MADINAH -- Pemerintah Arab Saudi telah menetapkan, wukuf jatuh pada Jumat, 3 Oktober 2014. Dengan demikian, haji tahun ini merupakan haji akbar.
"Baru saja kami dapat informasi dari Kepala Pusat Observatorium King Abdul Aziz tentang penetapan 1 Dzulhijjah bahwa hasil pengamatan tim di Arab Saudi ada beberapa tempat melihat hilal. Arab Saudi menetapkan bahwa besok, 25 September, Kamis, sudah masuk 1 Dzulhijjah. Konsekuensinya, 9 Dzulhijjah jatuh pada Jumat,'' kata Kasubdit Pembinaan Syariat dan Hisab Rukyah Kementerian Agama (Kemenag) Ahmad Izzuddin dalam konferensi pers di kantor Misi Haji Indonesia Daker Madinah, Rabu (24/9).
Menurut tradisi di Arab Saudi, kata Izzudin, jika wukuf jatuh pada Jumat maka akan terjadi haji akbar. Saat haji akbar, warga Arab Saudi biasanya berbondong-bondong melaksanakan ibadah haji. Karena itu, jumlah jamaah haji tahun ini diyakini membeludak.
Menurut Izzudin, haji akbar merupakan haji yang ditunggu warga Saudi dan umat Islam di seluruh dunia. "Ini hal yang luar biasa karena jatuh pada hari yang mulia. Haji akbar terakhir pada 2006.''
Kemenag RI telah menetapkan Hari Raya Idul Adha jatuh pada Ahad (5/10). Dengan demikian, puasa sunah Arafah di Indonesia dilaksanakan pada Sabtu (4/10). Izzudin menjelaskan, perbedaan waktu penetapan Hari Raya Idul Adha antara Kemenag RI dan Pusat Observatorium King Abdul Aziz tentang penetapan 1 Dzulhijjah dikarenakan ketinggian hilal saat Maghrib di Indonesia berbeda dengan Arab Saudi yang masih berada pada pukul 14.00 siang.
"Wajar, empat jam kemudian hilal sudah di atas ufuk. Di sana terlihat. Jadi, bagaimana di Indonesia puasa Arafah, sedangkan di Arab Saudi sudah wukuf, ini agar dipahami dan tidak perlu diperuncing.''
Jaga kesehatan
Mengantisipasi membeludaknya jamaah haji dari berbagai negara, termasuk warga Arab Saudi, Menteri Agama (Menag) Lukman Hakim Syaifuddin mengimbau jamaah haji Indonesia untuk menjaga stamina dan kesehatan, minimal satu pekan sebelum pelaksanaan wukuf di Padang Arafah. Harapannya, kondisi kesehatan jamaah tetap bugar ketika menjalani rangkaian ritual puncak haji, mulai dari Arafah, Muzdalifah, hingga Mina (Armina).
"Jamaah haji gelombang kedua jangan dipaksakan umrah berkali-kali. Cukuplah umrah sekali, lalu stamina betul-betul dijaga sampai wukuf, apalagi ini kan haji akbar. Jadi, (stamina) harus benar-benar bisa kita manfaatkan saat di Arafah," ujar Menag ditemui usai rapat koordinasi di kantor Teknis Urusan Haji (TUH) KJRI di Jeddah, Arab Saudi, Rabu (24/9). Hadir dalam rapat itu Dubes RI untuk Arab Saudi Abdurrahman Muhammad Fachir, Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kemenag Abdul Djamil, Konjen RI di Jeddah Darmakirti Syailendra, Direktur Pelayanan Haji Luar Negeri Kemenag Sri Ilham Lubis, Ketua Daker Jeddah Ahmad Abdullah Yunus, Ketua Daker Mekah Endang Jumali, Ketua PPIH Ahmad Jauhari Chariri, Ketua Bidang Perlindungan Jamaah Achmad Riad S, dan pejabat PPIH lainnya.
Saat melontar jumrah di Mina, Menag menyarankan jamaah haji Indonesia tak memaksakan melontar pada waktu afdal, yakni bakda Zhuhur. Sebab, pada saat itu biasanya jamaah haji dari seluruh penjuru dunia berdesak-desakan untuk melontar jumrah.
"Jamaah yang kondisinya tidak prima, saran saya, melempar jumrah dilakukan pada pagi saja. Jangan dipaksakan mengejar afdaliah, tapi mengancam kesehatan kita," kata Menag.
rep:zaky al hamzah ed: wachidah handasah