BANDUNG –– Konsumen produk makanan dan buah-buhan, harus ekstra hati-hati. Memanfaatkan momentum lebaran ini, ba nyak produk makanan berformalin yang ditemukan di sejumlah pasar tradisional. Selain formalin, dari hasil uji sampel sejumlah makanan, ditemukan pula jenis zat pewarna tekstil. Demikian hasil dari pengawasan yang dilakukan Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Provinsi Jabar bersama Balai Besar POM Jabar dan Dinas Peternakan Jabar.
Kepala Disperindag Provinsi Jabar Fery Sofyan mengatakan, sejumlah makanan yang diuji meliputi mie basah, tahu, kerupuk, pacar cina, cincau, kolang kaling, bakso, juga soal kesehatan daging ayam maupun sapi. "Kita ingin men jawab kekhawatiran masyarakat soal isu kemananan pangan," katanya saat melakukan pengawasan terpadu di Pasar Ujung berung, Kota Bandung, akhir pekan.
Foto:AGUS BEBENG/antarafoto
Anggota Sat Reserse Narkoba Polrestabes Bandung memerlihatkan barang bukti mie berformalin, di Bandung, Jawa Barat, Rabu (5/3).
Selama ini, menurutnya, banyak ketakutan akan bahan berbahaya yang dicampurkan pada makanan. Karena itu, pihaknya menguji adanya kandungan boraks dan formalin dalam bakso, tahu dan mie basah seperti yang sudah banyak terjadi. Selain itu juga akan menguji adanya bahan pemutih dan pewarna, seperti untuk kolang-kaling dan kerupuk.
"Hasilnya, sejumlah makanan seperti mie basah, tahu, pacar cina, dan gula aren mengandung bahan campuran berbahaya," kata Fery. Dia me nyebutkan, mie basah, tahu, dan gula aren di Pasar Ujung be rung teruji mengadung formalin. Sedang pada pacar cina dikatakan mengandung zat pewarna tekstil. Disperindag akan melakukan pem binaan ke pada para pedagang dengan adanya temuan ini.
Selama ini, yang banyak diketahui hanya produk mie dan tahu yang rawan berformalin. Ternyata pada gula aren juga diduga pema kai an for ma lin untuk memper panjang usia keawetan produk. "Cara membedakannya pilih yang cepat meleleh, tidak keras, tidak mengkilat. Yang me leleh justru bagus, perlu di curigai gula merah yang keras, tapi tidak semua yang keras ber formalin," kata Lusi salah satu penguji dari BPOM Jabar.
Dikatakan Lusi, mendekati Lebaran, banyak produ sennakal yang menginginkan untung lebih. Maka, dengan adanya pembinaan kepada produsen dan pedagang, diharap tidak ada lagi tambahan makanan berbahaya.
Penemuan barang rusak dan penggunaan formalin juga terjadi di Indramayu. Hasil sidak Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kabupaten Indarmayu. dua toserba di wilayah ini ditemukan sejumlah barang yang rusak namun masih dipajang. Selain itu, ditemukan juga buah impor yang mengandung formalin.
Di Toserba S, anggota TPID yang dipimpin langsung Asisten Ekonomi dan Pembangunan Kabupaten Indramayu, Wahidin me ne mukan sejumlah barang yang te lah mengalami kerusakan bentuk, namun masih dijual. Beberapa barang yang mengalami ke rusakan di antaranya, makan an kaleng, kornet, susu segar, dan wafer.
Selain itu juga ditemukan telur yang masih tercampur dengan kotoran yang masih menempel sehingga kurang bersih. Telur yang tidak dibersihkan ini langsung dijual ke pada konsumen. Bersebelahan dengan telur, tim juga menemukan gerai roti yang tidak di lengkapi dengan perangkap serangga, padahal alat perangkap serangga ini mutlak ada untuk produk makanan olahan. Selanjutnya ditemukan juga kompor gas merek Sayota dan Tajimura tidak memiliki sertifikasi SNI sehingga diyakini kualitasnya kurang memuaskan.
"Barang-barang yang rusak dan tidak memiliki stan dar SNI ini sebaiknya tidak dijual kepada konsumen karena dikhawatirkan akan berdampak negatif. Kompor gas ini diragukan kualitasnya jika digunakan kami takut bisa meng akbitakan kebakaran untuk itu sebaiknya ditarik," tegas Wahidin.
Inspeksi ke Toserba Y juga masih ditemukan sejumlah barang yang rusak terutama kemasan yang penyok dan berkarat. Sementara untuk buah impor yang dijual terutama apel merah USA mengandung formalin sebesar 1,0-1,5 miligram/liter, dan jeruk impor dari Australia Afourer mengandung kandungan formalin sebesar 0,6- 0,8 miligram/ liter. rep:c69, ed: agus yulianto