BANDUNG Masuknya arus informasi global membuat banyak permasalahan sosial di kalangan masyarakat saat ini. Kondisi ini pun menyebabkan banyak pihak khawatir terhadap regenerasi bangsa di masa mendatang.
Untuk mengatasi kondisi ini, dibutuhkan seorang remaja yang bisa menyerukan kebaikan dan sebagai motivator bagi masyarakat. Oleh ka rena itu, Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Jabar mendukung keberadaan remaja pendakwah di Jabar.
"Pekerjaan penyeru/pendakwah merupakan pekerjaan yang mulia. Ini karena dilakukan sepanjang hayat tak terbatas usia dan jarak," ujar Ketua Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Jabar, Netty Prasetyani saat menjadi narasumber pada Kegiatan Pembinaan Penyuluh Agama Islam Tingkat Provinsi Jabar 2014 dengan Tema 'Strategi Pendampingan Penyuluh Agama Islam dalam Konteks Dakwah Re maja Muslim', belum lama ini.
Netty mengatakan, pada kenyataanya, permasalahan sosial terjadi karena rendahnya pendidikan dan minimnya pengetahuan. Selain itu, masyarakat pun lemah dalam penguasaan sumberdaya.
Kondisi ini, kata Netty, di pengaruhi cukup kuat oleh era globalisasi yang semakin berkembang. Sehingga, meng ubah tatanan nilai dan meng ubah pola hidup dimasyara kat.
Menurut Netty, ada beberapa karakter penyeru/pendakwah. Antara lain, memiliki ilmu dan wawasan, memahami karakteristik yang diseru, memahami filosofi budaya, menguasai teknik menyeru dan menyeru berdasarkan daya nalar dan bahasa di lingkungan masyarakat.
"Saya berharap penyuluh di masyarakat mempunyai keyakinan menyeru pada orang lain tentang kebaikan," katanya. Yakni, menyeru pada amal perbuatan, menampilkan performa islami dan menjadi teladan.
Apalagi, saat ini, kasus kekerasan dan kejahatan seksual terhadap anak terus meningkat. Untuk mencegahnya, harus melibatkan seluruh potensi masyarakat dalam memberi pengasuhan kepada anak.
Khususnya, anak-anak yang tidak memperoleh pengasuhan yang baik dari orang tua. "'Anak yang tidak memperoleh pengasuhan yang baik, maka akan sangat rentan tersentuh oleh tindak kejahatan, seperti kekerasan seksual," katanya.
Netty mencontohkan, anak yang tidak mendapat pengasuhan yang baik akan mudah dirayu oleh pelaku kejahatan. Pelaku tersebut, akan memberikan kasih sayang kepada anak sebelum melaksanakan aksi jahatnya.
"Ketika tidak ada kasih sayang orang tua, pelaku memberi perhatiannya, mengajak berenang, memberi uang. Anak pun tertipu oleh kasih sayang palsu," kata Netty. Oleh karena itu, Netty berharap, seluruh masyarakat memiliki kesadaran dan perhatian lebih terhadap kondisi anak-anak di sekitar lingkungannya. Tidak hanya kepada anak biologisnya saja, tapi masyarakat harus terlibat dalam pola pengasuhan anak di sekitarnya, harus silih asah, silih asih, silih asuh.
"Kalau mengandalkan 14 ribu PNS pemprov, dan polisi, kan tidak mungkin cukup," kata dia. Netty menyebut, masyarakat Indonesia memiliki banyak wadah yang bisa membantu memperhatikan tumbuh kembang anak seperti posyandu, Karang Taruna, dan DKM. rep:arie lukihardianti ed: agus yulianto