Sudah menjadi hal biasa ketika Ramadhan datang, masyarakat Indonesia sangat sibuk mempersiapkan segala hal. Persiapan dilakukan mulai dari ting kat keluarga, perusahaan, sampai pemerintah. Di Indonesia, banyak perusahaan yang sudah mem pro mosikan produk mereka menjelang Rama dhan. Situasi itu tak dirasakan oleh Ousman Diallo di negara kelahirannnya, yaitu Republik Senegal.
Republik Senegal yang berada di sebelah selatan Sungai Senegal di Afrika Barat. Negeri ini berbatasan dengan Samudra Atlantik di sebelah barat, Mauritania di utara, Mali di timur, serta Guinea dan Guinea Bissau di selatan. Ousman menuturkan, di negara asalnya tidak pernah ada persiapan Ramadhan begitu meriah seperti di Indonesia. Bahkan, suasananya pun biasa saja kecuali ketika sudah memasuki Ramadhan, masyarakat pun mulai ramai mengadakan agenda keagamaan.
"Hal yang tidak pernah ada di negara saya, tetapi banyak sekali di Indonesia, yaitu mempolitisasi iklan- iklan di televisi mempromosikan pro duknya dengan bernuansa Ramadhan. Selain itu, banyak ucapan selamat berbuka maupun selamat Ramadhan. Tak hanya produk iklan saja, tetapi banyak tokoh-tokoh politik yang megucapkan selamat Ramadhan di televisi," ujarnya.
Ousman merupakan salah satu mahasiswa S-2 di Universitas Padjajaran dengan bidang akutansi. Ia datang ke Indonesia pada 13 Oktober 2011. Ia bercerita, sejumlah kegiatan Ramadhan yang dilakukan umat Islam di sana seperti berbuka puasa bersama, shalat tarawih, iktikaf, hingga kegiatan agama lainnya.
Namun, ada beberapa hal kesamaan antara Indonesia dan Senegal.Seperti halnya shalat Tarawih ada yang 11 rakaat ada juga yang 23 rakaat. Kemudian, pelaksanaan kegiatan berbuka puasa bersama, cuacanya pun tak jauh berbeda dengan di Indonesia. Meski, periode puasa di Indonesia lebih pendek dibandingkan di tanah kelahirannya.
"Alhamdulillah, saya tidak menemui kesulitan selama berpuasa di sini, justru alhamdulillah saya tidak meninggalkan puasa Senin-Kamis,"lanjutnya.
Ousman ber cerita, ter dapat tradisi masyarakat Senegal yang wajib dilakukan seorang anak la ki-laki yang telah menikah pada Ramadan.
Dia harus mem berikan bingkisan untuk orang tua dan mertuanya. Jika tidak memberi kannya maka hanya akan mendapat kan malu. Selain itu, ada tradisi ke tika 10 hari terakhir dalam pelaksanaan iktikaf yang menjadi imam shalat Tahajud adalah santri hafiz dari pesantren. Santri itu akan menjadi imam shalat Tahajud yang dimulai dari jam 01.00 hingga 04.00 pagi.
Dia mengata kan, jamaah yang mengikuti shalat Tahajud itu pun tak sedikit. Bahkan, tak jarang santri berusia belasan tahun yang men jadi imam shalat Tahajud. Pria yang menikah dengan wanita Muslim Indonesia pada 2011 lalu bercerita, terdapat makanan khas yang dinikmati oleh masyarakat Muslim Senegal ketika berbuka puasa selain kurma, yaitu Couscous. Ini merupakan makanan yang terbuat dari beras.
Ousman mengatakan, di Senegal tidak ada tradisi mudik pada Ramadhan atau Idul Fitri. Tradisi itu justru ada ketika Idul Adha. Inilah yang membedakan Senegal dan Indonesia. "Kami merayakan Idul Adha bersama-sama. Namun, perayaan Idul fItri di negara asal saya hanya berkunjung ke tetangga dan kerabat dekat saja, tidak sampai menyemarakkan dengan mudik maupun liburan (bertamasya dengan kerabat)," jelasnya.
Ia merasakan kesan yang sangat berbeda di Indonesia dan ia juga mengagumi semangat warga Indonesia yang mudik ke kampung halamandengan kondisi jalan sangat padat.Hal itu juga sangat berbeda dengan di Senegal. rep:c64 ed: teguh firmansyah