Selasa 02 Sep 2014 16:30 WIB

Mendaki Jabal Tsur

Red:

Salah satu tempat bersejarah yang banyak dikunjungi jamaah haji saat berada di Makkah adalah Gua Tsur yang berada di puncak Jabal (bukit) Tsur. Jabal Tsur berada sekitar tujuh km dari Masjidil Haram ke arah Kota Tha'if.

Jabal Tsur adalah sebuah pegunungan yang memiliki tiga puncak yang saling berdekatan dan bersambungan. Gua Tsur sendiri terletak pada puncak bagian yang ketiga. Gua ini memiliki dua pintu masuk, satu terdapat pada bagian depan dan satu lagi di bagian belakang. Bentuk gua agak unik karena tidak ubahnya, seperti wajan atau kuali yang tertelungkup.

Bagi para jamaah haji sebenarnya tidak pernah ada anjuran untuk melakukan ziarah ke gua ini. Bahkan, Pemerintah Kerajaan Arab Saudi memasang papan peringatan di salah sudut satu kaki bukit Tsur yang melarang peziarah melakukan pendakian. Hal ini karena selain tidak diajarkan Nabi Muhammad SAW, kondisi jalan menuju Gua Tsur merupakan jalan tanjakan terjal yang cukup tinggi.

Untuk itulah, beberapa pemandu di gunung ini sering mengingatkan peziarah agar tidak memaksakan diri mendaki jika kondisi fisiknya tidak fit. Terlebih, bagi mereka yang sudah manula. Sebab, hampir setiap tahun Jabal Tsur menelan korban dari kalangan peziarah akibat tergelincir dan jatuh.

Meski sudah ada imbauan, bahkan larangan melakukan pendakian, peziarah atau jamaah haji yang datang dari seluruh dunia tak hentinya berupaya mendaki bukit ini. Keinginan jamaah haji agar bisa melihat gua itu juga tidak bisa sepenuhnya disalahkan karena mereka ingin merasakan beratnya cobaan Nabi Muhammad SAW ketika dikejar kaum kafir Quraisy.

Berdasarkan data yang ada, tinggi Jabal Tsur sekitar 5.000 kaki atau sekitar 1.500 meter. Seperti halnya bukit-bukit yang ada di wilayah Kota Makkah, bukit tersebut merupakan bukit batu dengan kemiringan mencapai 45 derajat.

Jamaah yang mendaki Jabal Tsur pun harus bersabar karena sebelum mencapai puncak bukit yang terdapat Gua Tsur, seorang peziarah harus melalui tiga bukit kecil. Di tiga bukti itu, ada tempat pemberhentian yang ditandai dengan warung yang menjual makanan dan minuman serta tempat shalat.

 

Di tempat istirahat ini, ada beberapa pedagang kaki lima menjual cendera mata berupa tasbih dan batu akik. Di puncak bukit, terdapat dua mulut gua yang bertuliskan Gua Tsur dalam tulisan Arab. Gua ini memang memiliki dua pintu masuk yang saling terhubung dan hanya dapat dimasuki satu orang secara bergantian.

Para jamaah haji yang berkunjung ke sini biasanya sudah melakukan pendakian menjelang Subuh dengan harapan ketika sampai ke Gua Tsur sinar matahari belum terlalu terik. Jamaah asal Turki, Iran, dan India, termasuk yang berani mendaki bukit. Sedangkan, jamaah Indonesia umumnya menunggu di bawah dengan menggelar tikar.

ed: a syalaby ichsan

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement