PURWAKARTA –– Sepuluh kesenian tradisional dari berbagai daerah di Jawa Barat, turut memeriahkan hari jadi Purwakarta. Pagelaran kesenian itu sangat menyedot perhatian masyarakat. Ini merupakan wahana untuk menunjukan masih eksisnya kesenian tradisional tersebut.
Pantauan Republika, sejak Sabtu (9/8) sore, masyarakat Purwakarta sudah antusias untuk menyaksikan panggung seni budaya Tatar Sunda dan Cirebonan. Selepas isya, ribuan masyarakat turun kejalan. Mereka memadati sejumlah jalan protokol. Salah satunya, Jalan Sudirman dan Jalan KK Singawinata. Di sepanjang kedua jalan tersebut terdapat sejumlah arena panggung pentas seni.
Foto:Republika/Yasin Habibi
Kesenian musik sunda
Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi mengatakan pada hari jadi Purwakarta ke-183 dan Kabupa ten Purwakarta ke-46 ini, pihak nya ingin memberikan yang terbaik untuk masyarakat. Salah satunya dengan pagelaran kesenian tradisional di Jawa Barat ini.
"Ka mi ingin, kesenian ini tetap eksis dan lestari," ujarnya. Meng ingat saat ini kesenian tradisional sudah terkepung oleh seni dan budaya dari luar. Karena itu Pemkab Purwakarta berupaya untuk terus melestarikan kesenian ini. Salah satu caranya dengan menyediakan kesempatan supaya para seniman bisa menggelar pertunjukan. Menurut Dedi, Jawa Barat ini kaya akan kesenian tradisionalnya.
Maka sudah seharusnya pemerintah turut melestarikan seni dan budaya ini. Supaya kesenian ini tidak ditinggalkan sama peng gemarnya. "Intinya kami ingin mengenalkan kembali kesenian tradisional di Jabar kepada para generasi muda," ujarnya.
Jawa barat menurut Dedi memiliki banyak kebudayaan yang sangat bagus. Serta mengandung filosofi yang rasional. Misalnya budaya Parahyangan, budaya Banten, budaya Indramayu dan budaya Cirebonan. Ini semua merupakan kekayaan yang bisa men jadi modal utama untuk menata kesetaraan dengan suku yang lain di nusantara.
Dedi berharap, dengan kegiatan ini bisa menjadi bentuk proses mengingatkan masyarakat akan budaya. Karena, lanjut Dedi, hari ini Indonesia tidak setara dengan bangsa lain jika dilihat dari kondisi ekonomi, politik luar negeri, dan kekuatan pertahanan. ''Tetapi ada satu yang bisa disejajarkan dengan bangsa lain. Bahkan as pek ini lebih memerkuat bangsa. Yaitu kebudayaan dan seni tradisinya,'' tegasnya.
Solihatunnisa (24 tahun), warga Kelurahan Nagri Kaler, mengaku, sangat tertarik untuk melihat pentas seni ini. "Pertunjukan serupa di tahun lalu saja ramai, apalagi sekarang," ujarnya.
Benar saja dugaan ibu satu anak ini tak meleset. Setelah pu kul 20.00 WIB, pertunjukan kesenian yang tersebar di sepuluh pang gung itu dimulai. Semuanya sangat menarik. Yang paling me narik dan menghibur yaitu pertunjukan Topeng Banjet Kara wang serta pertunjukan Tari Topeng dan Tayub asal Cirebon.
Senada dengan Solihatun, Miranti Kusmiati (26 tahun), warga Perum Griya Asri, Kelurahan Cisereuh, mengungkapkan dari sepuluh panggung yang paling menarik perhatiannya yaitu Longser dari Bandung dan Seni Kacapi bodor dari Garut. "Semuanya bagus. Salut buat para seniman yang telah melestarikan kesenian tersebut," ujarnya. rep:ita nina winarsih ed: rachmat santosa