Kehidupan saat ini semakin kompleks. Masalah demi masalah terus datang silih berganti. Permasalahan yang ter jadi tidak berdiri sendiri, tapi terkait dengan masalah-masalah lainnya. Misalnya masalah politik tidak semata-mata urusan politik, tapi berkaitan juga dengan persoalan sosial, ekonomi, dan budaya. Sehingga, ketika berupaya menyelesaikan suatu masalah, maka perlu dilihat dari berbagai aspek dan berorientasi pada pemecahan masalah secara komprehensif.
Di sinilah diperlukan figur dan sosok pemimpin. Kehadiran pemimpin dengan keadilan dan ke bijaksanaannya, diharapkan dapat menyelesaikan persoalanpersoalan yang dihadapi. Dalam masyarakat tradisional mungkin cukup dengan kharisma dan ketokohan seorang figur pemimpin.
Tetapi dalam masyarakat mo dern, pemimpin bukan sematamata figur. Namun, sosok yang dapat membawa perbaikan dan perubahan ke arah yang lebih baik sesuai dengan tuntutan zaman dan dinamika yang terjadi di masyarakat.
Oleh karena itu, kata Veithzal Rivai dan Arviyan Arifin (2009:7), bahwa kepemimpinan yang baik adalah kepemimpinan yang mam pu membawa organisasi sesuai dengan azas-azas kepemimpinan modern, sekaligus bersedia mem berikan kesejahteraan dan kebahagiaan kepada bawahan dan masyarakat luas. Selanjutnya di jelaskan juga, bahwa untuk meni lai keberhasilan seorang pemim pin dalam memimpin suatu or ga nisasi atau lembaga dapat dilihat dari aspek-aspek: (1) produktivitas dan prestasi yang dicapainya; (2) kepiawaiannya dalam memimpin; (3) kejelian dalam menghadapi segala permasalahan yang ada; (3) memiliki kemampuan memim pin dan kemampuan intelektual; (4) mempunyai kharisma untuk melakukan trasnformasi (perubahan) dalam organisasi dan juga pemikiran individu dan pihak-pihak yang ada dalam organisasi.
Maka, dalam konteks kepemimpinan sekarang dibutuhkan pemimpin yang memiliki kredibilitas dan integritas yang tinggi. Karena, hal ini berhubungan dengan kondisi lingkungan pada saat ini yang mengalami krisis multidimensional.
Dalam hal kepemimpinan misalnya, terjadi krisis komitmen (tanggungjawab), krisis kredibilitas (kepercayaan), dan krisis kehidupan berbangsa dan bermasyarakat dengan banyaknya bermunculan permasalahan dalam kehidupan yang sangat kompleks. Maka dibutuhkan tipe pemimpin yang efektif yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Mereka yang mampu menciptakan wawasan dan wacana untuk masa depan dengan mempertimbangkan kepenting an jangka panjang kelompok yang terlihat;
2. Mereka yang mampu me ngembangkan strategi yang rasional untuk menuju ke arah tercapainya wawasan tersebut;
3. Mereka yang mampu memperoleh dukungan dari pusat kekuatan dalam hal kerja sama, persetujuan, kerelaan, atau kelompok kerjanya dibutuhkan untuk menghasilkan pergerakan itu;
4. Mereka yang mampu mem beri motivasi yang kuat ke pada kelompok inti yang tindakannya merupakan penentu untuk melaksanakan strategi (Veith zal Rivai dan Arviyan Arifin, 2009:131).
Dalam pandangan Islam ke pe mimpinan adalah amanah. Ma ka pemimpin adalah orang yang mendapatkan amanah un tuk meng urus kepentingan rak yat. Bukan pemimpin orang yang tidak mengurus kepentingan rakyat.
Oleh karena itu, kata Didin Hafidhuddin dan Hendri Tanjung (2003:120), bahwa dalam pandangan Islam kepemimpinan itu me ngandung dua pengertian. Perta ma, Ulil Amri, artinya pe mimpin dan pejabat adalah orang yang mendapat amanah untuk mengurus urusan orang lain. Kedua, Kha dimul Ummah, pengertiannya seorang pemim pin harus menempatkan diri pada posisi sebagai pelayan masyarakat. Pemimpin harus berusaha dan berupaya sekuat tenaga supaya organisasi yang dipimpinnya maju, pegawainya sejahtera, serta masyarakat dan lingkungan sekitarnya menikmati kehadiran organisasi itu.
Selanjutnya KH. Didin Ha fidhuddin (2003:121) menam bahkan, bahwa supaya menjadi pemimpin yang sukses dalam menjalankan amanah kepe mim pinannya, maka ada empat kriteria pe mimpin sukses dalam Islam, yaitu: pertama, seorang pemimpin harus dicintai oleh rakyatnya. Hal ini bisa dianalogikan pada kepe mimpinan shalat berjamaah. Apabila imamnya dicintai oleh makmumnya, maka pertanda jamaah yang baik. Sha lat berjamaah yang paling baik adalah shalat yang dipimpin oleh imam yang baik, yang fasih bacaa nnya, dan juga dicintai oleh makmumnya.
Kedua, pemimpin yang mampu menampung aspirasi bawahannya. Artinya dapat menerima saran dan kritikan dari bawahan atau rakyatnya. Seperti yang di tunjukkan oleh Amirul Mukminin Umar bin Khatab ra.
Sejenak setelah dilantik men jadi Khalifah kaum Muslimin, dia mendapat kritikan dari rakyatnya, bahwa "Apabila engkau wahau Khalifah benar maka aku akan mentaatimu, tetapi kalau engkau menyimpang maka pedang ini yang akan meluruskannya". Sayyi dina Umar ra. tersenyum dan merasa bangga dengan kritikan rakyatnya.
Ketiga, pemimpin yang suka bermusyawarah. Keempat, pemimpin harus tegas. Seorang pemimpin adalah decicion making, artinya pengambil keputusan final. Maka dalam mengambil ke putusan harus tegas dan jelas. Tegas di sini bukan berarti otoriter (memaksakan kehendak sendiri), karena tetap berdasarkan meka nis me musyawarah dan pertimbangan yang matang sehingga menghasilkan keputusan dan pemecahan masalah yang efektif (te pat sasaran), objektif, serta berpihak pada kepentingan dan kemaslahatan rakyat. Wallahu A'lam Bish-Shawab. ¦
Khotbah Jumat:
Oleh: Dudung Abdul Rohman
Widyaiswara BDK Bandung