagian orang pada bayangan Gili Trawangan dan dua tetangganya, Gili Air dan Gili Meno. Padahal, ada puluhan gili menarik yang mengepung Lombok dan menanti untuk ikut dieksplorasi oleh wisatawan.
Beberapa gili menarik yang mungkin belum begitu terdengar gaungnya terhampar di bagian barat Pulau Lombok. Di sana, terdapat tiga gili yang saling bersisian bernama Gili Nanggu, Gili Sudak, dan Gili Kedis.
Karena jaraknya yang saling berdekatan, akan terasa tidak lengkap jika mengunjungi salah satu gili tanpa menyambangi dua gili lainnya.
Ada beberapa alternatif jalur yang bisa di pilih untuk memulai perjalanan menuju ketiga gili di Selat Lombok ini. Rute terdekat ialah melalui Pelabuhan Lembar, Mataram. Sedang kan, rute kedua melalui Desa Tawun, Sekotong.
Pesona ikan seribu Kami memutuskan untuk memulai perja lanan dari Desa Tawun yang hanya berjarak sekitar 45 menit hingga satu jam dari Lombok International Airport dengan kendaraan roda empat. Tiba di pesisir pantai yang berdam pingan dengan Desa Tawun sempat membuat kami takjub dengan pemandangan langit yang sangat cerah dan hamparan laut yang sangat biru.
Sayangnya, banyak sampah bertebaran di bibir pantai.
Gili Nanggu menjadi destinasi pertama kami. Untuk melakukan perjalanan dengan 12 orang, kami menyewa sebuah kapal fiber cukup besar dengan biaya sebesar Rp 600 ribu. Sebelum berangkat, kami tak lupa menyewa beberapa perlengkapan snorkelingdari penduduk setempat dengan harga Rp 25 ribu per item atau Rp 75 ribu per set.
Perjalanan laut dari Desa Tawun menuju Gili Nanggu yang kami lalui tidak begitu mulus. Arus ombak sedang cukup besar waktu itu.
Boatmankami, Deni (29 tahun), menjelaskan bahwa perjalanan laut menuju ketiga gili itu memang cukup sulit dilakukan pada Januari hingga Maret. Sebab, pada waktu-waktu tersebut ombak sedikit lebih tinggi. Terkadang, pada Maret perjalanan laut menuju ketiga gili itu pun dihentikan sementara demi keamanan.
"Tapi, di bulan-bulan lainnya, ombak di sini setenang danau," ungkap warga Desa Tawun itu.
Hanya berselang 20 menit, Deni dengan mulus membawa kami merapaat di Gili Nanggu tanpa hambatan. Gili Nanggu yang berarti ujung dalam bahasa Sasak ini langsung menyambut kami dengan pasir putihnya yang sangat halus.
Gili Nanggu memiliki satu keunggulan yang tidak dimiliki oleh kedua gili tetangganya, yaitu biota laut yang sangat kaya. Kejernihan air yang mengelilingi Gili Nanggu membuat kegiatan snorkelingmenjadi sangat menarik di perairan ini. Selain itu, Gili Nanggu memiliki dua spot snorkelingyang akan memuaskan para pencinta snorkeling.
Tak perlu berenang jauh untuk menyaksikan banyak biota laut di perairan Gili Nanggu. Hanya dengan melakukan snorkelingsedikit menjauh dari bibir pantai, kami dapat segera melihat keragaman biota laut di pulau kecil yang sudah menjadi kawasan konservasi sejak 2011 ini.
Salah satu spesies unik yang dapat ditemui di Gili Nanggu ialah sekawanan ikan berwarna-warni yang dikenal oleh penduduk setempat sebagai ikan seribu. Ikan ini tanpa ragu akan berenang ke sana ke mari, bahkan mengelilingi para wisatawan yang sedang melakukan snorkeling.
Santapan segar Hanya butuh waktu sekitar 10 menit untuk menyeberang dari Gili Nanggu menuju Gili Sudak. Pemandangan Gili Sudak pun ternyata tidak kalah indah.
Ada beberapa restoran yang terdapat di Gili Sudak dan sama-sama menjajakan makanan laut yang segar dan lezat. Kami kemudian menjatuhkan pilihan ke sebuah rumah makan pinggir pantai yang cukup besar dan nyaman bernama Warung Gili Sudak. Berbagai kudapan, mulai dari ikan asam manis hingga cumi diolah dengan apik oleh pemilik rumah makan.
Berbagai sajian makanan laut yang dihidangkan terasa bertambah lezat saat didampingi dengan sambal khas Lombok yang pedas. Sebagai pelengkap, rumah makan ini juga menyajikan minuman kelapa muda yang menyegarkan.
Meski tak bisa melakukan snorkelingseapik di Gili Nanggu, ada kegiatan olahraga air yang memungkinkan untuk dilakukan di Gili Sudak. Arusnya yang tidak begitu deras memungkinkan para wisatawan yang berkunjung untuk menyewa kano seharga Rp 25 ribu dan mendayung sepuasnya.
Mendayung kano di Gili Sudak dapat memberi satu pengalaman baru yang dapat merelaksasi pikiran.
Alasannya, saat mendayung kano, wisatawan akan disuguhi pemandangan menarik dari hijaunya gili-gili yang berada di sekitar birunya langit, serta jernihnya perairan di Gili Sudak. Karena itu, tak mengherankan jika banyak pemandangan turis yang mendayung kano secara perlahan sambil menikmati keindahan pemandangan di Gili Sudak.
`Surga' pencinta foto Dari Gili Sudak, pemandangan Gili Kedis yang `imut' dapat terlihat denga mata telanjang. Kedis sendiri dalam bahasa Sasak berarti kecil yang mencerminkan ukuran dari gili tersebut. Tak lebih besar dari setengah lapangan bola, Gili Kedis tetap memiliki magnet tersendiri untuk menarik perhatian wisatawan.
Meski kecil, struktur unik di Gili Kedis membuat pulau kecil ini menjadi objek favorit wisatawan untuk berfoto. Di bagian tengah pulau terdapat beberapa pohon yang menjulang tinggi sementara di sisi-sisinya dibiarkan kosong. Pemandangan Gili Kedis cukup mirip dengan ilustrasi-ilustrasi pulau kecil menarik yang biasa muncul di film-film kartun.
Selain itu, Gili Kedis setidaknya memilikj dua struktur yang sangt kontras. Di satu sisi, Gili Kedis memiliki struktur berbatu besar yang cantik. Di sisi lain, pulau ini memiliki bibir pantai berpasir halus yang tak kalah indah dengan Gili Nanggu dan Gili Sudak.
Arusnya yang tidak terlalu besar dan dalam membuat sisi ini menjadi pilihan bagi wisatawan yang ingin berfoto sambil bermain air.
Sisi yang tenang ini juga dapat dimanfaatkan wisatawan untuk melakukan olahraga ringan seperti voli air bersama teman-teman. "Ketika air pasang pada malam hari, pulau ini yang terlihat hanya bagian pohonnya," cerita Deni.
Oleh Adysha C Ramadani, ed: Nina Chairani