Ahad 21 Sep 2014 17:06 WIB
Kabar dari Tanah Suci

Menengok Dapur Katering di Bandara Jeddah

Red: operator

Oleh Zaky Al Hamzah (wartawan republika) -- "Ayo cepat... cepat...jamaah haji kloter 40 Embarkasi Surabaya sudah landing.Jangan terlambat!" Teriak pengawas perusahaan katering Muassasah Said Salim Bawazier kepada 20 pegawainya. Kamis (18/9) siang waktu Arab Saudi (WAS), kesibukan di dapur Bawazier sangat terasa. Kedua puluh pegawai katering Bawazier tersebut berjibaku di dapur berukuran 10x4 meter persegi.

Delapan orang berurutan memasukkan nasi dan lauk-pauk. Satu pegawai memotong sekaligus merapikan pisang, tiga pegawai lain memasak lauk-pauk, serta sisanya mengecek dan menghitung paket kotak nasi yang sudah berisi menu lengkap makanan. Dapur ini terletak di Gate C area dalam Bandara Internasional King Abdul Aziz, Jeddah, Arab Saudi.

Mereka dibantu 20-30 pegawai lain yang bertugas mengantarkan katering ke dalam bus-bus jamaah haji Indonesia. Mereka berkejaran dengan waktu untuk menyediakan makanan bagi ribuan jamaah haji Indonesia yang mendarat di Bandara Jeddah.

Kondisi serupa juga berlangsung di dapur makanan milik Muasassah Mujahid Nabil Sholeh Mahjub. Bawazier dan Sholeh Mahjub dinyatakan menang tender sebagai perusahaan pemasok makanan bagi jamaah haji Indonesia yang mendarat di Bandara Jeddah.

Kepadatan di dapur Bawazier dan Sholeh Mahjub merupakan hal wajar.Pasalnya, jadwal kedatangan jamaah haji gelombang II antara satu kelompok penerbangan (kloter) dengan kloter lain di Bandara Jeddah sangat berdekatan. Kloter 40 Embarkasi Surabaya dijadwalkan tiba pukul 11.55 WAS, berikutnya kedatangan kloter 18 Embarkasi Batam yang tiba pukul 14.55 WAS. Hanya berselang satu jam kurang lima menit, tiba jamaah haji dari kloter 49 Embarkasi Jakarta.

Selama satu hari pada Kamis itu, petugas PPIH Indonesia melayani jamaah haji dari 15 kloter.Saat kedatangan jamaah haji gelombang I pada 1-14 September 2014, dua perusahaan katering tersebut menyediakan sekitar 3.000-3.500 kotak nasi untuk lima hingga enam kloter. Namun, ketika memasuki kedatangan jamaah haji gelombang II atau peak seasonmulai 15 September hingga 28 September, kedua perusahaan katering tersebut harus menyediakan dua kali lipat kotak nasi dibandingkan stok pada gelombang I.

Selama masa kedatangan jamaah haji gelombang II tersebut, semua jamaah haji dari Indonesia mendarat di Bandara Jeddah. Dalam sehari, jumlah jamaah haji bisa diterbangkan dari 14-15 kloter atau mencapai 6.000- 7.000 orang. Jarak kedatangan satu kloter dengan kloter lainnya saat gelombang II kian pendek.

Menurut Kepala PPIH Indonesia Daker Jeddah, Ahmad Abdullah Yunus, sesuai isi kontrak, perusahaan kate ring Muasasah Said Salim Bawazier menyediakan konsumsi bagi jamaah haji dengan estimasi 165.517 kotak nasi.

Pelayanan diberikan saat keda tangan jamaah haji mulai 1 September hingga 28 September 2014. Sedang kan, Muasassah Mujahid Nabil Sholeh Mahjub disepakati menyediakan konsumsi bagi jamaah haji dengan estimasi sebanyak 55.272 kotak nasi.

Pelayanan pengiriman paket makanan diberikan selama 1-28 September 2014.Siang itu, saya berkesempatan memasuki dapur milik Bawazier tersebut. Menu makanan siang itu terdiri atas nasi, ayam goreng tepung, sayur, dan teri kacang. Makanan ini dimasak di dapur yang disediakan pihak bandara. Syarat memasak di bandara cukup ketat, tidak boleh menggunakan gas. Alat masak tersedia di dapur basah dengan luas 4x4 meter persegi. Seluruh alat masak menggunakan energi listrik agar lebih terkontrol.

Alasan tidak memakai gas tersebut untuk menghindari kebakaran dan agar bau masakan tidak keluar dari dapur sehingga mengganggu jamaah haji dari negara lain atau penumpang pesawat yang mendarat di Terminal Haji Bandara Jeddah. "Di sini semua fasilitas sudah disediakan, termasuk bahan bakar. Itu semua termasuk bagian dari sewa lokasi ini yang didesain khusus menjadi dapur," kata pengelola katering dari Muasassah Said Salim Bawazier, Muchtamil, saat wartawan Media Center Haji (MCH)berkunjung ke dapur katering bandara, Kamis siang WAS.

Menurutnya, semua menu makanan adalah khas Indonesia. "Termasuk menu hari ini, nasi, ayam goreng tepung, sayur, dan teri kacang. Ditambah buah pisang," kata pria kelahiran Gombong, Jawa tengah, ini. Agar menu khas Indonesia terjamin dengan baik, pihaknya merekrut chef langsung dari Indonesia. Tenaga kerjanya pun berasal dari Indonesia.Muasassah Salim Said Bawazier mempekerjakan 60 orang dari Tanah Air dan dibagi dalam dua shift. "Sekarang ini peak(puncak)-nya menyedikan paket-paket makanan. Dalam satu hari, kami melayani belasan kloter yang kadang datang bersamaan," ujar Muchtamil dengan penampilan trendi dan bertopi ini.

Ia mengungkapkan bahwa waktu yang dibutuhkan untuk memasak paket makanan hingga mengemas, yakni sekitar tiga jam. Paket kotak makanan ini pun tidak serta-merta langsung diberikan kepada jamaah haji, tapi harus dicek terlebih dahulu oleh Tim Pengawas Katering dari Panitia Penyelenggara Haji Indonesia (PPIH) Daerah Kerja (Daker) Jeddah. Hal itu dilakukan untuk memastikan kelayakan dan kandungan gizi makanan yang disajikan.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement