"Waspada Akan Bahaya #Miras dan Minol Bagi #Remaja." Begitu kicauan sehari-hari seorang pengusaha yang memiliki aktivitas sosial sebagai pejuang antimiras. Fahira Fahmi Idris alias Fahira Idris rutin berkicau di Twitter lewat akun resminya @fahiraidris tentang perjuangannya melawan minuman beralkhohol.
Tak heran, anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) yang baru saja terpilih pada Pemilu 2014 lalu itu sudah memiliki pengikut (followers) sebanyak 153 ribu lebih. Sebagai Ketua Gerakan Nasional Anti Miras, Fahira memiliki mimpi jika anak-anak muda Indonesia bisa bebas dari minuman haram itu. Dia pun rajin berkoar melalui media massa, seminar, hingga di lingkungan tempat dia tinggal.
Pada Ramadhan kali ini, Fahira selalu meminta agar minimarket setop menjual miras. "Kita belum pernah meminta. Kita baru minta sekarang. Harus dipenuhilah, permintaan sepele, ya saling menghargai meski turun omzet."
Menurutnya, permintaan tersebut sangat wajar untuk bulan suci ini. Fahira berdalih, pemerintah saja berani untuk memberi imbauan tidak boleh vulgar jual makanan saat Ramadhan. Seharusnya, tutur Fahira, perlakuan sama juga diterapkan untuk miras.
Saat berpuasa, semangat Fahira untuk tetap melaksanakan aktivitasnya, baik sosial maupun mengurus keluarga berlipat ganda. Rutinitasnya sehari-hari tidak berubah. Selama Ramadhan, Fahira tetap melakukan pertemuan dengan beberapa klien dan organisasi antimiras yang dipimpinnya.
Hanya, untuk menjaga kebugaran, Fahira rajin mengonsumsi asupan tambahan saat buka dan sahur. Fahira mencontohkan, saat sahur, dia rajin meminum madu. Selain itu, sari kurma dan vitamin juga dikonsumsi untuk menjaga keseimbangan fisik selama berpuasa dalam melaksanakan aktitivitasnya yang padat.
Sementara, saat berbuka puasa, perempuan kelahiran Jakarta itu mengaku, tidak lupa mengonsumsi makanan yang manis-manis. Karena, tutur Fahira, berbuka yang manis merupakan sunah rasul, seperti kurma dan buah.
Meski demikian, Fahira mengaku, menyesuaikan aktivitasnya selama menjadi ibadah. Hal itu dilakukannya untuk menjadikan Ramadhan lebih dekat dengan keluarga dan meningkatkan ibadah. "Hanya mengubah waktu saja, misalnya, kalau hari biasa jam 7 malam, kalau puasa diupayakan sebelum berbuka puasa sudah selesai," katanya.
Selain itu, Fahira berupaya untuk lebih mendekatkan dengan kedua anak perempuannya yang usianya terpaut jauh. Anak pertama hendak melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi, sementara anak kedua masih duduk di bangku sekolah dasar (SD). Fahira pun biasa mendidik mereka dengan memberikan pelajaran tentang pentingnya puasa dan memberikan buku-buku agama.
Setiap harinya, selama bulan puasa Fahira berusaha membaca Alquran maksimal satu juz. Tapi, terkadang ia juga mengakui dalam sehari tidak bisa mencapai target karena terkendala aktivitas.
Dalam bulan yang penuh berkah ini, Fahira menilai, hikmah bisa didapatkan adalah memanfaatkan untuk menghapus kesalahan. Selain itu, lanjut Fahira, membantu orang-orang yang berkekurangan juga tepat untuk dilakukan. rep:c67 ed: a syalaby ichsan