Pelaku industri kreatif mengaku siap untuk menghadapi persaingan dengan industri kreatif negara lain. Menurut pendiri sekaligus Direktur Caravan Studio Christiawan Lie (Chris Lie), pelaku industri kreatif di Indonesia mampu bersaing dengan negara lain. Di Indonesia, banyak kreator yang lebih unggul dibanding negara lain, namun jumlahnya memang masih terbatas.
Jika dibandingkan dengan penduduk di Indonesia maka jumlah itu masih sangat jauh dari ideal. Masalah lain bagi Industri kreatif di Indonesia, yaitu tidak meratanya kemampuan dari kreator yang ada.
"Ada kreator yang jauh lebih siap dan mampu menembus industri kreatif internasional. Tapi, ada juga yang kemampuannya di bawah rata-rata,"ujar Chris Lie.
Menurutnya, untuk bersaing dengan industri kreatif asing, dibutuhkan dukungan dari pemerintah. Dukungan itu bukan hanya pada beberapa lembaga, melainkan juga harus mewujud pada kebijakan yang sifatnya menyeluruh atau holistik.
Kalau tidak ada kebijakan yang mendukung industri kreatif dalam negeri, Indonesia akan menjadi pasar yang empuk bagi produk kreatif negara lain. Sebab, saat ini dari jumlah produk kreatif berbasis teknologi, seperti film, animasi, maupun games, masih sedikit dari Indonesia."Strateginya harus bentuk policy (kebijakan), bukan strategi orang per orang," katanya.
Selama ini, Chris menilai, pemerintah cenderung tidak serius untuk membuat regulasi yang menyeluruh dan mendukung industri kreatif nasional. Selain itu, di antara pemangku kepentingan juga tidak ada kerja sama yang baik. Salah satu contoh realisasi kebijakan menyeluruh itu, misalnya kebijakan tentang jam tayang produk kreatif nasional maupun impor.
Saat ini, jam tayang produk, seperti film dan kartun animasi, masih didominasi oleh karya impor. Sedangkan untuk produk lokal sendiri, kualitasnya masih dipertanyakan. Akibatnya, kreator film dan animasi lokal kesulitan untuk memasarkan produknya.
Padahal, banyak karya lokal yang kualitasnya juga sudah sangat bagus.Chris menambahkan, karya Caravan Studio sendiri dipasarkan secara mandiri. Selain memasarkan majalah berkala yang masuk ke minimarket, Caravan juga banyak mengerjakan animasi pesanan dari karya Amerika, seperti Iron Man dan Transformer.
"Pelaku usaha harus memasarkan sendiri karyanya untuk dapat menjualnya. Program pameran yang dilakukan pemerintah selama ini masih sangat kurang dibandingkan dengan negara lain," ujarnya.
Chris mengaku, kualitas stan pameran yang diikuti Indonesia di ajang internasional selalu di bawah standar rata-rata. Pasalnya, pemerintah seperti tidak serius untuk memasarkan produk kreatif dari Indonesia. Oleh sebab itu, program pameran bukan menjadi langkah efektif memasarkan produk kreatif. Seharusnya, pemasaran produk kreatif dilakukan dengan menelurkan regulasi."Kita bisa mencontoh Korea Selatan. Mereka membuat kebijakan, setiap produk Korea yang beriklan harus menggunakan artis Korea," katanya.
rep:Agus Raharjo ed: anjar fahmiarto