JEDDAH -- Ancaman virus Middle East Respiratory Syndrom Coronavirus atau MERS-CoV masih menjadi perhatian serius Tim Kesehatan Haji Indonesia. Ini tetap dilakukan, walau Pemerintah Arab Saudi memberlakukan larangan jamaah asal tiga negara endemik salah satu virus berbahaya ini.
Kepala Seksi Kesehatan Daerah Kerja (Daker) Makkah Muhammad Ilyas menuturkan, dari data epidemiologi tentang pola serangan virus MERS-CoV ini, dalam tiga tahun terakhir (2012-2014), jumlah infeksi tertinggi terjadi pada April-Mei setiap tahunnya. Setelah bulan tersebut, terlihat penurunan jumlah kasus yang signifikan.
"Jika pola infeksi terjadi pada bulan tersebut maka kita berharap bahwa pada musim haji tahun ini dapat terhindar dari serangan wabah MERS-CoV. Sehingga, jamaah calon haji tidak perlu terlalu khawatir dan cemas terkait MERS ini," jelas dia dalam paparannya mengenai pencegahan virus ini di Jeddah, Arab Saudi, Rabu (10/9).
Menurutnya, yang perlu dipahami adalah perangai virus ini karena dapat berubah atau mengalami mutasi setiap saat. Sehingga, kewaspadaan terhadap infeksi virus tersebut tetap diperlukan. Untuk saat ini, pencegahan yang dilakukan adalah penggunaan alat pelindung dan kontrol infeksi yang baik. Kendati tindakan tersebut tidak pernah dapat mengeliminasi risiko secara sempurna.
Untuk gejalanya, Ilyas mengatakan, awalnya berupa demam, nyeri otot, dan sakit kepala selama tiga sampai tujuh hari. Gejala itu diikuti gangguan pernapasan, termasuk batuk tidak berlendir, bisa disertai sesak yang dapat berkembang menjadi gagal napas. "Hampir semua kasus yang dipastikan menderita gejala-gejala ini memperlihatkan gejala infeksi pernapasan akut yang serius," tuturnya. Namun, kasus lainnya memperlihatkan gejala influenza, bahkan tidak ada gejala (asimptomatik).
Kabid Kesehatan PPIH Arab Saudi dr Fidiansyah mengimbau kepada jamaah calon haji agar mewaspadai penyebaran virus ini. Termasuk, kata dia, kontak dengan warga setempat atau jamaah calon haji dari negara-negara lain yang berasal dari kawasan benua Afrika untuk mewaspadai penyebaran virus ebola.
Pemerintah Arab Saudi telah melakukan pencegahan, seperti screening virus ebola dari berbagai pintu masuk, khususnya bandara. "Kami tidak ingin mengambil risiko dengan membiarkan jamaah yang terinfeksi masuk ke Arab Saudi," kata Direktur Jenderal Direktorat Urusan Kesehatan Arab Saudi Sami Badawood di Jeddah, seperti dikutip Arab News.
rep:zaky al hamzah ed: dewi mardiani