Selasa 05 Aug 2014 12:00 WIB

Semarak Tradisi Grebeg Syawal Keraton Kanoman

Red:

Matahari baru menunjukkan sedikit sinarnya, Senin (4/8). Jam pun ma sih menunjukkan waktu sekitar pu kul 06.00 WIB. Namun, ribuan warga dari berbagai daerah, baik dari wilayah Ci rebon maupun Indonesia, sudah memadati Kompleks Makam Sunan Gunung Jati, di Astana Gunung Sembung, Kecamatan Gunung Jati, Kabupaten Cirebon. Mereka umum nya datang secara berombongan. Mereka bermaksud untuk mengikuti tradisi Grebeg Syawal, yang diselenggarakan Keraton Kanoman Cirebon.

Saat Sultan Kanoman XII, Sultan Raja M Emirudin tiba di lokasi, ribuan pengunjung langsung berebut untuk melihat dan me nyentuh keturunan Sunan Gunung Jati itu. De ngan pengawalan ketat, sultan dan kaum kerabat pun berjalan menembus kerumun an pengunjung menuju tujuh pintu dari total sembilan pintu yang ada di kompleks ba ngunan yang dibangun sejak 1479 tersebut. Tujuh pintu tersebut secara berurutan dari yang paling bawah letaknya adalah pintu Pasujudan, Ratnakomala, Jinem, Rararoga, Kaca, Bacem, dan Teratai.

Ketujuh pintu tersebut hanya boleh dilewati oleh sultan dan kaum kerabatnya saja. Karena itu pada hari-hari biasa, ke tu juh pintu tersebut selalu ditutup.

Doa, dzikir, dan tahlil juga dilakukan oleh sultan dan para kerabatnya di dalam ruangan makam Kanjeng Sunan Gunung Jati Syarif Hidayatullah yang berada di puncak bukit Astana Gunung Sembung. Di dalam ruangan itu terdapat pula makam Ratu Mas Rarasantang (Ibunda Sunan/ Putri Prabu Siliwangi), Pangeran Cakrabuana (Uwa Sunan/Putra Prabu Siliwangi), Fatahillah (Menantu Sunan), Pangeran Pesarean (Putra Mahkota Sunan), Putri Ong Tien (Putri Kaisar Cina yang menjadi salah seorang istri Kanjeng Sunan Gunung Jati), dan sebagainya.

Rangkaian serupa juga dilakukan di makam Panembahan Ratu (Cicit Sunan/ Raja Cirebon ke-2) serta di makam para Sultan Kanoman yang telah wafat. Selesai melakukan doa, dzikir dan tah lil, sultan dan kerabatnya menyantap sajian makan siang. Usai makan, sultan dan kerabatnya pun melemparkan uang logam ke arah kerumunan peziarah, yang menjadi per lambang kemurahan hati dan bagi-bagi rejeki dari sultan dan kerabatnya itu. ''Biar dapat berkah,'' tutur salah seorang pe zia rah asal Semarang, Sunarti.

Keraton Kanoman sebenarnya berusaha meluruskan makna tradisi tersebut. ''Sejatinya, prosesi Grebeg Syawal merupakan ziarah kubur yang melibatkan seluruh keluarga keraton kepada Sunan Gu nung Jati, para sesepuh dan kerabat keraton yang sudah meninggal,'' tutur seorang abdi dalem Keraton Kanoman, Mustaqim Asteja. rep:lilis sri handayani ed: rachmat santosa

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement