JAKARTA — Kapolri Jenderal Sutarman mengungkapkan, Kapolsek Ambalawi, Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB), AKP Abdul Salam, tewas ditembak kelompok teroris. "Yaitu pelaku terorisme. Itu teror, teror," kata Sutarman, Selasa (19/8).
Sutarman mengatakan, pelaku bukan termasuk kelompok jaringan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Menurutnya, pelakunya merupakan orang yang sudah menjadi target kepolisian.
Polisi sudah melakukan autopsi terhadap korban dan memastikan adanya penembakan itu. "Setelah autopsi ada prediksi penembakan, orangnya sudah kita ikuti dan tim kita sedang ikuti," ujarnya.
Sutarman tidak menyebutkan inisial pelaku dan keberadaannya karena masih dalam pengejaran polisi yang tergabung dalam Densus 88. "Saya tidak menyebut satu-satu, masih dalam pengejaran," katanya.
Sebelumnya, sempat kabar beredar bahwa tewasnya AKP Abdul Salam akibat kecelakaan lalu lintas pada hari Sabtu (16/8). Setelah ditelusuri, korban tewas akibat tembakan yang mengarah ke bagian kepala.
Karo Penmas Divhumas Polri, Brigjen Boy Rafly Amar, mengatakan, ada peta jaringan teror di NTB yang cukup jelas, termasuk dari kelompok Santoso. Boy melanjutkan, jika memahami perilaku sebelumnya, banyak dari NTB yang ikut dalam kegiatan teror di Poso dan ikut pelatihan di sana.
"Beberapa dari mereka juga sudah kembali ke Poso. Ini termasuk hal yang berkembang di NTB yang selama ini dihadapi tim kita. Kalau dilihat track record dari penanganan kasus teror yang selama ini ada, kan cukup jelas," ujarnya, kemarin.
Boy mengkhawatirkan ancaman terhadap petugas polisi akan terus meningkat ke depannya. Anggota jaringan teroris yang melakukan penyerangan secara sporadis terhadap petugas di lapangan, menurutnya, sudah menjadi ancaman nyata. "Kita harap anggota Polri tetap waspada serangan sporadis oleh kelompok teror," katanya.
Hingga kini, Polri mengawasi sejumlah lokasi yang diduga menjadi kantung berkembangnya calon pelaku teror. Fungsi intelijen terus digerakkan, seperti membangun komunikasi mulai dari tingkat RT dan RW. "Salah satu upaya untuk mendeteksi ruang gerak dari kelompok teror yang ada di masyarakat, kan mereka berbaur. Masyarakat tanpa menyadari bahwa di tengah warga ada yang melakukan aktivitas teror. Itulah pelibatan luas masyarakat yang dikedepankan," ujar Boy. rep:wahytu syahputra ed: fitriyan zamzami