Selasa 01 Jul 2014 14:00 WIB

Tuna Daksa Korban Kecelakaan

Red:

Jumlah korban kecelakaan yang berakhir dengan amputasi organ tubuh (tangan atau kaki), terus bertambah. Sebagian besar dari mereka adalah remaja atau masih berusia sekolah. Rata-rata mereka mengalami kecelakaan saat mengendarai sepeda motor, baik ditabrak maupun menabrak. "Jumlahnya terus bertambah seiring meninggatnya populasi pengguna sepeda motor di masyarakat," kata Dadan Hernawan, Ketua Kelompok Tuna Daksa Mandiri Kelurahan Palasari, Kecamatan Cibiru, Kota Bandung.

Dadan merupakan korban kecelakaan lalu lintas di 1997. Kecelakaan yang terjadi di Jl Soekarno-Hatta, Kota Bandung, itu membuat kaki kanannya harus diamputasi. Dia sempat mengalami depresi berat pascaoperasi tersebut. Untungnya, Dadan memiliki semangat tinggi untuk tetap hidup setelah mendapatkan motivasi dari keluarganya. Seiring perjalanan waktu, dia pun akhirnya menekuni kegiatan membuat kaki palsu.

Untuk membuat kaki palsu di bengkelnya, Dadan merekrut orang-orang seperti dirinya, sebagai penyandang cacat kaki. Hampir separuh dari karyawannya adalah orang seperti dirinya. Dia merasa bangga bisa mengajak mereka berkarya dengan segala keterbatasannya.

"Cita-cita saya memang ingin melibatkan mereka (penderita tuna daksa-red). Tujuannya agar mereka me miliki semangat dan keberanian menghadapi kehidupan ini," ujar dia yang yang mengalami patah kaki setelah sepeda motornya di seruduk sebuah mobil yang dikemudikan mahasiswa.

Dadan tak hanya membuat kaki palsu. Dia justru kini disibukan dengan aktivitasnya menjadi motivator bagi orang bernasib sama seperti dirinya. Sejumlah daerah di Indonesia telah dia kunjungi untuk berbagi pengalaman. Dari berjelajah ke sejumlah daerah, Dadan baru sadar bahwa jumlah orang yang bernasib sama seperti dirinya men carai ribuan orang. "Yang lebih memprihatinkan mereka adalah kaum remaja korban kecelakaan sepeda motor,’’ujar bungsu dari delapan bersaudara.

Banyak dari mereka, kata Dadan, yang mengalami depresi lantaran kehilangan kaki atau tangannya. Bahkan, tak sedikit dari mereka yang berusaha mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri.

Berdasarkan pengalamannya itu, dia bertekad akan terus memberikan pendampingi atau memberi motivasi ke pada mereka. "Mereka masih muda. Masa depan mereka masih panjang. Sayang kalau harus berakhir sia-sia," kata bapak emapat anak ini.

Saat ini, Dadan mengaku tengah mengerjakan pemesanan 100 kaki palsu. Sebagian besar pemesan, adalah anak-anak dan remaja. Dia mengaku, tak mengomersilkan kaki palsu buatannya. Namun, dia semata-mata hanya ingin meringankan beban penderitaan mereka. "Bagaimana mau beli kaki palsu yang harganya jutaan, untuk kebutuhan sehari-hari saja mereka sangat susah," ujarnya. rep:djoko suceno ed: agus yulianto

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement