BANDUNG –– Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat meluncurkan program Gerakan Pembangunan Agribisnis Perkebunan (GPAP) Jawa Barat di Gedung Sabilulungan Komplek Pemkab Bandung, Soreang, pekan lalu. Melalui gerakan ini, Disbun Jabar mengajak seluruh petani untuk mengoptimalkan produksi 30 komoditas perkebunan.
Komoditas perkebunan itu dibagi menjadi tiga kelompok, yakni komoditas strategis, komoditas propspektif dan komoditas unggulan spesifik lokal. Yang masuk dalam komoditas strategis, yakni teh, kopi, karet, ka kao, kelapa dalam, cengkeh, tebu, dan tembakau.
Sementara komoditas prospektif yang akan terus dimaksimalkan, di antaranya kemiri sunan, kelapa sawit, kelapa hibrida, aren, pala dan nilam. Terakhir, yang di ke lom pokkan komoditas unggulan spesifik lokal, di antaranya terdiri dari akar wangi, sereh wangi, kina, kenanga, mendong, pandan, dan kumis kucing.
''Potensi peningkatan produksi komoditas perkebunan masih sangat terbuka,'' ujar Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Jabar Arief Santosa, akhir pekan lalu. Berdasarkan data statistik perkebunan 2013, luas lahan perkebunan di Jabar mencapai 494.162 hektar atau sekitar 13,32 persen dari luas Provinsi Jabar. Luas tersebut bertambah 0,31 persen diban dingkan tahun sebelumnya (2012).
Bila mengacu pada kepemilikannya, la han perkebunan itu terdiri dari lahan milik Perkebunan Negara (PN) seluas 68.305 hektare (13,82 persen), Perkebunan Besar Swasta (PBS) seluas 52.558 hektare (10,64 persen), dan Perkebunan Rakyat (PR) se luas 373.303 hektare (75,54 persen).
Bila mengacu data itu, menurut Arief, terlihat bahwa keberadaan perkebunan rakyat cukup dominan dan sangat berperan. Oleh ka rena itu, melalui gerakan ini pihaknya mengajak seluruh pihak untuk proaktif menggalakan pengembangan komoditas kebun.
Jika mengacu pada Direktorat Perkebunan, Kementerian Pertanian, terdapat 127 ko moditas perkebunan. Khusus Jabar, menurut Arief, akan fokus mengembangkan 30 komoditas. Sejumlah terobosan yang sudah dila ku kan oleh Disbun Jabar, di antaranya pe ngembangan benih unggul bersertifikat, pengembangan agen hayati, peningkatan penguasaan teknologi budidaya perkebunan yang dilakukan melalui sekolah lapang (SLPTT dan SL-PHT). Juga fasilitasi peningkatan produksi dan produktivitas melalui pendukungan bahan, peralatan, pupuk, obatobatan dan biaya pengolahan.rep:sandy ferdiana ed: rachmat santosa