Terungkapnya kasus dugaan korupsi haji membuat jajaran Kementerian Agama, khususnya di bidang penyelenggaraan ibadah haji, melakukan reformasi birokrasi. Kemenag berkomitmen, segala bentuk kecurangan dan penyelewengan dalam penyelenggaraan haji harus diberantas.
Abdul Djamil lantas ditunjuk untuk mengisi posisi panas itu. Meski penyelenggaraan haji sudah di ambang pintu, Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) optimistis ritual suci yang diwariskan Nabi Ibrahim itu akan lebih baik dari tahun lalu.
Djamil berprinsip, jamaah haji merupakan tamu Allah SWT. Kedatangan mereka harus dibarengi kesiapan pemerintah sebagai penyelenggara. Dengan begitu, jamaah haji dapat beribadah dengan khusyuk dan memperoleh predikat haji mabrur.
Kepada Republika beberapa waktu lalu, Abdul Djamil mengungkapkan bagaimana persiapan yang dilakukan untuk menyukseskan musim haji tahun ini. Dari pengisian sisa kuota haji hingga transportasi di Tanah Suci. Djamil pun mengungkap trik bagaimana mendapat potongan harga besar sehingga biaya haji lebih efisien. Berikut petikan wawancaranya.
Foto:Republika/ Yasin Habibi
Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam Kemenag Abdul Djamil.
Perkembangan persiapan haji 2014 saat ini?
Persiapan terdiri dari dua kegiatan, yakni persiapan di dalam dan luar negeri. Di dalam negeri, kita berkonsentrasi pada dua hal, yakni tahap akhir pelunasan yang kini tengah melewati tahap empat pengisian sisa kuota. Tahap terakhir ini berlangsung dari 11-22 Agustus 2014 dengan sisa kuota yang belum terisi, hanya sekitar 500-600 calhaj saja. Saya optimistis kuota kita akan terpenuhi sampai seratus persen.
Pada prinsipnya, mereka yang berhak berangkat tahun ini adalah mereka yang masuk daftar antre berdasarkan urutan. Kita konsisten agar masa pelunasan ini didasarkan kepada pertimbangan keadilan. Di samping ada pertimbangan dan pengecualian lain, misalnya jamaah usia lanjut atau pasangan suami-istri.
Persiapan di daerah, kita melakukan persiapan embarkasi. Jadi, ada petugas embarkasi yang meyiapkan jamaah, cek dokumen, sampai mempersiapkan keberangkatan. Bisa dibilang, persiapan di dalam negeri secara keseluruhan di atas 90 persen.
Persiapan di Arab Saudi?
Persiapan di luar negeri, kita mengecek persiapan sewa rumah di Makkah, Madinah, dan Jeddah, juga katering. Tahun ini, semua pengadaan rumah harus melalui tahapan identifikasi dan inventarisasi juga negosiasi harga. Hasilnya, kita melakukan efisiensi atas potensi harga, misalkan yang di Madinah, tadinya harga plafon 675 real per jamaah dapat turun menjadi 585 riyal. Ada efisiensi Rp 42 miliar untuk pemondokan Madinah.
Bagaimana Kemenag mendapatkan efisiensi untuk haji?
Kita melakukan inventarisasi calon rumah yang akan kita sewa lalu kita skoring, dilanjutkan dengan nego. Nego cukup alot, sampai mendapatkan nilai 585 itu alot sekali, seperti tawar-menawar di pasar saja. Itu sebagai contoh. Skoring-nya itu dari tim. Mereka mencari rumah sudah membawa parameter.
Misal, setiap jamaah space-nya itu harus 3,5 meter. Jadi harus segitu, tidak boleh melakukan pemadatan dalam rangka mencari keuntungan yang banyak. Ketika kita ke sana, kita ukur secara langsung. Ada 12 hotel yang mengalami pemadatan. Kita langsung komplain, lalu diajak duduk.
Pinsipnya begini, kita itu jamaah haji terbesar, ini jadi modal bargaining position, yang kuat di depan para seller dan hukum ekonomi dalam transaksi. Kalau potensi pembeli membeli banyak kan tidak bisa dianggap enteng. Logika kita begitu. Makanya, kita tawar sesuai kriteria yang ditetapkan.
Soal transportasi, kendaraan salawat mampu membawa jamaah cepat pulang pergi Masjidil Haram meski jarak cukup jauh?
Dulu kita punya parameter ideal, semakin dekat dengan Haram (Masjidil Haram), maka akan semakin cepat, tapi kita tidak memperhatikan fasilitas yang ada. Tapi sekarang, persoalannya ada perbaikan dan pembongkaran besar-besaran di sekitar Haram, misalnya perluasan tempat tawaf. Di luar Haram, ada pembongkaran pemondokan jamaah sehingga jarak pemondokan yang menjadi mundur tidak terelakkan. Makanya kita harus mencari rumah yang layak sekelas hotel bintang tiga sekaligus didukung oleh transportasinya. Bahkan, pemondokan yang dinilai terjelek pun kondisinya bagus.
Pengawalan transportasi haji?
Kita sedang melakukan konsolidasi untuk para petugas haji yang bertugas untuk mengawal transportasi jamaah haji dari maktab ke Haram. Sebab, di tahun ini, dari aspek kualitas rumah itu sekelas hotel, tapi dari aspek jarak akibat rehabilitasi kawasan sekitar Makkah, berdampak jarak pemondokan ke tanah Haram semakin jauh. Ada sekitar 75 persen jamaah akan berjarak di atas 2.000 sampai 3.980 meter dari pemondokan ke Masjidil Haram. Makanya, kita sudah menyiapkan bus salawat untuk 120 ribu orang yang akan menggunakan jasa transportasi.
Pelayanan kesehatan untuk para jamaah?
Jamaah haji kita punya karakteristik khas. Di atas 42 persen itu pendidikannya dasar. Lalu, jamaah yang usianya tidak muda lagi juga cukup banyak. Itu implikasi dari kemampuan ekonomi, antrean, daftar tunggu kita yang terpanjang 20 tahun dan yang terpendek 9 tahun. Jadi, untuk ngantre itu bisa lama. Kita punya kebijakan tahapan yang ketiga itu mempertimbangkan usia lanjut supaya tidak lebih dari 30 persen.
Kalau dalam penerbangan ada lebih dari 30 persen usia lanjut di satu kloter, mungkin para petugas kita akan kewalahan. Kita juga kan harus melihat keterbatasan petugas.
Antisipasi delay saat penerbangan?
Prioritas penerbangan itu on time process. Karena, jika telat, akan mengundang implikasi panjang kalau terjadi delay. Misal, keterlambatan akan memengaruhi persiapan kita untuk perumahan di Madinah. Harusnya jam 8 pagi masuk, jam 8 malam baru masuk. Termasuk pulangnya.
Contoh lainnya, di Jeddah, kita menyewa transit hotel yang masa berlakunya sampai beberapa jam. Kalau bandara belum memberikan lampu hijau, jamaah ditahan dan bisa jadi masalah. Makanya, harus kita pikirkan cadangan, ada yang antrean berikutnya tapi belum dikasih aba-aba pesawat datang. Tentunya akan kita berikan sanksi secara graduatif kalau delay parah. rep:c78 ed: a syalaby ichsan