Perang ketupat adalah tradisi unik yang dilakukan pertengahan bulan Sya'ban oleh warga Desa Tempilang, Bangka Barat. Pantai Pasir Kuning di Desa Air Lintang menjadi areal luas untuk 'berperang'.
Disebut perang ketupat karena dua kubu berhadap-hadapan melempar ketupat ke arah kubu lawannya. Tradisi perang ketupat, menurut tokoh masyarakat Bangka, Sastrawan Rani, sejak 1883. ''Dari hasil penelusuran sejarah, perang ketupat mulai ada di Tempilang pada saat Gunung Krakatau meletus,'' ujar Sastrawan beberapa waktu lalu.
Desa Tempilang di sekitar 80 kilometer dari Kota Pangkalpinang. Tradisi turun temurun ini, menurut Sastrawan, ada lima rangkaian. Namun, perang ketupatlah yang terkenal.
Esensi pelaksanaan perang ketupat, menurut pemerhati budaya Bangka Mochtar Ajmain, untuk mengusir roh jahat yang mengganggu masyarakat Tempilang. Ketupat yang dipakai adalah isinya gadung (sejenis umbi-umbian--Red). Gadung adalah umbi-umbian mengandung racun, jadi tidak seperti ketupat sekarang. ''Dulu kan beras mahal,'' ujar Mochtar.
Menurutnya, roh jahat diusir dengan lemparan ketupat adalah siluman buaya. Tradisi ini tadinya diawali dengan memancing buaya agar keluar dan naik ke pantai. Setelah buaya naik, barulah dilempari beramai-ramai dengan ketupat gadung. Tapi saat ini, pemancingan buaya tidak dilakukan. Di samping membahayakan warga, buaya di perairan Bangka ini langka.
Perang ketupat dipimpin dua orang dukun, yakni dukun laut dan darat. Lemparan ketupat diawali kedua dukun yang saling melempar. Setelah itu, diikuti 30 orang setiap kubu. Aba-aba berupa mantra dari dukunlah yang menjadi pertanda ritual perang ketupat dilakukan.
Dua kelompok saling berhadapan di arena pasir Pantai Pasir Kuning. Satu kelompok menghadap ke laut, sedangkan kelompok lainnya menghadap ke darat.
Tradisi ini, diakui Mochtar, sebenarnya tidak berhubungan dengan pelaksanaan ibadah puasa. Hanya saja dilakukan pada pertengahan bulan Sya'ban atau menjelang Ramadhan. Perang Ketupat, Mochtar mengatakan, adalah tradisi lama yang dilakukan orang Lom, orang Bangka sebelum Islam masuk ke sana. ''Jadi, sebetulnya ini tidak ada hubungannya dengan mau masuk puasa. Tapi pelaksanaannya yang memang berdekatan,'' kata Mochtar.
Kini, pertengahan bulan Sya'ban, perang ketupat menjadi agenda tahunan di Bangka Barat. Ratusan ketupat beterbangan di udara dari dua arah saat atraksi dilakukan. Ketupat tersebut dikumpulkan dari warga Tempilang. Satu kepala keluarga minimal menyumbang 10 buah ketupat untuk meramaikan acara ini.
ed:andi nur aminah