Ahad 28 Sep 2014 13:50 WIB

Di Dinding Jayawijaya

Red: operator

Belum ke Papua bila belum ke Lembah Baliem. Kehidupan di kawasan ini sungguh berbeda dengan kawasan Papua pesisir. Empat puluh menit terbang dari Jayapura, sampailah kita di Wamena.

Wamena berasal dari bahasa Dani yang terdiri dari dua kata, wadan mena, yang berarti babi jinak.Kota kecil berhawa sejuk itu berada dalam kepungan dinding abadi Jayawijaya. Wamena adalah ibu kota Kabupaten Jayawijaya, terletak di ke tinggian 1.600 mdpl. Wamena juga merupakan sebuah distrik dalam kabupaten itu. Di kota ini terdapat sebuah lapangan udara. Dan, kota ber kembang di seputar lapangan terbang.

 

 

 

 

 

 

 

 

Honai di Tagime

Anda bisa keliling kota dengan menggunakan becak. Semua transaksi di ka wasan itu harus berjelas-jelas di muka untuk menghindari selisih paham di akhir yang berbuntut kerugian.

`'Kalau tidak, bisa berdebat di akhirnya, dan kita harus membayar yang dia mau,'' kata Yongki, seorang kontraktor dari Wamena.

Dinding karst

Saya berkesempatan mengunjungi Tagime, kawasan agak dalam di Kabupaten Jayawijaya, bersama rombongan CSR BCA belum lama ini.

Kami menempuh perjalanan sejauh 50 km selama sekitar dua jaman. Sebab, sebagian jalan mulus, sebagian lagi kondisinya buruk. Keindahan alam pegunungan amat terasa.

Di sisi kanan, bukit-bu kit berbatu tampak mengadang. Tanaman liar terkadang terlihat kebun menghampar di mana-mana. `'Di sini buka lahan kebun tugas perempuan, laki-laku cuma menanam,'' kata Elis, pengemudi mobil kami. Honai pertama terlihat di Distrik Liba rek.

Kami melewati Lapangan Wosi, tempat Festival Lembah Baliem biasa dihelat. Wosi adalah tempat yang menyajikan alam menarik. Tebing-tebing tinggi dan gagah tampak melindungi. Tebing pegunungan, yang menurut geolog dari Unversitas Padjadjaran Oki Oktariadi, sebagai batuan gamping meta sedimen pratersier berselang-seling dengan batu pasir, batu lempung. Itu menunjukkan kawasan Wamena dan Lembah Baliem itu semula adalah dasar laut. Tenaga dari dalam bumi, menggeser batu gamping itu dan terangkatlah ia ke permukaan bumi.

 

 

 

 

 

 

 

 

Dinding-dinding karst di Wosi

Semakin jauh, kami menemukan lebih banyak lagi honai, rumah adat dengan atap alang-alang berbentuk kerucut. Yang menarik, pagar halaman ditutupi daun pandan kering yang kemudian ditumbuhi tanaman liar. Penampilan yang justru membuatnya menarik.

Pintu pagarnya lebih menarik lagi, dibuat lebih tinggi sehingga kita harus melompatinya.Orang-orang yang saya temui bercerita, pintu pagar yang tinggi itu untuk mencegah babi masuk kebun. `'Orang-orang tak mau membuat kandang babi ukuran 2x2 meter, tapi tak keberatan membuat pagar untuk kebun seluas 2 hektare,'' kata Elis kepada kami.

ANDA BISA MENULIS JELAJAH

Rubrik Jelajah mene rima tulisan mengenai pengalaman perjalanan pembaca dilengkapi dengan foto. Panjang tulisan sekitar 6.000 karakter. Foto berukuran satu MB per foto atau 3.000 pixl sisi terpanjang, kualitas 6, resolusi 100. Kirimkan ke sekretariat @republika.co.id atau Harian Republika Jalan Warung Buncit Raya No 37, Jakarta 12510 de ngan mencantumkan subjek JELAJAH

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement