BANDUNG –– Potensi dan pemanfaatan ekonomi kelautan di Indonesia, belum optimal. Padahal, sektor-sektor ekonomi kelautan itu sangat menguntungkan dan banyak menyerap tenaga kerja. "Usaha di sektor-sektor ekonomi kelautan juga mengandung lokal konten yang tinggi, dan banyak produknya yang dibutuhkan pasar global, sehingga dapat mengurangi defisit neraca perdagangan dan inflasi," kata mantan Menteri Kelautan dan Perikanan RI, Rokhmin Dahuri pada acara ‘Temu Nasional: Indonesia Menuju Poros Maritim Dunia’ yang diselenggarakan oleh Fakultas Perikanan dan Ilmu Ke lautan (FPIK) Unpad di Bale Santika, Unpad Jati nangor, Senin (6/10).
Dikatakan Rokhmin, dengan memperkuat dan mengembangkan sektor transportasi laut, pelabuhan, dan industri perkapalan nasional, maka konektivitas kelautan akan secara dramatis mem baik. Dampaknya, kata dia, biaya logistik akan semakin murah, dari sekarang 24,6 persen PDB menjadi kurang dari 15 persen PDB. " Ini menyebabkan daya saing ekonomi nasional akan meingkat signifikan," ujar dia.
Selain itu, perlu juga di kembangkan sumber-sumber pertumbuhan ekonomi baru di wilayah pesisir, pulau kecil, dan perbatasan. Sehingga, kata dia, hal itu menciptakan posperity belt yang sekaligus berfungsi sebagai security belt. Degan kondisi ini, kata dia, maka kedaulatan NKRI pun dapat semakin kokoh.
Rokhim mengatakan, esensi Indonesia sebagai poros maritim dunia adalah Indo nesia sebagai negara maritim yang maju, makmur, kuat, dan berdaulat berbasis ekonomi kelautan, Hankam, dan buda ya maritim. Selain itu, juga menjadi teladan (memimpin) dunia dalam berbagi kemajuan iptek kelautan, ocean governance (tata kelola kelautan), kesejahteraan, keadilan, dan perdamaian dunia.
Sementara menurut Dekan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin Makassar Jamaluddin Jompa yang juga menjadi pembicara dalam acara itu, belum optimalnya pemanfaatan potensi kelautan bisa saja terjadi karena masyarakatnya tidak memajukan sains dan teknologi secara optimal sehingga potensi tersebut tidak berkembang. "Kita terlena dengan sum berdaya alam, dengan poten sinya yang luar biasa. Pada hal, bukan itu yang menjadi dasar kemajuan bangsa," kata Jamaluddin.
Dikatakan Jamaluddin, sum ber daya alam hanya ber kontribusi 10 persen terhadap kemajuan suatu bangsa. Faktor yang lebih mendominasi yaitu inovasi dan kreativitas, networking, serta tekno logi. Dengan demikian, kata dia, untuk mempersiapkan Indo nesia menjadi poros maritim dunia, maka harus diperhatikan juga kemajuan iptek dan penemuan sejumlah inovasi baru. ed: agus yulianto