Saat namanya di panggil maju untuk menerima bantuan kaki palsu, wajah Ahmad Yusuf (25 ta hun) terlihat sumringah. Meski mengenakan tongkat penyangga di bagian kaki kanannya, pemuda asal Cibabat, Kota Cimahi ini bergerak cepat ke depan. Dengan perasaan haru, Yusuf menerima kaki palsu yang diserahkan Ny Hj Sumi Wiludjeng, pemilik Brownies Amanda.
Selain Yusuf, ada 11 penyandang cacat lainnya yang mendapat bantuan kaki palsu. Mereka umumnya kalangan tidak mampu dari sejumlah daerah di Jawa Barat. Sudah 10 tahun, Yusuf hidup tergantung dengan tongkat penyangga. Kaki kanannya, mulai dari paha ke bawah, terpaksa diamputasi setelah mengalami kecelakaan lalu lintas pada 2004.
Kecelakaan lalu lintas tersebut membuatnya kehilangan kaki kanannya seumur hidup. Tak hanya kakinya, harapan dan masa depannya pun sempat ambruk. "Dia (Yusufred) sempat depresi dan nyaris putus asa. Alhamdulilah sekarang semangatnya tumbuh kembali," kata Dadan Hernawan (40), ketua Kelompok Tuna Daksa Biru Mandiri, Ke lurahan Palasari, Keca mat an Cibiru, Kota Bandung.
Ke-12 penerima bantuan kaki palsu tersebut merupa kan masyarakat tidak mampu. Mereka berasal dari Kota Ban dung, Kota Cimahi, Kabu paten Purwakarta, Kabupaten Subang, dan beberapa daerah lainnya. Sebagian besar dari mereka adalah korban kecelakaan lalu lintas.
"Kaki mereka harus di amputasi karena mengalami kegagalan saat operasi," kata Dadan yang juga kehilangan kaki kanannya, mulai dari paha, setelah sepeda motornya ditabrak mobil pada 1997.
Terjadinya depresi pada korban kecelakaan lalu lintas yang berakhir dengan amputasi anggota tubuh, me mang sering terjadi. Menurut dr Noki Iria wan Saputra, SpKj, RS Jiwa Provinsi Jabar, proses terjadinya depresi pada korban ke celakaan yang ber khir dengan amputasi bisa berlangsung beberapa hari kemudian.
Depresi, kata dia, bisa di golongkan menjadi tiga kelompok, yaitu ringan, sedang, dan berat. Hanya saja terjadinya depresi ini sangat tergantung dari kondisi korban. "Apakah dia sanggup meneri ma musibah tersebut atau tidak," ujar dia.
Langkah paling efektif agar korban tak mengalami depresi pascaoperasi, kata No ki, yaitu pendampingan dari ke luarga terdekat korban. Dukungan moril dari orangorang terdekat, bisa orangtua, adik, kakak, suami, istri atau pacar sangat membantu bagi mereka yang mengalami nasib seperti ini.
Menurut Noki, pasca-amputasi, korban akan mengalami rasa sedih, bingung, rendah diri dan lain sebagainya. Pada saat itulah, kata dia, peran keluarga atau orang terdekat sangat dibutuhkan.
Sumbangan kaki palsu yang dilakukan Amanda Brownies, belum lama ini, ber tempat di Jl Rancabolang No 29, Kota Bandung. Kegiatan ini merupakan bagian dari kegiatan corporate social responsibility (CSR) perusahaan brownies ternama di Kota Bandung.
Menurut Direktur Opera sional Amanda Brownies, Su geng Cahyono, ide membantu kaum difabel ini berawal dari pertemuan Ny Hj Sumi Wilu djeng dengan seorang atlet lempar cakram bernama Sri. "Dari pembicaraan itu, kemudian terwujudlah program ini," kata dia.
Untuk merealisasikan program tersebut, pihaknya menggandeng Kelompok Tuna Daksa Biru Mandiri. Kelom pok yang diketuai Dadan Hernawan ini, merupakan pembuat kaki palsu.
Sugeng mengatakan, kedua pihak kemudian merancang program bantuan tersebut. Setelah para penerima ditentukan, Kelompok Tuna Daksa mengerjakan kaki-kaki palsu tersebut sesuai dengan ukuran sang pemakai.
Proses pembuatan kaki palsu untuk 12 unit ini, ujar Su geng, tak lebih dari satu bulan. "Proses pengerjaannya dilakukan di bengkel kelompok Tuna Daksa," kata dia. Sugeng mengungkapkan, bantuan kaki palsu kepada kaum difabel tersebut baru pertama dilakukan. Dia berencana akan melanjutkan program tersebut pada 2015 mendatang.
Namun, karena baru per tama, maka jumlah penerimanya saat ini pun masih terbatas. Dia berkeinginan, pada program kedua nanti, jumlahnya akan lebih banyak. "Sete lah saya berdiskusi dengan ketua kelompok Tuna Daksa, ternyata program seperti ini besar sekali manfaatnya," ujar dia.
Untuk membuat satu unit kaki palsu mulai dari paha ke bawah, kata Dadan Herna wan, menghabiskan dana se besar Rp 1,2 juta. Kaki palsu yang diproduksinya ini, menggunakan bahan-bahan yang mudah digerakan oleh kaki.
Harga kaki palsu tersebut, kata dia, sangat murah di banding yang dijual di rumah sakit atau alat kesehatan. "Yang saya tahu, harga jual kaki palsu di rumah sakit atau alat kesehatan di atas Rp 6 juta. Ba gi masyarakat kecil, harga tersebut tentunya sangat tinggi," ujar Dadan.
Dalam kegiatan CSR sekaligus memperingati 14 tahun berdirinya Amanda Brownis, juga dilakukan donor darah. Kegiatan yang menggandeng PMI Kota Bandung ini melibatkan sebanyak 100 pendonor. Para pendonor ini berasal dari karyawan dan masyarakat umum. Untuk mendukung program ini, PMI Kota Ban dung mengerahkan satu unit mobil transfuse darah ke lokasi tersebut. "Kalau untuk donor darah sering kita lakukan. Selain membantu para korban bencana alam," tutur Sugeng.rep:djoko suceno ed: agus yulianto