Oleh: Zaky Al Hamzah(wartawan Republika) -- Nenek, pikun, gelang, dan baju batik. Empat kata ini merujuk pada sosok Hamna Madin Begok. Nenek berusia 78 tahun ini ditemukan petugas saat tersesat di kompleks Masjid Nabawi, Madinah, Jumat (12/9). Dia terlihat linglung, kebingungan. Parahnya lagi, nenek asal Rejang Lebong yang berangkat dari Embarkasi Padang ini tak bisa berbahasa Indonesia dan pikun saat ditanyai petugas pengamanan sektor khusus Masjid Nabawi. Keadaan makin runyam ketika petugas mengecek gelang haji di tangan Hamna. Gelang identitas itu tak ada. Hilang.
Apakah nenek ini ditemukan petugas? Fakta sebenarnya, nenek ini diantar warga Arab Saudi ke ruang sektor khusus Masjid Nabawi. Warga setempat yang baik itu mengetahui kalau nenek ini adalah warga Indonesia setelah melihat baju batik yang dikenakannya. Keberuntungan kedua, nama Hamna tertulis di baju batik. Mungkin ditulis oleh anak, saudara, atau rekan satu rombongan haji karena mengetahui kalau nenek Hamna mengalami kepikunan. Corak batik yang dikenakan nenek itu juga mengindentifikasi keberadaan asal si nenek dan lokasi pemondokannya. Nenek renta ini akhirnya diantar petugas ke pemondokannya. Alhamdulillah.
Selain Hamna, di ruangan sektor khusus tersebut masih terdapat dua puluhan jamaah haji yang tersesat dan menunggu diantar ke masing-masing pemondokan. Sebagai bentuk pelayanan, para jamaah haji yang tersesat diberi makan dan minum di Kantor Urusan Haji Indonesia Daker Madinah sebelum diantar ke pemondokan. Petugas haji sektor khusus Masjid Nabawi setiap hari mengantar puluhan jamaah haji tersesat di sekitar Masjid Nabawi. Petugas haji sektor khusus langsung mengecek gelang identitas yang dipakai jamaah haji untuk mengetahui pemondokan sang jamaah.
Hingga pekan kedua pemberangkatan jamaah haji di Madinah, sektor khusus PPIH Daker Madinah mencatat, lebih dari 1.000 jamaah haji tersesat di kompleks Masjib Nabawi. "Yang terdata sebanyak 700 orang, lainnya tak terdata karena langsung diantar ke pemondokan," kata Kasi Perlindungan Jamaah PPIH Madinah Letkol Syafruddin Tanjung, Jumat (12/9). Jumlah jamaah yang tersesat dipastikan bertambah saat tulisan ini terbit. Itu baru kasus di Madinah. Data jumlah jamaah yang tersesat di Makkah belum terekap.
Selain faktor spiritual, tersesatnya jamaah juga karena faktor usia, sakit, dan kondisi yang padat di sekitar Masjid Nabawi.
Ketika seorang jamaah tersesat, gelang haji menjadi sangat penting. ''Dari gelang inilah petugas haji akan melakukan identifikasi ,'' kata petugas pengamanan sektor khusus Masjid Nabawi Kompol Sugeng Supriyanto. Dari gelang yang dipakai jamaah itu akan diketahui nama, kloter, dan embarkasi jamaah. Selanjutnya, petugas haji melihat rumus atau tabel berisi petunjuk kedatangan jamaah dan lokasi pemondokannya. Data ini dari Kantor Daker Madinah.
Selanjutnya, petugas akan mengantar jamaah tersesat ke hotelnya. Bila hotel berlokasi di area sektor 1 atau 4, jamaah diantar sambil jalan kaki. Tetapi, kalau di wilayah sektor 2 dan 3, jamaah tersesat itu akan diantar dengan mobil karena jauh dan panas. Mereka bekerja keras 1x24 jam karena tidak ingin jamaah Indonesia tersesat dan terlunta-lunta di Tanah Suci.
Apa sih gelang haji ini? Gelang haji ini terbuat dari pelat berbahan stainless dengan ukuran gelang 22 cm. Pada gelang ini tercantum nama jamaah haji sesuai KTP/paspor, nomor kloter, bendera Indonesia, dan identitas lain. Selain gelang haji logam, jamaah haji juga mengenakan gelang haji plastik warna biru yang mencantumkan alamat maktab (lokasi pemondokan haji). Selain dibedakan dari data masing-masing jamaah haji, gelang itu memiliki warna tambahan sesuai embarkasinya. Contoh, embarkasi Batam, memiliki warna gelang merah dan kode embarkasi BTH.
Selain untuk mengidentifikasi jamaah yang tersesat atau terpisah dari rombongannya, gelang haji juga sangat diperlukan ketika jamaah haji pingsan hingga meninggal tiba-tiba tanpa teman satu rombongan selama di Arab Saudi. Jamaah haji yang mengalami gangguan kesehatan juga diberi gelang haji berlabel 'risti' (risiko tinggi) untuk memudahkan pengecekan petugas. Pemegang gelang ini adalah penderita penyakit keras, seperti jantung, darah tinggi, kencing manis, dan lain-lain. Mereka akan mendapatkan pemantauan dan perlakuan khusus dari tenaga medis selama beribadah haji.
Bagaimana dengan jamaah haji dari negara lain? Jamaah haji asal Malaysia pun mengenakan gelang. Modelnya sama dengan jamaah haji Indonesia, berupa rantai dan separuh pelat. Di pelat gelang tersebut tertulis identitas dan nomor paspor. Gelang milik petugas haji Malaysia lebih keren dan 'pintar'. Petugas haji Malaysia, Kamarul, menunjukkan gelang berpelat hitam itu yang agak tebal dibandingkan gelang jamaah Malaysia dan Indonesia. Di sisi kiri dan kanan gelang tertulis nomor telepon kantor dan nama pimpinan mereka.
Disebut 'pintar' karena gelang ini disemati chip yang berisi identitas petugas. Chip ini untuk mendeteksi dan memantau segala aktivitas petugas, apakah masih bekerja, melayani jamaah, atau hanya tidur-tiduran. "Posisi kita (petugas) terpantau. Apakah sedang di petilasan (kamar mandi), tidur di kamar atau bandara, semua terpantau. Bahkan, anak istri di rumah bisa pantau kita," kata Kamarul sambil tergelak.
Tabung Haji, penyelenggara ibadah haji Malaysia, mengirimkan 700 orang petugas untuk melayani 22 ribu jamaah haji Malaysia pada musim haji tahun ini. Kelak, saya bermimpi jamaah haji Indonesia pun mengenakan gelang pintar agar mereka tak lagi tersesat di kamar mandi hingga dua malam. Semoga.