Pamor cincau kian berkilau pada Ramadhan. Dibandingkan hari-hari biasa, cincau menjadi lebih sering hadir di meja makan keluarga Muslim, terutama pada saat berbuka puasa. Teksturnya yang kenyal membuatnya selalu diburu sebagai pelepas dahaga. Dipotong-potong kecil, cincau biasanya menjadi bahan campuran dalam berbagai minuman dingin, seperti es campur, sop buah, dan lainnya.
Di Indonesia, dikenal dua jenis cincau, yaitu cincau hijau dan cincau hitam. Cincau hijau maupun cincau hitam sama-sama terbuat dari tumbuhan, namun jenisnya berbeda. Cincau hijau dibuat dari daun Cyclea barbata, sejenis tanaman rambat berdaun tipis dan berbulu. Ada pula cincau hijau yang dibuat dari Premna oblongifolia, tanaman berdaun lebar dan agak kaku. Lain halnya dengan cincau hitam yang dibuat dari daun dan batang Mesona palustris (janggelan) yang dikeringkan.
Foto:Republika/ Wihdan
Cincau.
Secara sederhana, membuat cincau diawali dengan memetik daun yang tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda. Daun ini kemudian diremas-remas dalam air matang dengan perbandingan sekitar satu liter air untuk dua genggam daun cincau. Air remasan itu kemudian disaring dan diendapkan selama satu malam. Esok paginya, cairan itu akan mengental seperti agar-agar. Inilah yang disebut cincau.
Di negara-negara maju, seperti Jepang atau Korea, cincau hitam sudah diproduksi dalam bentuk bubuk siap pakai. Ada pula yang dikemas dalam kaleng. Sementara, di negeri kita, cincau hitam siap pakai sangat mudah ditemukan di pasar, baik pasar tradisional maupun swalayan.
Pemerhati kuliner nusantara, Arie Parikesit, mengatakan, cincau merupakan bahan campuran yang paling sering digunakan untuk es buah. Namun, saat ini, kata dia, penggunaan cincau lebih variatif. Tidak hanya untuk es buah, cincau juga dipakai untuk campuran es putar. ''Untuk es putar, biasanya yang dipakai cincau hijau,'' kata pendiri perusahaan konsultan kuliner, Kelanarasa Culinary Solutions, ini.
Di daerah Bogor, dikenal pula minuman olahan cincau, yakni cincau jahe. Selain di Bogor, minuman ini juga banyak dijual di Jakarta.
Di Bali, sebut Arie, ada juga minuman khas yang terbuat dari cincau. Namanya, es daluman. Minuman ini dibuat menggunakan santan, sirup, dan karamel. Sementara, cincau yang digunakan adalah cincau hijau. "Nah, ini cocok banget untuk sajian buka puasa karena cincau ini kan sifatnya menyegarkan dan mendinginkan," tutur Arie kepada Republika, Ahad (6/6).
Cincau ternyata tak hanya dikenal di Indonesia. Di sejumlah negara Asia Tenggara, seperti Singapura, Malaysia, Thailand, dan Vietnam, tidak sulit menemukan minuman segar dengan campuran cincau. ''Di luar negeri, penyajian minuman cincau standar aja, misalnya, cincau ditambah air, gula merah, atau gula putih.''
Mengenai asal muasalnya, Arie menjelaskan, cincau ternyata berasal dari Tiongkok. Sejarah mencatat, orang-orang Tiongkoklah yang pertama kali membuat cincau. Pada masa-masa berikutnya, cincau juga dibuat oleh masyarakat di negara-negara Asia Tenggara, termasuk Indonesia.
Istilah ''cincau'' sendiri berasal dari dialek Hokkian, ''sienchau'' atau ''xiancau'' dalam dialek Hanzi. Istilah ini kemudian diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi ''cincau''.
Bermanfaat untuk kesehatan
Selain enak disantap, cincau juga mengandung gizi yang baik. Menurut ahli gizi, Dr Yustina Anie Indriastuti MSc SpGK, cincau mengandung energi, protein, dan lemak. Ia juga mengandung kalori, karbohidrat, vitamin, dan mineral.
Cincau juga bermanfaat untuk kesehatan. Khasiat tersebut terkait erat dengan kandungan serat larut air yang terdapat di dalamnya. Di dalam tubuh, serat larut air ini dapat mengikat kadar gula dan lemak/kolesterol sehingga bermanfaat untuk mencegah penyakit diabetes melitus, jantung, stroke, dan penyakit kardiovaskular lainnya.
"Kita ketahui,cincau memiliki serat yang cukup tinggi sehingga melancarkan buang air besar, mengikat kolesterol, dan menyerap minyak," kata Yustina.
Bagaimana cara memilih cincau yang baik? Pertama, lanjut Yustina, perhatikan warnanya. Sejatinya, cincau hitam maupun hijau memiliki warna yang bening, mengilat, dan agak transparan. Jika di pasar, Anda melihat cincau yang warnanya kusam dan mengkerut, pastikan jangan dibeli.
Kemudian, cermati aromanya. Sebelum membeli, cium dulu aromanya. Jika tercium bau asam atau tengik, sebaiknya jangan dipilih. Amati pula teksturnya. "Cincau yang baik itu bertekstur kenyal dan ‘renyah’ jika dipotong, namun kalau menemukan cincau yang mengerut dan dipotong tidak lembut, jangan dikonsumsi," ujar Yustine.
Nah, jika Anda membeli cincau, namun belum akan mengolahnya pada hari itu, ia menyarankan untuk menyimpannya di dalam kulkas agar tidak bau. ''Setelah dibeli, cincau sudah harus digunakan paling lama satu-dua hari.''
Saat mengolahnya menjadi beragam minuman segar dan Anda ingin menambahkan sirup sebagai pemanis, Arie menyarankan untuk menggunakan sirup warna merah dengan rasa rose. Bisa juga sirup rasa cocopandan dan vanila.
Untuk menghasilkan sajian dengan cita rasa terbaik, disarankan pula untuk memilih cincau dengan rasa original. Sebab, saat ini banyak produk cincau yang diberi beragam perisa, seperti rasa jeruk. ''Cincau yang original akan lebih sedap dan lebih menyegarkan, rasanya juga lebih alami.'' rep:mgrol22 ed: wachidah handasah