PERLU PERUBAHAN POLA PIKIR PENGELOLA BUMN YANG HANYA BERTUMPU PADA PENGELOLAAN KORPORASI SECARA ORGANIK.
Langkah badan usaha milik negara (BUMN) untuk go global kian tak terbendung. Dari 141 perusahaan BUMN, 17 perusahaan dinilai layak berkiprah di pasar internasional. Selain tuntutan pengembangan usaha, langkah go global juga demi menjaga eksistensi perusahaan dalam jangka panjang.
"Untuk membawa BUMN go global, kita harus menekankan aspek daya berkompetisi, kekuatan modal, penguasaan produk, dan kesiapan perusahaan menyesuaikan diri dengan regulasi internasional," jelas Chief Economist Indonesia Economic Intelligence (lEI) Sunarsip.
Untuk bersaing di kancah internasional, pengelola BUMN tidak cukup hanya mengandalkan pertumbuhan organik.Justru perusahaan pelat merah membutuhkan dukungan modal kuat untuk mengakuisisi perusahaan kelas dunia.
Foto:Dok Rep
Di sisi lain, menurut Sunarsip, pemerintah dan pengelola BUMN harus mampu menciptakan terobosan untuk menembus pasar global. Yang tak kalah penting, BUMN harus terhindar dari belitan birokrasi dan intervensi politik.
"Seperti PT Pertamina, PT Aneka Tambang Tbk (Antam), PT Tambang Bukit Asam, dan PT Garuda Indonesia wajib untuk go global sebagai tuntutan pengembangan usaha dan menjaga eksistensi perusahaan secara jangka panjang," paparnya.
Keharusan go global sebaiknya ditekankan pada BUMN pertambangan dan penerbangan karena layak secara kualitas dan kapasitas sebagai world class company. Selain itu, BUMN pertambangan harus melakukan penetrasi pasar dan membangun cadangan yang kokoh untuk jangka panjang.
"Mereka harus ekspansi ke luar negeri. Tidak sekadar ekspansi pasar, namun mengakuisisi atau berkolaborasi dengan perusahaan sejenis guna memperkuat cadangan untuk jangka panjang," jelas Sunarsip.
Dia mencontohkan, Pertamina dalam lima tahun ke depan harus mencapai target produksi minyak mentah 1 juta barel/hari dari saat ini yang hanya 300 ribu-400 ribu barel/hari. Target itu hanya bisa dipenuhi dari sumur-sumur minyak baru, baik di dalam negeri maupun luar negeri.
Untuk menjawab tuntutan global dan mengoptimalkan margin pendapatan dari pasar internasional, ia mendorong PT Garuda Indonesia harus meraih margin tinggi dari penumpang internasional."Strategi go global Garuda juga ampuh untuk memperkuat industri pariwisata nasional," ujar Sunarsip.
Langkah go global BUMN, ujar Sunarsip, seharus nya didahului dengan perubahan pola berpikir (mindset) para pengelola BUMN yang selama ini hanya bertumpu pada pengelolaan korporasi secara organik. Sebuah perusahaan modern butuh pertumbuhan secara bukan organik (unorganic), yakni dengan menggarap pelanggan dan pasar baru dengan pendekatan manajemen modern dan teknologi.
Mantan menteri negara BUMN Tanri Abeng mengatakan, BUMN Indonesia masih kalah jauh dibandingkan dengan BUMN Republik Rakyat Cina (RRC) dalam hal menyasar pasar global. Dari perolehan laba bersih, misalnya, perusahaan pelat merah Indonesia pada 2007 hanya meraih 7,16 miliar dolar AS. Sementara BUMN RRC mampu meraup 150,4 miliar dolar AS.
"Belajar dari agresivitas tersebut, BUMN berperan penting dalam menggerakkan perekonomian negara. Peran itu terlihat dari pertumbuhan belanja investasi yang melonjak dari Rp 32 triliun pada 2004 menjadi Rp 128 triliun pada 2008," ujarnya.
Faktanya, berdasarkan hasil kajian Lembaga Manajemen Fakultas Ekonomi UI (LM FEUI), memang hanya 20 persen dari 141 BUMN yang mampu bersaing menuju perusahaan menuju world class company.
Berdasarkan pemetaan LM FEUI, setidaknya tiga hal pokok yang harus dijalankan pemerintah dalam membenahi kinerja BUMN, yaitu pembentukan holding company (induk usaha), pemisahan BUMN profit dan nonprofit, serta mengurangi tekanan politik. Selain itu, pemerintah harus menegaskan fungsi public service obligation (PSO)yang diperankan BUMN.
Ekonom Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Pande Radja Silalahi optimistis sebagian besar perusahaan BUMN sudah bisa berkompetisi di pasar global.Untuk bisa go global , pemerintah tinggal mendorongnya. rep:Indah Wulandari ed: anjar fahmiarto