Pandangannya sejenak melayang. Kerut kening menyelipkan pikirannya yang tengah menembus kenangan dulu, cerita indah masa kecilnya. Pria tua duduk santai sembari dilantunkan musik gambang kro mong yang ia setel pelan dari pemutar CD-nya.
Azan Zhuhur baru saja beres berkumandang. “Dulu ni tempat serem, saban sore liwat Ashar, udeh ga ade nyang berani liwat. Ade buaye buntung, udah 30 orang ade kali nyelem gak balik-balik,” ujarnya antusias.
Cerita yang dikenang seorang Bang Minin (55 tahun), pedagang CD bajakan almarhum maestro tembang Betawi, Benyamin Sueb, di lapaknya. Cerita itu yang masih ia kenang di tempat sekarang ia berjualan, Setu Babakan, Jagakarsa, Jakarta Selatan. Cerita itu yang ia kenang pada 1970-an, saat wilayah ini masih semak belukar. Dulu, katanya, masih sedikit rumah. Hanya terdapat danau yang berdasarkan cerita turuntemurun dibikin Pemerintah Belanda untuk keperluan pengairan pemukim setempat.
Setu Babakan yang dulu bukanlah yang sekarang. Kini, tempat ini menjadi pusat kebudayaan Betawi yang menjadi magnet kunjungan wisatawan dari berbagai daerah. Tak ada lagi cerita buaya buntung, tak ada lagi kisah orang tenggelam. Setu Babakan maju berhias, bersolek, mempercantik diri mengiring kemajuan Jakarta. Setu Babakan kini menjadi perburuan para penikmat kelestarian sebuah budaya, kebudayaan Betawi dalam hal ini yang dilestarikan.
Setu Babakan atau Danau Babakan. Terletak di Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan. Lokasi ini berfungsi sebagai pusat perkampungan budaya Betawi. Perkampungan Betawi sejatinya banyak tersebar di berbagai wilayah di Kota Jakarta. Tapi, di tempat inilah, semua kebudayaan Betawi mampu direkacipta, dipertahankan, dan dibuat dalam satu tatanan permukiman yang berlandaskan murni
kebudayaan nenek moyang.
Maka tak mengherankan, diperkampungan seluas 289 hektare ini masih dapat ditemukan atmosfer yang kental akan budaya Betawi, baik ornamen-ornamen rumah, seni, dan kulinernya. Suasana khas pedesaan akan makin terasa saat menyak sikan pergelaran budaya Betawi yang secara langsung dipertontonkan di kawasan ini. Biasanya, pergelaran kesenian Betawi digelar pengelola kampung seminggu sekali.
Pergelaran yang menggaungkan budaya Betawi yang kian hari kian tersisih. Pergelaran berupa tari cokek, tari topeng, kasidah, marawis, seni gambus, lenong, tanjidor, gambang kromong, dan ondel-ondel. Biasanya, pertunjukan melibatkan banyak sanggar, baik yang berada di Jakarta Selatan maupun sepenjuru DKI Jakarta.
Kampung percontohan
Suasana alam yang rindang. Semilir angin meniupkan nilai kesahajaan di antara rerimbunan pepohonan. Setu Babakan terlihat tenang. Danau buatan seluas 25 hektare ini berbentuk memanjang. Air yang diambil dari aliran Sungai Cita rum itu menjadi berkah tersendiri untuk masyarakat sekitar. Selain banyak digunakan untuk memancing ikan, di danau ini para pengunjung juga dapat menghabiskan waktu berkeliling dengan sepeda air. Cukup murah, satu orang hanya dipungut biaya Rp 5.000 untuk satu kali putaran.
Kepala pengelola UPT Setu Babakan dari Dinas Pariwisata DKI Jakarta, Indra Sutisna, menyebut kawasan ini memang diperuntukkan bagi pengembangan dan pelestarian budaya Betawi. Setu Babakan, ungkapnya, sedikitnya memiliki tujuh fungsi bagi masyarakat Jakarta. Sebagai fungsi permukiman, ibadah, informasi, seni budaya, pendidikan, dan fungsi pariwisata.
Ke depan, tambah pria yang akrab disapa Bang Indra itu, Setu Babakan akan terus menggenjot perannya dalam mengawal keberadaan budaya Betawi sebagai warisan leluhur. Di tengah danau, akan segera dibangun sebuah perkampungan Betawi tradisional.
Saat ini, sudah terlihat fondasi dasar di area lahan seluas lima hektare di tengah danau tersebut. “Kita targetkan 2020 rampung,” ujar nya. Nantinya, di area itu pihak pengelola akan membangun model percontohan perkampungan betawi tempo dulu, lengkap dengan museum tempat dipamerkan banyak hasil kera jinan dan peninggalan khas Betawi.
Lewat Mana ke Setu Babakan?
