Sabtu 16 Aug 2014 16:00 WIB
Liputan Khusus HUT Ke-69 RI

Pendidikan Sebagai Ujung Tombak

Red: operator

HANYA ORANG TERDIDIK DAN MEMILIKI PENGETAHUAN YANG BISA MENGAMBIL KEUNTUNGAN DARI KOMITMEN MEA.

Tak lama lagi, Indonesia bakal memasuki babak baru dalam kancah kerja sama global. Pada akhir 2015 mendatang, Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) bakal diberlakukan. Dunia pendidikan memiliki posisi penting dalam MEA. Sumber daya manusia (SDM) yang handal diharapkan bisa dihasilkan dari dunia pendidikan.

Bak investasi jangka panjang, pekerjaan mendidik atau menyiapkan generasi bukanlah pekerjaan yang selesai dalam waktu sebentar. Pendidikan berlangsung terus menerus bahkan tak pernah selesai.

Mendidik merupakan sebuah proyek abadi.Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Musliar Kasim mengakui, banyaknya penduduk Indonesia membuat program-program pendidikan yang dibuat seolah tak pernah cukup dan harus selalu disempurnakan. Pendidikan menjadi kunci dalam peningkatan kualitas SDM.

 

 

 

 

 

 

 

 

Foto:Darmawan/Republika

 

Maka dari itu, pemerintah terus berfokus untuk meningkatkan akses dan keterjangkauan serta mutu pendidikan.Bukan hanya di dalam negeri, akses pendidikan juga diupayakan bisa dinikmati oleh WNI yang berada di luar negeri.

Pemerintah Indonesia membuat sekolahsekolah komunitas agar anak-anak TKI yang bekerja di luar negeri bisa bersekolah. Hal ini sudah dilakukan di Malaysia, namun memang belum bisa menjangkau semua. Dari 50 ribu anak usia sekolah, baru 20 ribu yang bisa mendapatkan fasilitas ini.

"Harapan di HUT RI yang ke-69 ini pendidikan bisa lebih maju. Makin banyak orang terdidik pasti Indonesia akan lebih jaya," ujar Musliar.

Menurutnya, pendidikan sebagai ujung tombak peningkatan kualitas SDM Indonesia. Tanpa pendidikan, akan semakin sulit untuk bersaing. Dia mengatakan, Kurikulum 2013 yang berfokus pada aktivitas anak didik sebagai salah satu upaya untuk membentuk karakter serta kompetensi SDM Indonesia. Pendidikan yang ada saat ini, kata dia, semakin baik dan bisa menjadi modal dalam persaingan ketika MEA berlangsung mendatang. "Kita sudah mulai ke arah itu (MEA). Kita persiapkan," katanya.

Musliar menyatakan, pemerintah terus fokus dengan meningkatkan partisipasi masyarakat pada pendidikan. Untuk meningkatkan partisipasi wajib belajar 12 tahun, pemerintah membentuk Sekolah Menengah Universal. Untuk meningkatkan skill di level pendidikan tinggi pemerintah membuat Akademi Komunitas. Akademi ini merupakan pendidikan tinggi selama dua tahun yang mengajarkan berbagai skill dan pengetahuan agar output-nya bisa dihasilkan tenaga kerja yang handal.

"Tidak harus S-1 karena di negara lain juga tidak semua sarjana. Banyak orangorang besar di Amerika yang mereka berawal dari sekolah komunitas baru kemudian lanjut S-1 hingga S-3," kata dia.

Meskipun tidak semua warga negara wajib S1, pemerintah berupaya meningkatkan jumlah doktor. Di Indonesia, saat ini jumlah doktor baru mencapai 30 ribu.Angka ini jauh di bawah Cina yang jumlah doktornya mencapai 500 ribu.

Musliar mengibaratkan jika penduduk Indonesia sebesar 20 persen dari penduduk Cina, idealnya Indonesia memiliki 100 ribu doktor. Dengan adanya dosen dan universitas yang berkualitas, diharapkan bisa meningkatkan kualitas SDM dalam jangka panjang.Pada tahun 2030, Indonesia menargetkan ada 9.000 doktor per 1 juta penduduk Indonesia. Jumlah doktor ini penting untuk meningkatkan kualitas kampuskampus di Indonesia agar juga mampu menghasilkan SDM yang andal. Di tingkat sekolah, guru-guru ditargetkan memiliki pendidikian minimal S-1.

Masalah persebaran guru yang belum merata bisa diatasi dengan mengirimkan sarjana-sarjana untuk mengajar di daerah yang masih kekurangan guru, terutama di daerah-daerah terdepan, terluar, dan tertinggal.

" Cara ini dianggap sebagai solusi sementara lantaran otonomi daerah tidak mengizinkan kelebihan guru yang berada di satu wilayah bisa dengan mudah dipindahtugaskan ke daerah lain yang kekurangan. Untuk mengatasi hal ini dalam jangka panjang Kemendikbud akan mengusulkan agar wewenang guru dikembalikan lagi ke pusat," jelas Musliar.

Praktisi pendidikan dan mantan Ketua Forum Rektor Indonesia Laode Masihu Kamaluddin mengatakan, MEA bisa dianggap sebagai sekeping mata uang yang mengandung peluang dan tantangan. Peluangnya, akan ada pasar yang lebih besar dibandingkan pasar dalam negeri. "Karena ASEAN ini levelnya berbeda-beda, maka yang akan diuntungkan adalah mereka yang memiliki kesiapan melihat ASEAN sebagai potensi ekonomi yang menguntungkan," ujar Laode.

Sayangnya, belum semua masyarakat anggota ASEAN menyadari MEA sebagai suatu potensi ekonomi yang besar. Menurut dia, dunia pendidikan memiliki tantangan untuk membantu menyadarkan masyarakat bahwa MEA merupakan satu potensi ekonomi yang menguntungkan.

Laode menjelaskan, hanya orangorang yang terdidik dengan baik dan memiliki pengetahuan yang bisa mengambil keuntungan dari komitmen globalisasi ini.

Dunia pendidikan, memiliki peranan penting agar membuat globalisasi berlangsung dua arah dan bukan satu arah, alias hanya menjadi sekadar pasar saja.

Dia mengatakan, dalam hubungan komunitas, selalu ada interaksi antara kelompok yang mampu menuju kelompok yang tidak mampu. Maka dari itu, dunia pendidikan berperan penting untuk menjadikan interaksi komunitas ini menjadi setara.

"Maka untuk menjadikan perdagangan ini equal, maka kita harus melakukan persiapan. Tidak bisa tidak dalam hal ini adalah degree dan keterampilan," ujar dia.

Laode mengatakan dunia pendidikan berperan untuk menyadarkan pola pikir masyrakat bahwa untuk bisa bertahan ditengah persaingan tersebut diperlukan adanya kompetensi.

rep: Dwi Murdaningsih ed: anjar fahmiarto

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement