MAKKAH — Menteri Agama (Menag) sebagai Amirul Haj, Lukman Hakim Saifuddin, meminta maaf kepada jamaah yang melaksanakan amalan Tarwiyah dalam menyambut wukuf di Arafah. Jamaah Tarwiyah menyampaikan masukan dan permohonan agar Pemerintah Indonesia turut memfasilitasi aktivitas mereka di puncak haji.
"Kalau jamaah haji ingin Tarwiyah, kami dari Pemerintah Indonesia mohon maaf karena tidak bisa memberikan pelayanan terhadap jamaah haji yang memilih Tarwiyah," kata Lukman pada malam taaruf penyelenggaraan Ibadah Haji 1435 Hijriyah bersama Menteri Agama yang digelar oleh Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) di Arab Saudi, Selasa (30/9) malam waktu Arab Saudi (WAS).
Lukman mengatakan, Tarwiyah memang benar merupakan amalan dari sunah Rasul. Namun, ia menambahkan, karena banyak pertimbangan, sistem penyelenggaraan haji yang diterapkan Pemerintah Indonesia secara resmi tidak melakukan pelayanan terhadap aktivitas amalan Tarwiyah.
Meskipun demikian, ia mengungkapkan, pemerintah tidak dalam posisi melarang jamaah Indonesia dalam menjalankan Tarwiyah. Semua berpulang kembali kepada jamaah masing-masing.
Ia menekankan bagi jamaah yang memilih Tarwiyah harus betul-betul mempertimbangkan konsekuensi dari pilihannya. Soalnya, jamaah yang melaksanakan Tarwiyah harus dijamin betul transportasi dan konsumsinya selama perjalanan pada 8 Dzulhijjah dari Makkah ke Mina dan pada 9 Dzulhijjah pagi dari Mina ke Arafah. Tak hanya itu, mereka pun harus mempertimbangkan masalah akomodasi dan tempat tinggalnya dalam perjalanan tersebut.
"Saya ingin menekankan, bukan berarti Pemerintah Indonesia lepas tangan atau tidak bertanggung jawab. Tetapi, kita lihat keberadaannya. Nanti malah yang sunah bisa mengganggu yang wajib. Untuk melaksanakan Tarwiyah, jarak yang ditempuh cukup jauh," ujar Menag.
Ketahanan fisik
Jamaah Tarwiyah akan melakukan perjalanan dari Makkah ke Mina sejauh 14 kilometer. Lalu, setelah itu perjalanan berlanjut keesokan harinya dari Mina ke Arafah untuk bergabung dengan jamaah lainnya yang berangkat dari Makkah, langsung ke Arafah untuk menjalani wukuf.
Terkait dengan perjalanan Tarwiyah ini, Ketua PPIH Indonesia di Arab Saudi Achmad Jauhari Chariri, sebelumnya mengimbau agar jamaah yang fisiknya tidak kuat untuk tidah memilih perjalanan Tarwiyah. Selain jauh, katanya, pada saat itu konsentrasi petugas PPIH masih terpusat di Arafah sehingga kemungkinan fasilitas untuk melayani jamaah di Mina masih belum siap. Mereka masih berkonsentrasi melayani 155.600 jamaah reguler yang menuju Arafah.
"Karena itu, kami imbau kepada jamaah yang mengikuti tarwiyah agar membawa perbekalan yang cukup sebab kita belum siapkan katering di Mina pada 8 Dzulhijjah," kata Jauhari di Jeddah, Ahad (28/9), malam WAS.
Pihaknya juga meminta agar jamaah Tarwiyah tidak menyebar ke mana-mana selama di Mina. Untuk itu, PPIH berkoordinasi dengan Muassasah Asia Tenggara yang menetapkan tenda maktab agar jamaah Tarwiyah Indonesia dilokalisasi di maktab tertentu. "Jadi, tidak perlu sesuai maktabnya, campur saja," ujar Jauhari.
Ia mengaku, hingga kini belum mendapatkan data berapa jumlah jamaah yang menjalani Tarwiyah. Tapi, diperkirakan mencapai 20 ribu orang atau mengalami kenaikan dua kali lipat dari tahun lalu yang sebanyak 10 ribu orang.
Kebanyakan jamaah Tarwiyah ini berasal dari jamaah haji khusus yang diberangkatkan Penyelenggara Ibadah Haji Khusus (PIHK). Tarwiyah, kata Jauhari, merupakan nilai jual bagi biro perjalanan ibadah haji dan umrah di PIHK-PIHK. rep:neni ridarineni/zaky al hamzah ed: dewi mardiani