CIREBON Memasuki masa panen, harga garam rakyat di tingkat petani di Kabupaten Cirebon dan Indramayu, terjun bebas. Ja tuh nya harga ini diduga karena permainan harga yang dilakukan oleh tengkulak. Berdasarkan pantauan Republika di sentra garam di Kabupaten Cirebon, harga garam di tingkat petani saat ini hanya Rp 300 per kilogram (kg). Padahal, harga garam bulan lalu masih Rp 600 per kg.
Harga yang berlaku saat ini pun jauh lebih rendah di bandingkan harga pokok pen jualan (HPP) yang ditetapkan pemerintah untuk garam. Menurut HPP, harga ga ram kualitas satu seharusnya mencapai Rp 750 per kg, kua litas dua seharga Rp 550 per kg dan kualitas tiga mencapai Rp 450 per kg.
"Harga garam Rp 300 per kg itu kualitas II. Seharusnya Rp 550 per kg," kata Ketua Ikatan Petani Garam Indonesia Mochammad Insyaf Supriadi kepada Republika, Kamis (25/9).
Insyaf mengatakan, anjloknya harga garam saat ini disebabkan oleh ulah tengkulak. Menurutnya, tengkulak mempermainkan harga garam dengan menakuti-nakuti petani seolah-olah akan terjadi kelebihan stok. Akibatnya, petani rela menjual ga ramnya dengan harga rendah kepada tengkulak karena khawatir harga garam akan terus jatuh.
Insyaf menilai, harga garam di pasaran masih stabil. Harganya berkisar antara Rp 800 per kg sampai Rp 1.200 per kg.
Selain khawatir harga garam akan terus anjlok, petani juga memilih langsung menjual garamnya kepada teng kulak pascapanen. Pasalnya, mereka terdesak kebutuhan ekonomi sehari-hari. Kondisi tersebut semakin memberi kan peluang bagi tengkulak untuk menentukan harga seenaknya.
"Anjloknya harga garam membuat petani menjerit, tetapi mereka tidak punya pilihan," kata Insyaf. Kondisi tersebut dapat ter atasi jika koperasi-koperasi garam di lingkungan pe tani dapat hidup dan beroperasi secara sehat. Dengan adanya koperasi, petani bisa menjual garam dengan harga yang wajar. Selain itu, petani pun bisa meminjam uang untuk memenuhi kebutuhan eko nominya dan bisa dibayar dengan garam yang diproduksinya.
"Koperasi berperan seper ti Bulog, menyerap ga ram petani saat produksi sedang ber lebih," ujar Insyaf. Sayangnya, sebagian besar koperasi petani tidak lagi aktif. Kalaupun ada yang ak tif, koperasi tersebut meng alami kesulitan modal. Sehingga, keberadaannya tidak begitu dirasakan oleh petani karena tidak dapat berperan menjaga harga garam.
Anjloknya harga garam tidak hanya dialami oleh Kabupaten Cirebon. kondisi se rupa juga terjadi di Kabupaten Indramayu. Berdasarkan pantauan di sentra tambak garam Desa Santing, Kecamatan Losarang, Kabupa ten Indramayu, harga garam di tingkat petani hanya berkisar Rp 400 sampai Rp 450 per kg. Harga itu menurun tajam dibandingkan Juli lalu yang mencapai Rp 700 per kg.
Seorang petani di desa Santing, Cokro, mengatakan, tengkulak sengaja menekan harga garam serendah mungkin. Pasalnya, pasokan garam sudah mulai berlimpah seiring masuknya masa panen.
Biasanya, kata Cokro harga jual garam akan terus turun dan mencapai titik terendah pada pertengahan November. Dia berharap, tahun ini harga garam tak sampai jatuh pada harga Rp 300 per kg. "Saya inginnya harga garam tetap di kisaran Rp 500 per kg," kata Cokro. ani rep:lilis sri handayani ed: friska yolandha