Jumat 12 Sep 2014 17:00 WIB

Terlalu Lama Jadi Bangsa Konsumtif

Red:

Daya saing industri dalam negeri sangat tertinggal dibandingkan dengan negara-negara tetangga, seperti Malaysia, Thailand, apalagi Singapura. Kondisi ini diperparah dengan regulasi yang mempermudah masuknya produk-produk negara asing.

Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP)  Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Lukman Edy  menyayangkan lemahnya bangsa ini dalam hal daya saing produksi dengan luar negeri. Hal ini disebabkan bangsa Indonesia hanya bisa mengonsumsi dan menggunakan, tanpa pernah didorong untuk menciptakan produk dan memproduksinya. "Ini yang membuat bangsa ini menjadi bangsa konsumtif, sehingga selalu saja bergantung pada negara-negara pengekspor," dalam diskusi 'Ancaman De-industrialisasi dan Defisit Neraca Perdagangan Terhadap Perekonomian Nasional' yang digelar Fraksi PKB di DPR, Kamis (11/9).

Mantan menteri pembangunan daerah tertinggal ini juga mengatakan, berkurangnya dukungan perbankan terhadap industri dalam negeri turut mempersempit kesempatan majunya sektor tersebut. Untuk itu, dibutuhkan regulasi agar perbankan memberi dukungan penuh terhadap kebutuhan pendanaan industri dalam negeri. "Perbaiki juga sistem permodalan. Syarat kredit harus dipermudah, juga insentif dari pemerintah harus digalakkan," ucap Lukman.

 

Sekretaris Fraksi PKB di DPR Hanif Dakhiri mengatakan, Indonesia terlalu lama menjadi bangsa konsumtif. Selama ini, kata dia, Indonesia terlalu terbuka menerima semua barang impor, bahkan negara ini terkesan dibanjiri barang impor. Ia mencontohkan produk ponsel dan blackberry yang digunakan puluhan juta warga Indonesia, sementara pabriknya berdiri di Malaysia.

Hanif juga menyoroti pengelolaan bahan pangan di Indonesia, yang mana pemerintahnya begitu mudah mengimpor berbagai bahan pangan, ketika negara ini sedang mengalami kekurangan pangan. Seharusnya, kata Hanif, ketika negara ini kekurangan bahan pangan dicari penyebabnya mengapa kekurangan. "Itu tentu salah satunya karena menyempitnya lahan pangan, sehingga solusinya dibuka lahan-lahan baru dan membatasi peralihan dari lahan pangan menjadi lahan tinggal atau lahan industri," ujarnya.

Dia pun mendesak agar Indonesia segera  menjadi negara industri agar perekonomian bisa bergerak naik dalam jumlah yang signifikan. Sebab, jika hanya menjadi negara yang mampu membeli tanpa memproduksi, tentu hal itu tidak baik bagi perekonomian secara keseluruhan. "Naif jika kita hanya menjadi bangsa konsumtif," ucap Hanif.  

 

Dirjen Basis Indsutri Manufaktur Kementerian Perindustrian Harjanto  mengakui regulasi Indonesia sudah sangat terbuka terhadap masuknya produk-produk negara asing. Bahkan, diyakini saat ini nyaris tidak ada lagi penghalang bagi produk asing untuk dipasarkan di Tanah Air. "Benar kalau dikatakan Indonesia sudah telanjang saat ini," ujar Harjanto.

rep:erdy nasrul ed: muhammad fakhruddin

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement