SETIAP TAHUN EKONOMI KREATIF KITA TUMBUH RATA-RATA 5,09 PERSEN.
Industri kreatif di Indonesia terus tumbuh subur sejak era reformasi dimulai. Hal ini terkait dengan keleluasaan para pelaku untuk memproduksi produk andalannya. Bahkan, saat ini industri kreatif menjadi salah satu komodias utama penyumbang pendapatan suatu negara. Sebab, industri kreatif itu menjanjikan keuntungan yang tidak sedikit.
Negara, seperti Amerika, Korea Selatan, maupun Jepang, patut menjadi contoh bagaimana mereka menggarap industri kreatifnya menjadi komoditas paling berpengaruh di dunia. Melalui budaya yang dikemas dalam film maupun musik, ketiga negara tersebut mampu menularkan budaya sehingga menjelma sebagai trendsetter bagi masyarakat dunia.
Foto:Prayogi/Republika
Di Indonesia, sektor industri kreatif mampu menjadi perhatian dengan sumbangan produk domestik bruto (PDB) yang cukup besar. Selain itu, pertumbuhan industri ini juga relatif stabil. Berdasarkan data Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) tahun 2013 lalu, industri kreatif telah menyumbang sebesar 7,05 persen pada PDB nasional. Nilai tambah ekonomi kreatif tahun itu mencapai Rp 641 triliun.
Sejak 2010 lalu, sumbangan ekonomi kreatif pada PDB nasional memang di kisaran 7,13 persen dengan rata-rata nilai tambah sekitar Rp 555 triliun. Setiap tahun ekonomi kreatif di Indonesia mengalami pertumbuhan rata-rata sekitar 5,09 persen.
Dilihat dari kontribusi tenaga kerja, tahun 2013 lalu sektor ekonomi kreatif mampu menarik pekerja sebanyak 11,8 juta orang, tumbuh sekitar 0,62 dari tahun sebelumnya sebanyak 11,7 juta. Tingkat partisipasi tenaga kerja di sektor ekonomi kreatif juga menyumbang sebesar 10,72 persen pada 2013. Rata-rata tiap tahun tingkat partisipasi tenaga kerja ekonomi kreatif sebesar 10,65 persen dari seluruh ketenagakerjaan nasional.
Jika dilihat dari pertumbuhan jumlah perusahan ekonomi kreatif, tahun 2013 lalu tumbuh sekitar 0,41 persen, yaitu sebanyak 5,42 juta dibanding tahun sebelumnya sebanyak 5,39 juta perusahaan.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Mari Elka Pengestu menargetkan sektor ekonomi kreatif di Indonesia dapat memberi kontribusi sebesar delapan hingga sembilan persen pada PDB nasional. Sedangkan, tingkat partisipasi tenaga kerja ditarget mencapai 11 hingga 12 persen dari total tenaga kerja nasional. Langkah yang dirumuskan pemerintah untuk mengejar target tersebut, yakni membuat roadmap strategi pengembangan subsektor ekonomi kreatif 2015 hingga 2019 yang berbasis pada teknologi, kreativitas dan kelembagaan.
"Fokus pengembangan subsektor ekonomi kreatif pada periode 2015 hingga 2019 adalah peningkatan daya saing industri kreatif dengan pemanfaatan iptek secara optimal dan pengembangan kreativitas dan kelembagaan industri kreatif," kata Mari Elka dalam keterangan persnya.
Ada tujuh isu strategis yang menjadi potensi maupun tantangan dalam pe ngembangan ekonomi kreatif. Yaitu, ketersediaan SDM kreatif yang profesional dan kompetitif, ketersediaan SDA dan sumber daya budaya yang dapat diakses secara mudah, industri yang berdaya saing dan beragam, pembiayaan yang mudah diakses, perluasan pasar, infrastruktur dan teknologi, serta kelembagaan yang mendukung pengembangan ekonomi kreatif.
Isu ini harus digarap bukan hanya oleh satu kementerian saja, melainkan oleh seluruh pemangku kepentingan. Artinya, dibutuhkan sinergi agar dapat bersama mengembangkan sektor industri kreatif nasional. Terlebih, tahun depan Indonesia harus menghadapi persaingan industri kreatif se-ASEAN.
Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) bidang Industri Kreatif dan MICE Budyarto Linggowijono mengatakan, untuk menghadapi ASEAN Economic Community (AEC) dibutuhkan sinergi dan inovasi pada industri kreatif nasional. Selain itu, industri kreatif nasional harus mulai berubah dengan berbasis teknologi. Saat ini, Indonesia masih unggul di sektor seni dan budaya dibanding negara anggota ASEAN lain. Namun, kalah jauh dalam industri berbasis teknologi.
Terlebih, nilai industri kreatif seni dan budaya masih terlampau kecil dibandingkan produk kreatif yang menggunakan teknologi. Jika diibaratkan, nilai satu produk kreatif berbasis teknologi sama dengan 10 produk kreatif seni dan budaya.
"Pemerintah harus segera membuat roadmap yang berkesinambungan untuk pengembangan ekonomi kreatif ini. Langkah strategisnya, pemerintah harus sudah memetakan potensi dan kelemahan baik domestik maupun negara lain," ujar Budyarto.
Selain itu, pemerintah juga harus mampu mengukur potensi kreator nasional. Yang paling penting harus ada sinergi antara pelaku usaha, pemerintah, industri, dan perbankan.
Program-program yang lebih efektif untuk mendorong industri kreatif, yaitu dengan membuat kelompok kerja (pokja)
tiap-tiap sektor agar dapat bersinergi antarkomunitas. Kalau program yang hanya sekadar event, tidak akan merangsang kreativitas dan inovasi serta kerja sama antarkomunitas.
"Dengan sinergi itulah Indonesia siap menghadapi AEC 2015. Kalau tidak ada sinergi yang bagus, industri kreatif kita akan terancam oleh produk kreatif negara ASEAN lainnya," kata Budyarto.
rep:Agus Raharjo ed: anjar fahmiarto