Ahad 22 Nov 2015 14:10 WIB

Menjadi Pembelajar, Bukan Hanya Pengajar

Red: operator

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA--Ibarat mengubah kebiasaan menulis dari tangan kanan menjadi tangan kiri. Itu gambaran kesulitan tantangan yang dihadapi para guru saat ini. Yaitu, tantangan untuk tak hanya sekadar menjadi pengajar, namun juga pembelajar.

"Proses belajar-mengajar saat ini adalah bagaimana menyiapkan anak- anak abad 21. Masalahnya gurunya abad 20 yang bersekolah pada abad 19," ujar Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan seusai acara penyerahan penghargaan Guru dan Tenaga Kependidikan Berprestasi dan Berdedikasi di Jakarta, Sabtu (21/11).

Karena itu, penting bagi setiap guru yang mendedikasikan hidupnya di dunia pendidikan untuk bisa mengerti karakter masyarakat saat ini, khususnya peserta didik. Sehingga, bisa mengerti bahwa pola pendidikan yang biasa digunakan sebelumnya kini sudah sulit untuk diterapkan lagi.

"Kalau dulu, berpikiran bahwa mendidik anak itu seragam, sekarang mendidik anak sesuai dengan kebutuhan mereka," ujar mantan rektor Uni versitas Paramadina tersebut.

Anies pun meminta guru untuk tidak mengukur kemuliaan dirinya dengan rupiah karena dapat menurunkan nilai penting seorang pendidik bagi sebuah bangsa. Apalagi, guru merupakan profesi yang tak ternilai, sama dengan para relawan yang membantu lingkungannya dengan hati, yang tak bisa dinilai harganya.

Berapapun nilai materinya, kata dia, hendaknya pekerjaan guru dilihat sebagai amanat yang membanggakan. "Butuh kerja keras untuk dapat uang, tapi diperlukan adab untuk menggunakan uang," kata dia.

Anies juga mengingatkan dan mengajak para guru untuk terus mengajarkan nilai-nilai keindonesiaan. Pemerintah pun akan dikatakan berupaya mengatur agar para guru mempunyai ruang untuk berkreativitas dan berinovasi. "Kita semua ingin menjadi orang merdeka. Ingin pendidikan dibangun dengan suasana merdeka. Merdeka ada nuansa tanggung jawabnya," terang dia.

Sebanyak 33 guru dan tenaga kependidikan (GTK) mendapatkan penghargaan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Mereka terpilih sebagai yang berprestasi dan berdedikasi secara na sional dari 901 GTK seluruh Indonesia.

Juara II Tutor Paket C Berprestasi, Khairia Ulfah, menyatakan rasa bahagiannya menerima penghargaan ini. Ia pun berharap bisa semakin mem perbaiki pendidikan di daerahnya. "Sebagai manusia, saya tentu sangat bahagia. Saya ingin pulang dengan membawa keinginan besar untuk memperbaiki dunia pendidikan di daerah saya," ujar tutor Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Luth fillah, Kalimantan Tengah, ini.

Ketua MPR Zulkifli Hasan menambahkan, pendidikan berperan besar dalam kontribusi pembangunan bangsa dan negara. "Melalui pendidikan dapat mencerdaskan bangsa sehingga meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia," kata Zulkifli Hasan dalam pidatonya pada wisuda sarjana angkatan kedua di kampus STAI Yasba, di Kalianda, Lampung Selatan, Sabtu.

Menurut Zulkifli, jika bangsa Indonesia cerdas serta memiliki pemahaman empat konsensus dasar Indonesia maka dapat memajukan bangsa dan negara melalui pem bangunan di semua aspek. Bangsa Indonesia yang cerdas, kata dia, dapat membangun perekonomian nasional serta menguatkan kedaulatan bangsa.

Rektor Universitas Andalas (Unand) Padang, Sumatra Barat, Prof Werry Darta Taifur, menjelaskan, memang sulit untuk mengubah pandangan dan pemikiran tenaga pendidik untuk lebih maju. "Sulit mengubah sikap dosen yang mementingkan mengajar daripada penelitian sebab hal ini telah menjadi kebiasaan yang terpatri," katanya.

Menurutnya, salah satu upaya untuk mengubah pemikiran tersebut dengan perlakuan ajakan atau persuasif dan pemberian penghar gaan atas kinerjanya. Untuk itu, diperlukan pembuktian hal-hal tertentu yang bisa memengaruhi pemikirannya.

Pengamat pendidikan, Andreas Tambah, optimistis kalau guru Indonesia bisa lebih baik lagi. Tapi, perhatian pemerintah untuk meningkatkan kualitas guru harus serius, tidak sekadar melakukan pelatihan- pelatihan saja.

Selama ini, menurutnya, pelatihan yang diberikan pemerintah masih kurang terarah. Inti pelatihan pun juga kerap tidak sesuai dengan yang sebenarnya dibutuhkan seorang guru. "Yang melatih kurang profesional sehingga penyampaiannya ke guru tidak efektif," ucapnya. rep: Wilda Fizriyani c39/antara, ed: Mansyur Faqih

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement