PEMERINTAH HARUS BERKOMITMEN MENDORONG DAN MEMFASILITASI PERLUASAN AKSES PASAR.
Sektor jasa konstruksi menjadi salah satu unggulan Indonesia saat berlangsungnya pasar bebas ASEAN pasca diberlakukannya Masyarakat Ekonomi ASEAN tahun depan. Hal ini berdasarkan pengalaman yang telah dimiliki para pelaku jasa konstruksi Indonesia.
Kepala Badan Pembinaan Konstruksi Hediyanto Husaini mengatakan, dengan berbekal pengalaman melaksanakan pekerjaan konstruksi di berbagai negara di Timur Tengah, Afrika, Timor Leste, dan negara ASEAN lainnya, badan usaha dan tenaga kerja konstruksi Indonesia akan mampu memenangkan persaingan dengan badan usaha dan tenaga kerja konstruksi dari negara ASEAN lainnya.
Foto:ANTARA
Guna memaksimalkan daya saing pelaku konstruksi nasional dalam menghadapi MEA 2015, konsep "Indonesia Incorporated" yang sudah sejak lama diharapkan bangsa Indonesia perlu segera diwujudkan.
"Pemerintah harus berkomitmen untuk mendorong dan memfasilitasi perluasan akses pasar konstruksi ke negara-negara anggota ASEAN," katanya seperti dikutip Antara.
Hal tersebut, lanjut Hediyanto, dilakukan, antara lain, melalui pengurangan hambatan akses pasar di negara tujuan, promosi kemampuan pelaku konstruksi nasional, diplomasi bisnis, fasilitasi akses permodalan dan penjaminan, perjanjian penghindaran pajak ganda, serta informasi pemetaan pasar dan lingkungan usaha di negara tujuan.
Ketua Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Nasional (LPJKN) Tri Widjajanto menekankan pentingnya standar kompetensi pekerja terampil dan ahli konstruksi. "Itu sebagai bagian dari upaya peningkatan daya saing pelaku konstruksi nasional, khususnya di kawasan ASEAN," kata Tri.
Kementerian Pekerjaan Umum juga telah menggelar ajang Konstruksi Indonesia 2014, sebuah ajang tahunan yang diadakan guna merangkul para pemangku kepentingan dari sektor konstruksi, baik di Indonesia maupun negara lainnya seperti yang tergabung dalam ASEAN.
Sementara itu, Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi me nyatakan, Indonesia harus memandang pemberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN pada akhir 2015 sebagai peluang, khususnya bagi para pelaku usaha di dalam negeri. Saat ini berbagai produk Indonesia bisa dan sudah masuk ke negara-negara ASEAN lainnya.
Dia mengatakan, ekspor Indonesia ke negara-negara ASEAN lainnya sesungguhnya sudah cukup besar dan jika dilihat dari kacamata perdagangan kurang lebih 99 persen tarif yang diberlakukan sudah di bawah lima persen atau bahkan nol persen.
"Pada dasarnya, kita sudah bersaing atau sudah berjalan untuk sisi perdagangan. Namun, yang baru adalah untuk sektor jasa, terutama jasa profesi yang masih dalam proses untuk bernegosiasi mengenai standar profesi," ujarnya.
Menurut Bayu, yang harus disiapkan dalam menghadapi MEA adalah terkait dengan informasi untuk para pelaku usaha yang memberikan gambaran jelas tentang peluang-peluang apa saja yang bisa digarap setelah diberlakukan MEA.
"Terkadang mereka tidak bisa melihat sebagai peluang karena mereka tidak mengetahuinya. Informasi terhadap pelaku usaha tersebut merupakan kunci," kata Bayu.
Selain itu, lanjut Bayu, juga harus diinformasikan terkait dengan pasar di negara-negara anggota ASEAN lainnya, seperti bagaimana agar produk-produk buatan Indonesia bisa masuk ke pasar-pasar Thailand, Vietnam, Myanmar, dan lainnya.
Jika diperhatikan, Indonesia sudah mulai menjadi eksportir utama pada beberapa sektor, seperti otomotif dan elektronik dilihat dari sisi pertumbuhan ekspor. Namun, jika terkait dengan volume, memang masih berada di bawah Thailand.
"Memang dari sisi volume lebih besar Thailand. Akan tetapi, untuk pertumbuhan kita lebih besar," ujar Bayu.
ed: anjar fahmiarto