Selasa 17 Jun 2014 12:00 WIB

Muhammadiyah: Awal Ramadhan 28 Juni

Red:

JAKARTA – Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah menetapkan awal Ramadhan 1435 Hijriyah jatuh pada 28 Juni 2014. Ketetapan ini berdasarkan hasil hisab wujudul hilal yang dilakukan Majlis Tarjih dan Tajdid.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Ketua PP Muhammadiyah Yunahar Ilyas mengatakan, terjadi ijtimak pada Jumat (27/6) pada pukul 15.10.21 WIB. Saat matahari terbenam di Yogyakarta, hilal berada di atas ufuk nol derajat 31 menit dan 17 detik.

Dengan demikian, bulan baru atau hilal sudah wujud. "Atas dasar perhitungan itu, Muhammadiyah menetapkan awal Ramadhan pada 28 Juni 2014," kata Yunahar dalam konferensi pers penetapan awal Ramadhan, Senin (16/6).

Ia mengakui, penetapan awal Ramadhan ini kemungkinan akan berbeda dengan pemerintah. Kendati demikian, ia mengimbau seluruh warga Muhammadiyah bertoleransi atas perbedaan tersebut.

Dalam menetapkan metode penetapan awal Ramadhan, jelas dia, selama ini Muhammadiyah menggunakan pendekatan keagamaan murni. Persyarikatan ini tak menggunakan politik keagamaan yang bisa dikompromikan atas dasar persatuan.

Wakil Sekretaris Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah Ma’rifat Iman menjelaskan yang dimaksud dengan ufuk adalah garis horizon atau nol derajat. Oleh karena itu, posisi berapa pun di atas ufuk berarti positif.

Merujuk pada penanggalan komariah, garis peredaran bulan bulan membelah wilayah Indonesia menjadi bagain sebelah timur dan barat. Untuk bagian timur, kata Makrifat, dalam keadaan negatif.

Sedangkan, untuk bagian barat sudah dalam keadaan positif. Tapi, karena Muhammadiyah memiliki kebijakan hisab wujudul hilal, bila sudah ada satu wilayah yang terlihat (wujud) maka dapat dijadikan patokan awal Ramadhan.

Menjelang Ramadhan, beberapa masjid sudah mulai berbenah diri. Ketua Badan Pelaksana Pengelola Masjid Istiqlal (BPPMI), Mubarok mengatakan, persiapan telah dilakukan, baik berbentuk perangkat maupun fisik.

Persiapan ini untuk memberikan pelayanan lebih ketimbang hari-hari biasa bagi jamaah yang datang ke Masjid Istiqlal. "Salah satu bentuknya, masjid buka selama 24 jam," kata Mubarok.

Pada hari biasa, masjid beroperasi hingga pukul 22.00 WIB. Ia menjelaskan, perpanjangan masa operasi ini untuk memfasilitasi jamaah yang ingin beriktikaf di masjid. Tempat istirahat juga disediakan bagi para jamaah yang beriktikaf.

Ia menambahkan, Masjid Istiqlal akan menyelenggarakan shalat Tarawih dalam dua gelombang. Pertama untuk jamaah yang shalat Tarawih 11 rakaat dan selanjutnya 23 rakaat. "Kami juga mempersiapkan dua imam," katanya.

Kegiatan lainnya adalah tadarus Alquran yang digelar setiap malam. Seperti tahun sebelumnya, Masjid Istiqlal menyediakan paket buka puasa bersama untuk 3.000 orang. Sepuluh hari terakhir, disediakan sahur untuk 1.500 orang.

Pesantren kilat bagi kaum muda, tutur Mubarok, juga akan menjadi agenda Masjid Istiqlal dalam mengisi Ramadhan. Pesertanya sekitar 100 orang. Ia menyatakan, butuh dana tak sedikit untuk membiayai semua kegiatan tersebut.

"Biaya keseluruhan selama Ramadhan berkisar Rp 2 miliar," kata Mubarok. Menurut dia, semua dana tersebut berasal sumbangan masyarakat. Pengurus Masjid Cut Meutia membersihkan seluruh area masjid.

Setiap hari, mereka akan menyediakan 800 kotak nasi untuk buka bersama. Ketua Harian Pengelola Masjid Cut Meutia Koko mengatakan, pasar murah dan Ramadhan Jazz merupakan kegiatan lain yang akan dilakukan.

Menurut Koko, pertunjukan jazz berlangsung pada pertengahan Ramadhan. Tahun ini, merupakan yang keempat kalinya. "Baru ada dua negara di dunia yang menyelenggarakan acara musik seperti itu, yakni Indonesia dan Turki," katanya.

Menurut dia, jazz menjadi salah satu sarana untuk menyiarkan Islam melalui kesenian. Durasinya setelah shalat Tarawih hingga masuk waktu sahur. Sasarannya adalah anak-anak muda. "Kami berharap, lebih banyak anak muda tertarik datang ke masjid." rep:c67 ed: ferry kisihandi

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement