Ramadhan memang bulan istimewa. Tak hanya istimewa dalam hal peribadatan, Ramadhan pun terasa istimewa di meja makan. Salah satu keistimewaan itu, yakni hadirnya menu takjil yang boleh jadi berganti-ganti setiap hari. Mulai dari kolak, bubur sumsum, biji salak, cendol, es campur, dan berbagai kue tradisional, seperti kue talam dan carabikang. Semua serba lezat, legit, dan mengundang selera.
Coba perhatikan ragam takjil yang disebutkan di atas, ternyata semuanya dibuat menggunakan santan. Tak hanya untuk membuat takjil, tapi santan juga sangat sering digunakan para ibu untuk membuat aneka hidangan lain, mulai dari gulai, opor, rendang, soto, sampai sayur lodeh. Pendek kata, sajian bersantan masih menjadi primadona bagi sebagian besar masyarakat Indonesia saat Ramadhan.
Santan adalah cairan berwarna putih susu yang diperoleh dengan cara memeras hasil parutan daging kelapa dengan atau tanpa penambahan air. Santan mengandung lemak dan memiliki cita rasa yang gurih. Alhasil, makanan yang diolah menggunakan santan pun akan terasa lebih sedap dan gurih dengan aroma khas kelapa.
Tak hanya di Indonesia, tapi santan pun digunakan oleh masyarakat di banyak negara, seperti Thailand, India, Sri Lanka, Malaysia, Filipina, sampai Brasil. Bahkan saat ini, banyak makanan tradisional bersantan yang mulai diperkenalkan ke negara-negara Barat dan diterima dengan baik oleh para konsumen di sana.
Dalam khazanah kuliner Indonesia, dikenal santan kental dan santan encer yang dibedakan berdasarkan kandungan airnya. Santan kental banyak digunakan untuk aneka masakan Minang, seperti rendang, juga untuk beragam kue dan dessert. Sedangkan santan encer biasanya digunakan untuk sajian berkuah, seperti lodeh dan soto.
Seiring kemajuan teknologi pengolahan bahan pangan, kini tersedia pula santan instan dalam kemasan, santan beku, dan santan bubuk. Cara menggunakan santan instan relatif mudah. Tinggal tambahkan air panas (hangat), santan instan pun siap digunakan pada berbagai masakan.
Ahli gizi Dr Yustina Anie Indriastuti MSc SpGK menjelaskan, sejatinya tidak banyak perbedaan antara santan segar dan santan instan. Begitu pula kandungan gizinya, tidak berbeda jauh. Santan instan sangat ideal untuk membuat kue. "Selain bersih, rasanya pun lebih manis," kata Yustina.
Santan instan adalah santan alami dari kelapa asli yang diproses dengan penambahan bahan pengemulsi dan pengawet (yang diizinkan). Hal inilah yang membuat santan instan bisa tahan lebih lama. Berbeda dengan santan instan, santan segar terbuat dari buah kelapa asli yang sudah tua. Semakin tua kelapa, semakin banyak dan semakin kental santan yang dihasilkan. Sayangnya, santan murni tidak tahan lama sehingga sebaiknya langsung digunakan setelah diperas karena mengandung mikroba yang menyebabkan cepat kedaluwarsa.
Perhatikan kemasan
Jika santan instan menjadi pilihan Anda untuk mengolah beragam makanan, luangkan sedikit waktu untuk mengamati kemasannya saat membeli. Pastikan kemasan masih dalam kondisi bagus. Jangan memilih santan instan yang kemasannya terlihat kurang bagus, seperti penyok, rusak, dan berdebu. Kondisi kemasan yang tidak bagus bisa menjadi pertanda santan yang ada di dalamnya sudah tidak layak pakai.
"Kalau terlihat kemasannya sudah rusak, kontaminasi masuknya kuman sangat memungkinkan," ujar Yustina.
Selain memperhatikan kemasan, ada baiknya buka sedikit kemasannya untuk melihat santan yang ada di dalam, apakah berbau tengik atau tidak. Jika tercium bau tengik, artinya santan tersebut sudah tidak layak pakai. "Apalagi, jika santannya sudah menggumpal."
Jangan lupa pula memperhatikan tanggal kedaluwarsa yang tertera pada kemasan. Dalam hal ini, jangan memilih produk yang sudah lewat tanggal kedaluwarsanya. "Bila melihat hal ini, masyarakat bisa melaporkannya kepada pihak toko agar menarik produk tersebut," ujar alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) itu.
Seperti halnya santan segar, santan instan pun bisa disimpan bila tak semuanya terpakai untuk memasak. Cara menyimpannya cukup sederhana. "Tutup kembali kemasannya hingga rapat, lalu dimasukkan ke kulkas."
Pada intinya, menurut Yusnita, masyarakat harus memilih bahan makanan yang berkualitas dengan cara memilih produk secara cermat. "Dunia usaha sekarang makin tidak peduli akan kualitas bahan pangan yang mereka jual." rep:mgrol22 ed: wachidah handasah