CIREBON –– Para perajin rotan di Kabupaten Cirebon mengeluhkan adanya indikasi ‘permainan’ dalam penyediaan bahan baku rotan. Pasalnya, terdapat sejumlah jenis rotan yang tidak bisa diperoleh para perajin.
"Bahan baku rotannya banyak, tapi untuk memperolehnya gampang- gampang susah," ujar Ketua Masyarakat Pekerja Pengrajin Rotan Seluruh Indonesia (MPPRSI) Badrudin, Selasa (9/9). Badrudin mengatakan, untuk membuat satu buah produk meubel rotan seperti misalnya kursi, dibutuhkan beberapa jenis bahan baku rotan. Jika kurang satu jenis rotan, maka kursi rotan itu tidak akan bisa dibuat.
Foto:Lucky.R/antara
Perajin rotan.
Selama ini, berbagai jenis ba han baku rotan untuk membuat kur si tidak bisa diperoleh secara keseluruhan. Hal ini disebabkan oleh adanya permainan penyediaan bahan baku rotan tersebut. Para perajin biasanya kekurangan satu atau dua jenis bahan baku rotan sehingga kursi rotan tidak bisa diproduksi secara alami. "Untuk me nyia satinya, kami pakai rotan sintetis plastik," kata Badrudin.
Menurut Badrudin, indikasi ‘permainan’ dalam penyediaan bahan baku rotan juga bisa terlihat di sejumlah daerah penghasil bahan baku rotan di luar pulau Jawa. Mes ki bahan baku rotan menum puk, bahan tersebut tidak bisa dipakai. Penyedia bahan baku mengatakan, rotan itu untuk ekspor. Padahal, ekspor bahan baku rotan telah dilarang pemerintah sejak 2011.
Tak hanya itu, lanjut Badrudin, masalah lain seputar bahan baku rotan adalah harganya yang terus naik. Bahkan, kenaikan harga itu dilakukan sepihak oleh produsen tanpa disertai alasan yang jelas. Salah satu alasan yang dipakai adalah ribut-ribut soal kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. "Harga BBM belum naik, tapi harga rotan batangan su dah dinaikkan," kata Badrudin. Hal ini membuat sejumlah perajin rotan mengeluh.
Memang, kenaikan harga bahan baku rotan tidak signifikan. Kenaikan harga itu hanya berkisar Rp 200 per kg. Namun, ia khawatir kenaikan tersebut akan menjadi lebih tinggi jika harga BBM memang benar-benar naik.
Ketua Komda Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) Sumartja mengakui adanya kenaikan harga bahan baku rotan. Menurutnya, kenaikan harga itu terjadi secara bertahap. "Sejak saya memulai usaha rotan pada 1985, harga bahan baku rotan selalu naik," kata Sumartja.
Sumartja menyebutkan, harga bahan baku rotan pada 1985 hanya Rp 400 per kg. Saat ini, harga ba han baku rotan sudah mencapai kisaran Rp 16 ribu per kg. Meskipun kenaikannya tidak ter lalu signifikan setiap tahun, Sumartja menyayangkan kenaikan harga itu tidak diiringi dengan pe ningkatan kualitas bahan baku ro tan. Bahkan, dia menilai kualitas bahan baku rotan cenderung terus menurun.
Sumartja mengungkapkan, penurunan kualitas bahan baku rotan disebabkan pengolahan yang kurang maksimal. Hal itu terjadi se iring mahalnya harga minyak tanah yang digunakan untuk menggoreng bahan baku rotan. "Mahalnya harga minyak tanah membuat pengusaha bahan baku di sentra produksi mengalami kesulitan men jaga kualitas," ujar Sumartja.
Sumartja menambahkan, kuali tas bahan baku rotan dipastikan memberi pengaruh terhadap kuali tas produk meubel rotan. Untuk meng atasi masalah tersebut, dia berharap ada subsidi minyak tanah bagi pengusaha bahan baku rotan agar kualitas bahan baku tetap terjaga. rep:lilis sri handayani ed: friska yolandha