Banyak rute bagi parawisa tawan untuk berkunjung ke Setu Babakan. Dari daerah
Depok, pengunjung dapat menggunakan transportasi angkutan kota, baik menuju arah Pasar Minggu ataupun Cipedak. Sedangkan dari daerah Pasar Minggu, pengunjung dapat menggunakan Kopaja 616 meminjam rute Blok M-Cipedak. Perjalanan dalam kondisi lalu lintas lancar hanya membutuhkan waktu sekitar se tengah jam perjalanan.
Bagi para pengunjung yang meng gunakan kendaraan pribadi dapat langsung menuju lokasi melalui persimpangan Lenteng Agung menuju Tanah Baru, Depok. Tak jauh dari pertigaan Jagakarsa, terdapat pintu masuk dengan gapura besar bertuliskan Gerbang Masuk Si Pitung. Dari gapura tersebut, Setu Babakan hanya berjarak kurang dari 500 meter. Biasanya kendaraan diminta parkir di la han yang dikelola masyarakat. Per jalanan dapat dilakukan kemudian melaluijalan kaki menuju Setu Babakan.
Berawal dari Suatu Kegelisahan
Mimpi membangun sebuah perkampungan Betawi sebenarnya telah ada sejak 1990. Saat itu, masyarakat Betawi yang tergabung dalam Bamus Betawi menganggap perlu adanya se buah perkampungan yang didukung pemerintah sebagai pioner, pengawal, dan sebagai kampung percontohan pelestarian budaya Betawi.
Setu Babakan bukanlah satusatunya tempat yang saat itu direkomendasikan sebagai pusat pengembangan kebudayaan Betawi. Ada beberapa lokasi lain yang saat itu ditunjuk, seperti Marunda, Rorotan, Kemayoran, bahkan Condet di Jakarta Timur. Kendati begitu, setelah dikaji dari berbagai aspek dan lokasi yang dinilai paling strategis, terpilihlah Setu Ba bakan.
“Keputusan yang dilakukan dengan banyak tahap, mulai dari seminar akademis, lokakarya, dan dialog dengan para pemerhati budaya,” kata Bang Indra.
Momentum awal serta cikal bakal digarapnya lokasi yang dulu bernama hutan srengseng itu dilakukan pada 1997, tepatnya pada 13 September 1997 saat Dinas Pariwisata Jakarta Selatan menggelar sebuah acara yang bertajuk “Se hari di Setu Babakan”. Masyarakat setempat menyebutnya dengan festival Setu Babakan. Sebuah acara yang juga didukung Lembaga Kebudayaan Betawi yang mendapat sambutan hangat masya rakat DKI Jakarta.
“Ada lomba getek, bikin sayur asem, dan bazar buah-buahan,” kenang Indra. Sejak saat itu, tambah Indra, upaya menjadikan Setu Babakan sebagai pusat kebudayaan terus berlanjut. Hingga pada 2000, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengeluarkan surat keputusan yang menetapkan tentang Penataan Ling kungan Perkampungan Budaya Betawi di Kelurahan Srengseng Sawah. Sejak saat itulah wilayah ini makin ramai. Setu Babakan yang dulu sepi berubah padat dengan banyaknya para pen datang.
Setu Babakan yang dianggap angker, kini diburu sebagai panorama cantik untuk ru mah-rumah baru yang dibangun kemudian. “Kami percaya Setu Babakan ini akan tetap bertahan. Lokasi ini te lah dilindungi sebagai cagar budaya melalui Peraturan Daerah No 3 Tahun 2005,” ujarnya tegas.
Hanya saja, kelestarian perkampungan budaya Betawi, tambah Indra, masih perlu dukungan banyak pihak.
Tiga Paket Wisata Setu Babakan
Wisata Budaya
Pengunjung dapat menikmati pergelaran seni, baik musik, tarian, maupun teater topeng di panggung Setu Baba kan. Biasanya digelar setiap Ahad sejak pukul 13.00-16.00 WIB. Merupakan ke giatan yang menawarkan banyak kesan tentang budaya Betawi yang sangat menjunjung tinggi nilai persaudaraan, kecintaan alam, dan kerohanian.
Wisata Air
Setu Babakan menjadi lokasi yang tepat untuk menghabiskan waktu bersama keluarga. Bagi yang hobi mancing, danau ini dapat menjadi lo kasi yang tepat untuk berburu berbagai macam ikan air tawar. Mulai dari ikan sepat, lele, emas, bahkan beruntung bila mendapat ikan gurami. Juga tersedia dari pihak pengelola saran transportasi hiburan, seperti sepeda air, bebek-bebekan, dan penyewaan sepeda bagi para pengunjung yang ingin berkeliling di sekeliling tepian Setu Babakan.
Wisata Kuliner
Deretan penjaja makanan sepanjang Setu Babakan menawarkan banyak pilihan bagi para pengunjung. Pedagang setempat menjajakan makanan khas Betawi, semisal kerak telor, selendang mayang, gado-gado, pecak gurame, hingga laksa betawi. Jajanan khas yang tak perlu merogoh kocek terlalu dalam. Konsep kuliner di SetuBabakan memang diperuntukkan untuk jajanan rakyat.