Bagi Anda pemilik gadget dengan aktivitas yang cukup tinggi di luar ruangan, alat ini boleh jadi akan setia menemani. Bayangkan, jika di saat Anda dituntut mengirimkan surat elektronik yang begitu penting, namun tiba-tiba gadget Anda kehabisan daya. Atau, saat berada di tengah lembah nan indah, sedang menanti sunset, atau segudang momen yang sayang jika terlewatkan, tapi tiba-tiba baterai Anda habis. Wahh!
Saat-saat seperti itu, kehadiran portable charger pastilah sangat membantu. Dengan bentuknya yang kini didesain berbagai model, alat yang lebih dikenal dengan nama power bank itu, kini jamak ditemui dibawa bersamaan dengan perangkat gadgetnya.
Karena kegunaannya itu, seorang instruktur ekstrakurikuler di SMK Negeri 2 Bogor mencoba berinovasi. Ide awalnya muncul tatkala melihat begitu banyak orang, termasuk siswa SMK, yang membawa power bank untuk men-charge gadget mereka.
Syaiful Rahman (23 tahun) pun mendapat inspirasi. Uniknya, dia memikirkan untuk memanfaatkan energi yang sudah ada. Misalnya tenaga matahari atau air. Namun, setelah menganalisis lebih matang, air dinilainya masih membuat orang kerepotan jika dibawa ke mana-mana. Lagi pula, generatornya pun masih sedikit lebih besar.
Akhirnya dia pun terinspirasi solar cell. Menurut lelaki berperawakan jangkung ini, aktivitas siswa khususnya, lebih banyak di siang hari. Gadget yang dibawa pun lebih sering habis di siang hari. 'Saya jadi terinpirasi untuk membuat power bank dari tenaga matahari, bentuknya pun lebih kecil dan mudah dibawa ke mana-mana,'' ujar lelaki yang akrab disapa Rahman ini.
Teknologi tepat guna ciptaan Rahman ini menyerap sinar UV dari matahari untuk dihantarkan kembali menjadi energi elektromagnetik. Kapasitas power bank tersebut sebesar 1.700 amper. Menurutnya, power bank tenaga surya tersebut mengisi baterai handphone selama dua hingga empat jam.
Karya Rahman ini, lebih kecil dan lebih ringan dibandingkan dengan power bank yang saat ini beredar di pasaran. Ia menggunakan teknologi lippo yang lebih berumur panjang dan lebih ramah lingkungan. Menurutnya, power bank yang saat ini beredar di pasaran menggunakan teknologi IMIH. ''Teknologi IMIH tidak ramah lingkungan, sedangkan dengan teknologi Lippo berumur lebih panjang,'' ujarnya.
Dia mengatakan, teknologi IMIH tidak ramah lingkungan karena limbahnya tidak dapat dipergunakan lagi. Sedangkan power bank bertenaga lippo, jika sudah rusak, dapat dipergunakan lagi untuk membuat teknologi lain seperti robot.
Power bank ciptaan Rahman ini dinamakan solar charger. Menurutnya, solar charger yang ada selama ini sebetulnya tetap menggunakan tenaga listrik. Sedangkan solar charger ciptaannya hanya mengandalkan tenaga matahari.
Proses pengerjaan solar charger dilakukannya selama satu minggu. Rahman harus melakukan penelitian terlebih dahulu sebelum merakit solar charger tersebut. Selama satu minggu, ia melakukan trial-error hingga akhirnya dtemukanlah metode yang ingin digunakannya.
Dari power bank ciptaan Rahman ini, Kota Bogor pun dapat menyabet juara satu lomba Lokakarya Teknologi Tepat Guna tingkat Provinsi Jawa Barat, di Bandung, beberapa waktu lalu. Idenya yang sangat sederhana karena menggunakan energi matahari yang gratis untuk dapat dimanfaatkan sebagai energi pengganti baterai handphone, telah membuat dewan juri berdecak kagum dan menobatkannya menjadi juara.
Dalam merancang power bank tersebut, Rahman tak sendiri. Dia mengajak Muhammad Alif, siswa kelas X jurusan eletromagnetik di SMK itu untuk membantunya. Alif memotong PCB dan board yang digunakan untuk menempel komponen-komponen SMD.
Selain power bank bertenaga surya, Rahman juga pernah berhasil menciptakan robot detektor bom dan uranium. Untuk poyeknya kali ini, dia mengikutsertakan para siswa untuk berpartisipasi dalam pengerjaan solar charger-nya. Walaupun memang hanya Alif yang berpartisipasi langsung.
Rahman lebih menekankan efesiensi dalam solar charger rancangannya. Ukuran yang kecil dan ringan menjadi andalan teknologinya. Di solar charger ciptaan Rahman ini, tidak ada soket input tapi hanya ada output.
Untuk membuat alat solar charger ini, Rahman hanya membutuhkan budget yang sangat kecil, yakni Rp 200 ribu. Jika diproduksi secara massal, power bank ini harganya jauh lebih murah dibandingkan power bank yang beredar di pasaran, dengan harga rata-rata Rp 300 ribu hingga Rp 400 ribu.
Usai lomba yang dimenangkannya dan membawa harum nama Kota Bogor, Rahman mengaku belum ada apresiasi dari Pemerintah Kota Bogor. Dia hanya mendapat kabar bahwa Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga Berencana (BPDKB) Kota Bogor akan membantunya untuk mengurus dan mendapatkan sertifikat Hak Kekayaan Intelektual (HAKI).
Ia pun terus mengasuh kegiatan ekstrakurikuler sekolah yang diberi nama Smart Generation. Kegiatan ini mengumpulkan anak-anak yang kreatif untuk merealisasikan ide-ide mereka. Ia berharap teknologi ciptaan anak bangsa tidak akan berhenti di sebuah lomba antarkota. Dari kelompok ini pula, Rahman berharap akan terus muncul karya dan ciptaan inovasi baru, khususnya teknologi tepat guna. Ia ingin mengajak anak-anak didiknya mencari permasalahan apa yang ada di masyarakat dan teknologi apa yang dapat memecahkan masalah tersebut. rep:c74 ed: andi nur aminah