Jumat 04 Jul 2014 16:00 WIB

Kekuatan Taharah

Red:

oleh:Prof Dr Nasaruddin Umar -- Taharah ialah penyucian diri dari hadas kecil dan hadas besar. Hadas kecil ialah suatu keadaan yang mengharuskan kita untuk berwudhu sebelum menjalankan ibadah ritual, seperti batalnya wudhu karena buang air besar atau kecil, tidur, dan perbuatan lain menyebabkan keharusan mandi junub.

Hadas besar ialah suatu keadaan yang mengharuskan kita mandi junub, yaitu mandi keramas dengan sekujur tubuh seusai melakukan hubungan suami istri, seusai menjalani menstruasi dan darah nifas, dan orang yang baru masuk Islam.

Jika penyucian lebih ditekankan kepada fisik disebut nadhafah, seperti istilah yang digunakan dalam hadis, ’’Al-nadhafah min al-iman (kebersihan [fisik] merupakan bagian dari iman).

Jika penyucian lebih ditekankan kepada nonfisik, disebut tazkiyah, seperti dikenal dengan istilah tazkiyah al-nafs, sebagaimana digunakan dalam QS al-Syams (91): 9, ’’Qad aflaha man zakkaha (sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu).’’

Atau dalam QS al-Taubah (9): 103, ’’Khudz min amlihim shadaqah tuthahhirhum wa tuzakkihim biha (ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan menyucikan mereka).’’

Konsep taharah dalam literatur umum Islam lebih sering digunakan karena mencakup pembersihan berbagai aspek. Baik aspek fikih, tarekat, maupun hakikat.

Jenis-jenis taharah antara lain mandi junub, wudhu, tayamum, dan istinja, yaitu bersuci dengan batu atau sejenisnya seusai buang air besar atau kecil. Alat-alat taharah ialah air bersih dan menyucikan, debu, dan atau tanah yang bersih.

Prof Rolf Ehrenfels, seorang neurolog sekaligus psikiater tersohor Eropa yang kemudian memopulerkan dirinya sebagai Baron Omar setelah masuk Islam dan mengagumi keistimwaan konsep taharah, menjelaskan, mandi keramas dengan air sejuk setelah bersetubuh   (koitus) dapat memulihkan kembali lebih dari separuh saraf tegang.

Ia juga menjelaskan, di antara pusat saraf manusia yang paling sensitif ialah bagian muka, tangan, dan kaki. Dengan membasuhkan air sejuk ke tiga pusat saraf itu, akan membantu kita untuk mencapai keheningan dan kekhusyukan.

Para sufi menambahkan, daerah yang dibasuh air wudhu ialah anggota badan yang paling sering melakukan dosa, seperti mulut yang sering bohong, marah, makan dan minum dari yang tidak halal, mata yang suka memandang yang haram, telinga yang sering tidak mengindahkan seruan Tuhan, tangan yang sering meraba dan bertanda tangan fiktif, dan kaki yang gentayangan ke mana-mana.

Taharah cakupannya bukan hanya kebersihan fisik (nadhafah) tetapi juga, bahkan lebih utama, ialah kebersihan batin. Di setiap punggung Alquran sering kita jumpai tulisan ayat, "La yamassuhu illa al-muthahharun (tidak menyentuhnya kecuali hamba-hamba yang disucikan.’’ (QS al-Waqi’ah (56): 78).

Orang yang hatinya bersih tentu diawali dengan fisik dan pakaian bersih lahir batin, menjadi kekasih Allah SWT.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement