Ahad 21 Sep 2014 17:02 WIB

Belajar dari Kebesaran Dodol Picnic

Red: operator

Ini cerita tentang makanan kampung yang berhasil naik status.

Berada di Jalan Pasundan.Pabrik dodol terbesar di Garut itu bernama Picnic. Merek yang sudah tak asing lagi bagi generasi yang lahir di era 5070-an. Dodol yang digadanggadang menjadi pioner penggebrak pasar nasional yang saat itu masih dirundung dikotomi "makanan kampung dan makanan kota". Dodol Picnic, kuliner Garut yang meng angkat harkat dan derajat dodol, makanan kampung yang kini menjadi makanan berkelas kota.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Foto:Republika/Adhi Wicaksono

Pembuatan Dodol, Garut.

Pabrik itu terlihat sepi. Pintu gerbang cokelat tertutup rapat sehingga tampak luar seperti tiada aktivitas. Bunyi bising yang semestinya menjadi polusi suara sebuah pa brik, tak bergaung di pintu gerbangnya. Bunyi lalu-lalang mobil dan motor yang dominan terdengar di luar. Maklum, laju kencang kendaraan Garut tak bisa dihindari. Kota ini hanya punya dua lampu merah di pusat kotanya.

Dodol Picnic mewarnai kejayaan kuliner Garut sejak 1949. Dodol Picnic berawal dari buah tangan ajibnan ajaib Nek Patimah, yang membuat penganan dodol yang dijualnya di keramaian pasar Kota Garut. Namun begitu, tonggak sejarah keberadaan nama Picnic Garut tepatnya saat usaha ini mulai dirintis oleh kedua anaknya, Iton Damiri dan Aam Mawardi, pada 1957.

Dodol Picnic sejarahnya cukup panjang dan punya kisah yang menarik. Awalnya, dodol masih dijuluki makanan kampung yang tentunya kalah saing dengan beberapa jajanan yang didatangkan dari luar negeri seperti wafer dan cokelat. Hal ini yang kemudian membuat dodol buatan Iton Damiri dan Aam Mawardi tak luput puluhan kali ditolak beberapa toko dan kios pasar.

Terciptalah ide untuk menjual dodol mereka ke salah satu pasar ternama di Kota Bandung. Toko itu berada di daerah Pasir Koja, bernama toko Picnic yang memang menjadi toko legendaris penjual makanan terbesar di Kota Kembang. Setelah menimbang soal pemberian nama, maka dijuallah dodol mereka dengan nama Dodol Picnic.

"Kerja keras, tawadhu, dan berserah diri adalah kunci dari semua perjuangan," ujar H Ato Hermanto, penerus kebesaran kejayaan Dodol Picnic hari ini. Menurut Ato, sebelum nama Picnic, dodol yang dibuat para leluhurnya itu dijual dengan berganti nama berkali kali. Mulai dari dodol merek "Patimah", "Herlina", hingga dodol dengan merek "Purnama".

Ato menyambut kedatangan kami dengan style-nya yang begitu sederhana. Pembawaannya tak menunjukkan dia sebagai bos besar meski statusnya merupakan Direktur Utama PT Herlinah Cipta Pratama, perusahaan yang kini menjadi tempat bernaung produksi Dodol Picnic. Ato Hermanto mewarisi perusahaan keluarga, yang beberapa jajaran petinggi lainnya merupakan anak cucu dari sang perintis, Iton Damiri dan Aam Mawardi.

Perusahaan impian

Dari sebuah rumah kecil, peralatan masak yang begitu sederhana, jalan hidup telah membuat pabrik Dodol Picnic menjelma menjadi sebuah perusahaan raksasa.

Hal ini tidak berlebihan mendengar banyak anggapan bahwasanya bekerja di Dodol Picnic merupakan impian setiap warga Garut.

Ato menyebut, pabrik Dodol Picnic kini di huni sedikitnya 300 karyawan. Areal pabrik dihuni puluhan hingga ratusan pekerja yang terbagi dalam beberapa pos pembagian kerja. Mulai dari pengolahan adonan, uji cita rasa, hingga ke bagian bungkus dan pengepakan.

Berkeliling dapur pabriklah yang membuat decak kagum tak bisa dihindari. Bersama Ato Hermanto, ditunjuklah beberapa nilai spesial dari proses pembuatan dodol.

Meski melayani permintaan dalam jumlah yang besar, proses pembuatan dodol masih menggunakan bahan bakar kayu. Beras ketan dan gula yang didatangkan masih sebisa mungkin memaksimalkan hasil kekayaan alam yang datang dari ladang Garut.

"Tugas utama kami di sini adalah menjaga cita rasa sejak pertama kali dodol Picnic diperkenalkan," ujar Ato yang pabriknya kini setidaknya mengolah lima ton beras ketan perharinya.

Setelah berkeliling di dapur pengolahan, masuklah saya ke bagian bungkus dan pe ngepakan. Bagian ini dihuni para pekerja perempuan, didatangkan dari mereka yang memang tak jauh-jauh dari Kota Garut. Alunan merdu tembang Sunda mengiringi pekerjaan mereka yang supercepat. Para perempuan itu lihai tangannya membungkus dodol yang telah dipotong seukuran kartu gaplek.

Jari-jari mereka berakrobat cepat, serasa waktu adalah uang. Tak peduli rasanya kalau-kalau mungkin saja telunjuk dan kelingking mereka tiba-tiba bertukar tempat.

"Aktivitas seperti ini bisa dikunjungi bagi siapa saja," ujar Ato. Biasanya, pada hari Sabtu dan Ahad banyak rombongan kunjung an datang. Atas aktivitas kunjungan itulah, pabrik Picnic istirahat beroperasi pada tiap Jumat.

Soto Achri Sejak 1943

Kuliner yang cukup legendaris di salah satu sudut Kota Garut. Soto daging "Achri" di Jagalan, Pasar Mandalagiri.

Masih bertahan di gang sempitnya sejak 1943. Nama Jagalan sendiri diambil karena di lokasi pasar ini dahulunya merupakan tempat kios-kios daging.

Pada 1943, H Achri memulai usaha soto daging di sebuah gang. Hanya dengan pikulan dan meja seadanya. Namun demikian, kualitas rasanya yang memang menjadikan soto Achri menjadi primadona di Kota Garut.Bahkan, hingga 70 tahun lamanya lokasi ini tidak pernah bergeser sedikitpun.

Usaha Soto Achri kini dipegang sang cucu, H Endang (61 tahun). Menurut Endang, keberhasilan mempertahankan usaha warisan ini adalah berkat menjaga resep turun-temurun. "Menggunakan kayu bakar, bukan kompor," ujar Endang. Bumbu-bumbu yang dibuat, ujarnya, juga diambil dari rempah-rempah yang berkualitas.

Soto Achri memiliki rasa yang berkualitas. Racikan santan dan kaldu sapi membuat soto ini selalu digemari tua dan muda para pelanggannya. Gurih pedas hangat berkat tambahan bumbu "atom", campuran bubuk merica, jahe, salam, dan serai. Menurutnya, kekhasan dari sambal soto Achri adalah sambal yang dibuat menjadi bubuk, tidak cair seperti kebanyakan sambal soto lainnya.

Mengisi pagi bisa menjadi momen yang pas dengan menikmati kelezatan soto legendaris ini. Tiap hari, warung soto Achri hanya buka sampai pukul satu siang. "Sehari cukup 30 kg sapi, dimulai dari bagian kepala, kulit, hingga tulang kaki," kata Endang menambahkan.

Inovasi, Kunci Pengembangan Usaha

Nama besar tak kemudian membuat Dodol Picnic menerima istilah inovasi menjadi satu hal yang tabu. Pengembangan produk dodol pun dilakukan dalam kurun waktu sepuluh hingga lima tahun terakhir. Dodol Picnic tak hanya berhenti pada produknya yang orisinal rasa cokelat, wijen, dan kombinasi. Beberapa produk dengan varian rasa lainnya telah muncul untuk menyergap beberapa segmen pasar lainnya.

"Dodol Picnic rasa buah, aneka rasa, dan do dol brownies," ujar Ayek Priyatna dari ba gian marketingDodol Picnic. Menurutnya, pengembangan itu dilakukan agar nantinya se mua produk yang ditawarkan Picnic mampu menghuni hati masyarakat berbagai usia.

Sejatinya Dodol Picnic memang me nyentuh pasar di kelas menengah ke atas. Hal ini terlihat dari perbedaan harga yang signifikan antara Dodol Picnic dengan beberapa dodol merek lain yang juga dijual di beberapa pasar di Kota Garut. Salah satu contohnya, Dodol Picnic dibanderol dengan harga dalam rentang 20 ribu-30 ribu rupiah untuk tiap 500 gramnya.

Perluasan pasar dodol Picnic juga mencapai beberapa kota besar di Sumatra, Kalimantan, hingga Sulawesi.

Kami pamit dari Pabrik Dodol Picnic kembali menuju Jakarta. Membawa sebuah pesan dari Ato Hermanto. Kunci kesuksesan, katanya, ada dua hal: tawadhu dan kakudu.

Berserah diri kepada Allah SWT sang pemilik rezeki manusia dan kakudu, ambisi dan usaha keras yang tiada henti. "Hidup Insya Allah berkah," ujarnya.

Jajanan Khas dari Garut

CIBAY

Merupakan jajanan pasar berbahan dasar aci, tetapi dengan diisi potongan daging ayam ataupun udang. Cibay diambil dari dua kata, aci melambai, karena bentuk aci yang me lambai-lambai saat digoreng di minyak panas.

BANDREK

Seperti kebanyakan daerah di ketinggian, minuman ini cukup populer di hati warga Garut.

OPAK KETAN

Hasil alam beras ketan yang melimpah, menjadikan Garut berkreasi untuk urusan kuliner. Opak Ketan dibuat dengan bahan dasar ketan dan dipanggang kering yang membuatnya menjadi renyah.

DOROKDOK

Jajanan berbahan dasar kulit sapi atau kerbau. Dipotong berbentuk persegi panjang, dijemur lalu digoreng di minyak panas yang menggenang. Jajanan yang bisa menjadi teman makan bakso ataupun soto.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement