Kamis 12 Jun 2014 15:30 WIB

Irlandia Paling Islami

Red:

Rasa ingin tahu Hossein Askari memuncak. Ini mengantarkan profesor hubungan internasional dan bisnis internasional di Universitas George Washington, AS, tersebut melakukan penelitian di 208 negara. Ia ingin mengungkapkan bagaimana nilai-nilai Alquran diterapkan. Ia melakukan studi tersebut bersama rekanya Scheherazde S Rehman. Empat faktor menjadi kriteria dalam penerapan ajaran Islam secara idela, yakni dalam pencapaian ekonomi masyarakat, pemerintahan, hak asasi manusia dan politik, serta hubungan internasional.

Menurut Askari, Islam telah ada sejak berabad-abad lalu dan berpengaruh besar bagi pembangunan ekonomi dan masyarakat. Hasil penelitian Askari ternyata mengungkapkan, negara-negara Barat lebih mampu menerapkan nilai Islam dalam bidang-bidang tersebut. Mereka melampaui negara yang selama ini menerapkan Islam formal dan berpenduduk mayoritas Muslim. Askari menjelaskan, kebanyakan negara Muslim menggunakan agama hanya sebagai pengendali pemerintahan. “Kita melihat banyak negara Islam korup, tak berkeadilan, dan terbelakang,” katanya, seperti dilansir Telegraph, Selasa (10/6).

Melihat Economic Islamicity Index atau pencapaian negara yang merujuk pada ajaran ekonomi Islam, Irlandia, Denmark, Luksemburg, Swedia, Inggris, Selandia Baru, Singapura, Finlandia, Norwegia, dan Belgia berada di peringkat 10 besar. Sementara, Belanda berada di urutan ke-15 bersama AS. Sedangkan, Prancis peringkat ke-17. Malaysia yang merupakan salah satu negara mayoritas berpenduduk Muslim berada di peringkat ke-33. Bahkan, negara-negara Arab tak masuk dalam 50 besar.

Arab Saudi menduduki posisi ke-91 dan Qatar 111. Askari juga menyatakan, negara-negara Barat mampu mewujudkan masyarakat yang dianggapnya lebih Islami. Menurut profesor kelahiran Iran ini, sebuah negara, masyarakat, atau komunitas yang memiliki karakter korup, opresif, pemerintahan yang tak adil, hukum yang diskriminatif, tak ada kesempatan sama untuk menikmati pembangunan maka tak Islami.

Karakter lainnya, kata Askari, adalah tak adanya kebebasan memilih termasuk dalam beragama, kemewahan berdiri di atas kemiskinan, dan kekerasan digunakan sebagai alat mengatasi konflik menggantikan dialog serta rekonsiliasi. Anggota senior Islamic Cultural Centre of Ireland (ICCI) Ali Selim, terdapat sekitar 49 ribu Muslim di Irlandia. “Jumlahnya bertambah dengan cepat dalam beberapa tahun terakhir,” katanya kepada Irish Independent.

Hubungan Muslim dan warga Irlandia, ujar dia, berjalan baik karena mempunyai kesamaan sejarah sosial. Irlandia pernah diduduki dan mengalami rasisme. Muslim selama ini menentang rasisme. Ia juga menyatakan, kesempatan ekonomi bagi Muslim di Irlandia. Tak hanya itu, Selim menjelaskan, Dublin merupakan salah satu kota yang menjadi pusat ekonomi Islam. n c64 ed: ferry kisihandi

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement