Enam belas tahun yang lalu, krisis ekonomi 1998 memukul perekonomian dan dunia usaha di Indonesia sangat dalam. Namun, tidak lebih dari 15 tahun, pemulihan kinerja perusahaan BUMN dapat dilakukan, bahkan telah mampu ekspansi di luar wilayah Indonesia.
Ekspansi BUMN ke pasar ASEAN, kata Staf Khusus Presiden Bidang Ekonomi dan Pembangunan Prof Firmanzah, membutuhkan kapabilitas, kompetensi, dan kemampuan yang lebih kompleks. Lantaran BUMN nasional harus mampu bernegosiasi dengan karakteristik tiap-tiap negara, seperti tata aturan regulasi, supplier, konsumen, jaringan distribusi, penyusunan kontrak internasional, dan hubungan industrial.
Secara internal, BUMN nasional yang ekspansi ke luar negeri juga lebih memiliki kemampuan dalam hal sistem kontrol, pengawasan, sistem insentif, dan sistem operasi perusahaan yang jauh lebih kompleks untuk memastikan kinerja operasi perusahaan berjalan secara baik.
Foto:Republika/Adhi Wicaksono
Nasabah melakukan transaksi di mesin anjungan tunai mandiri (ATM) Bank BNI, Jakarta, Senin (31/3).
"Ini terlihat dari manajemen dan pengelolaan beberapa BUMN nasional yang mampu bersaing dan kompetitif di tingkat global. Hal ini tecermin dari pengakuan internasional terhadap standar manajemen dan pengelolaan BUMN kita,"
katanya.
Firmanzah mencontohkan, Pertamina baru-baru ini telah masuk sebagai salah satu dari 500 perusahaan besar dunia dalam list Fortune Global 500. Pertamina menempati peringkat 122 dengan pendapatan 2012 sebesar 70,9 miliar dolar AS.
Selain itu, Perusahaan Gas Negara (PGN) juga merupakan BUMN pertama di Indonesia yang mendapatkan penghargaan sebagai peringkat pertama dunia dalam Top 100 Annual Report Worldwide Winners.
"Nyatanya, modernisasi serta ekspansi BUMN nasional tetap tidak melupakan dan mengabaikan tugas dan fungsi utama sebagai perusahaan milik negara. Bagaimanapun juga, BUMN adalah alat negara untuk terus mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil, makmur, dan berdaya saing," ujar Firmanzah.
Fungsi untuk membangun, menyediakan sarana dan prasarana, dan pelayanan publik bagi masyarakat terus ditingkatkan. Beberapa tantangan untuk optimalisasi manajemen dan operasi BUMN masih perlu terus dilakukan. Tantangan pertama, yakni masih terdapatnya beberapa perusahaan BUMN yang masih merugi.
Menurut Kementerian BUMN, pada 2012 masih terdapat 16 BUMN yang masih merugi secara total sebesar Rp 1,49 triliun. Hal ini merupakan tantangan untuk melakukan serangkaian program penyehatan BUMN.
Tantangan kedua, yakni intensifikasi serta ekstensifikasi pola kerja sama dan sinergisitas antarkluster BUMN untuk menjadikannya sebagai powerhouse perekonomian nasional. Saat ini pembentukan sinergi berupa holding tengah berjalan.
"Berikutnya sinergi antar-holding menjadi fokus untuk membangun keterkaitan dan keterpaduan kompetensi BUMN untuk menjalankan baik fungsi sebagai alat negara maupun menghadapi dan menjadi aktor penting dalam keterbukaan pasar di ASEAN dan global," kata Firmanzah.
rep:Indah Wulandari ed: anjar fahmiarto